Pengajar pada Departemen Biologi FMIPA, Dr. Susiani Purbaningsih DEA, mengatakan , orang biasanya menggunakan pengobatan herbal karena relatif aman dan efek sampingnya kalaupun ada kecil sekali.
" Meskipun ada juga yang memilih pengobatan herbal karena takut dioperasi, terutama untuk kasus tumor, kista, kanker. Ada lagi yang enggan menggunakan obat kimia khawatir efek sampingnya, seperti orang yang sakit flu, ginjal, batuk, asma, alergi dan hipertensi. Ada lagi orang yang beralih ke obat herbal karena pengobatan kimia yang dijalaninya tak kunjung membuahkan hasil " tutur Anik, nama panggilannya.
Apapun alasannya , sebaiknya penggunaan obat herbal tidak dilakukan sembarangan karena bisa berdampak buruk. Anik mencontohkan, penggunaan seledri untuk menurunkan hipertensi. Menurut dia, seledri memang tergolong penurun hipertensi yang kuat, tetapi jika penderita ternyata sensitif terhadap seledri dan mengkonsumsinya dalam jumlah banyak serta sering, kemungkinan malah bisa mengalami hipotensi, menjadi gemetar dan sebagainya.
" Kalau penderita atau pemberi obat herbal tahu persis hal itu, maka efek samping bisa dihindari. Obat herbal selama dia asli, tidak dicampur dengan bahan kimia dan bukan poisonous plants, tidak menggangu organ tubuh seperti ginjal,"tuturnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi obat herbal adalah kenali kondisi tubuh dan juga tumbuhan obannya. Kalau tumbuhan yanag digunakan termasuk poisonous, harus hati-hati. Selain itu, ada pula tumbuhan yang mempunyai ciri serupa , padahal khasiatnya berbeda.
"sebagai contoh , kunyit putih itu secara biologi ada tiga jenis Curcuma zedoria, Curcuma mangga dan Kaempferia rotunda. Itu semua tidak sama khasiatnya, jadi harus tahu jenis mana yang sebaiknya digunakan. demikian pula dengan buah merah, jenis buah merah itu ada sekitar 17 yang senyawa berkhasiatnya tidak sama,"kata Anik.
Selain itu, bahan mentah obat herbal juga harus bebas dari polusi, sebaiknya dipelihara secara organik, dan tidak menggunakan bahan kimia yang dapat terakumulasi dalam bahan mentah. Tanaman tu harus dipanen pada saat yang tepat, yakti sewaktu senyawa berkhasiatnya sudah terbentuk dan belum terdegradasi alami oleh tumbuhannya.
"Proses pencucian harus terjamin, proses pengeringannya juga harus baik atau dalam temperatur rendah. semua proses itu harus dikerjakan dalam kondisi bersih," ujar Anik, yang juga mengembangkan obat herbal.
Menurut dia, obat herbal mempunyai kemampuan konstruktif terhadap kerusakan di tingkat sel dan metabolisme sel. Obat herbal yagn digunakan dalam jangka panjang dapat menjaga dan mempertahankan struktur serta fungsi tubuh.
"Efek samping obat herbal bisa dikatakan kecil, tetapi penggunanya harus telaten karena efek positif terasanya relatif lebih lama dibandingkan dengan obat kimia.Meskipun ada juga orang yang merespons obat herbal itu dengan cepat,"kata Anik, yang mengingatkan, untuk memudahkan proses pencernaan obat herbal diperlukan ari dalam jumlah cukup.
Mengenai penggunaan obat herbal bersamaan dengan obat kimia, menurut Anik , selama terkontrol dan bisa saling menguatkan relatif tak bermasalah. Dia mencontohkan , penderita hipertensi yagn mengkonsumsi obat kimia dan ingin menggunakan obat herbal juga. Maka , harus diketahui obat kimia yang digunakan bersifat kuat, sedang atau rendah. Ini berkaitan dengan jenis herbal, dosis dan waktu meminumnya.
" ada beberapa tanaman obat yagn bisa digunakan mengobati hipertensi. jia obat kimia kuat, obat herbal yang diberikan berkekauatan rendah atau sedang, dan minumnya juga mesti berselang beberapa waktu dengan obat kimia. Ini juga bergantung pada metabolisme seseorang dalam merespons obat," katanya.
