Warung Bebas

Selasa, 05 Februari 2013

Jim Geovedi, Hacker Indonesia Yang Terkenal di Dunia

Hacker Indonesia Yang Terkenal di Dunia

Espilen Blog – Hacker memang sudah merajalela dimana-mana, tak terkecuali di Indonesia. Semenjak kasus Wildan, seorang pengganti tampilan situs resmi presiden, Presidensby.info pun merebak, beberapa orang mulai mengaitkannya dengan deretan hacker atau peretas top Indonesia zaman dahulu.

Memang, banyak pihak yang mengatakan bahwa ilmu Wildan masih belum bisa dikatakan pro, namun tidak sedikit pula yang mengatakan bahwa dia sudah tergolong pakar.
Terlepas dari pro atau tidaknya Wildan sebagai seorang hacker, beberapa tahun lalu ada seorang peretas dari Indonesia yang berhasil membuat banyak pihak tercengang. Dia bukan meretas bank atau toko online atau sekadar situs milik presiden saja. Yang dia lakukan adalah langsung meretas satelit.
Hacker satu ini bernama Jim Geovedi (Jim.Geovedi.com). Keahlian dia dalam dunia peretasan menjadi pembicaraan banyak pihak, bahkan dia juga pernah menjadi pembicara dalam pertemuan hacker internasional.

Memang aksi peretasan satelit ini bukan dilakukan atas dasar iseng atau sejenisnya. Jim melakukan hal tersebut karena pada tahun 2006 (BBC News - 2006) dia pernah menjadi pembicara atas isu keamanan satelit. Dari hal tersebut, Jim mencoba mempelajari sistem dan proses kerja satelit yang akhirnya dia dapat melakukannya. Tidak hanya dapat mengubah arahnya saja, Jim juga mampu menggeser satelit yang dia 'lumpuhkan' tersebut. 