Tumbuhan terbukti bisa dimanfaatkan sebagai obat. Bangsa kita sudah mengenal khasiat tumbuhan sejak lama. Sayanagnya, hingga kini kita termasuk negara yang relatif tertinggal dari negara-negara lain dalam hal penelitian, pembudidayaan dan pemanfaatnya.
sumber :http://www.kompas.com/kesehatan/news/0505/30/032536.htm
" Meskipun ada juga yang memilih pengobatan herbal karena takut dioperasi, terutama untuk kasus tumor, kista, kanker. Ada lagi yang enggan menggunakan obat kimia khawatir efek sampingnya, seperti orang yang sakit flu, ginjal, batuk, asma, alergi dan hipertensi. Ada lagi orang yang beralih ke obat herbal karena pengobatan kimia yang dijalaninya tak kunjung membuahkan hasil " tutur Anik, nama panggilannya.
Apapun alasannya , sebaiknya penggunaan obat herbal tidak dilakukan sembarangan karena bisa berdampak buruk. Anik mencontohkan, penggunaan seledri untuk menurunkan hipertensi. Menurut dia, seledri memang tergolong penurun hipertensi yang kuat, tetapi jika penderita ternyata sensitif terhadap seledri dan mengkonsumsinya dalam jumlah banyak serta sering, kemungkinan malah bisa mengalami hipotensi, menjadi gemetar dan sebagainya.
" Kalau penderita atau pemberi obat herbal tahu persis hal itu, maka efek samping bisa dihindari. Obat herbal selama dia asli, tidak dicampur dengan bahan kimia dan bukan poisonous plants, tidak menggangu organ tubuh seperti ginjal,"tuturnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi obat herbal adalah kenali kondisi tubuh dan juga tumbuhan obannya. Kalau tumbuhan yanag digunakan termasuk poisonous, harus hati-hati. Selain itu, ada pula tumbuhan yang mempunyai ciri serupa , padahal khasiatnya berbeda.
"sebagai contoh , kunyit putih itu secara biologi ada tiga jenis Curcuma zedoria, Curcuma mangga dan Kaempferia rotunda. Itu semua tidak sama khasiatnya, jadi harus tahu jenis mana yang sebaiknya digunakan. demikian pula dengan buah merah, jenis buah merah itu ada sekitar 17 yang senyawa berkhasiatnya tidak sama,"kata Anik.
Selain itu, bahan mentah obat herbal juga harus bebas dari polusi, sebaiknya dipelihara secara organik, dan tidak menggunakan bahan kimia yang dapat terakumulasi dalam bahan mentah. Tanaman tu harus dipanen pada saat yang tepat, yakti sewaktu senyawa berkhasiatnya sudah terbentuk dan belum terdegradasi alami oleh tumbuhannya.
"Proses pencucian harus terjamin, proses pengeringannya juga harus baik atau dalam temperatur rendah. semua proses itu harus dikerjakan dalam kondisi bersih," ujar Anik, yang juga mengembangkan obat herbal.
Menurut dia, obat herbal mempunyai kemampuan konstruktif terhadap kerusakan di tingkat sel dan metabolisme sel. Obat herbal yagn digunakan dalam jangka panjang dapat menjaga dan mempertahankan struktur serta fungsi tubuh.
"Efek samping obat herbal bisa dikatakan kecil, tetapi penggunanya harus telaten karena efek positif terasanya relatif lebih lama dibandingkan dengan obat kimia.Meskipun ada juga orang yang merespons obat herbal itu dengan cepat,"kata Anik, yang mengingatkan, untuk memudahkan proses pencernaan obat herbal diperlukan ari dalam jumlah cukup.
Mengenai penggunaan obat herbal bersamaan dengan obat kimia, menurut Anik , selama terkontrol dan bisa saling menguatkan relatif tak bermasalah. Dia mencontohkan , penderita hipertensi yagn mengkonsumsi obat kimia dan ingin menggunakan obat herbal juga. Maka , harus diketahui obat kimia yang digunakan bersifat kuat, sedang atau rendah. Ini berkaitan dengan jenis herbal, dosis dan waktu meminumnya.
" ada beberapa tanaman obat yagn bisa digunakan mengobati hipertensi. jia obat kimia kuat, obat herbal yang diberikan berkekauatan rendah atau sedang, dan minumnya juga mesti berselang beberapa waktu dengan obat kimia. Ini juga bergantung pada metabolisme seseorang dalam merespons obat," katanya.
Tumbuhan terbukti bisa dimanfaatkan sebagai obat. Bangsa kita sudah mengenal khasiat tumbuhan sejak lama. Sayanagnya, hingga kini kita termasuk negara yang relatif tertinggal dari negara-negara lain dalam hal penelitian, pembudidayaan dan pemanfaatnya.
sumber :http://www.kompas.com/kesehatan/news/0505/30/032536.htm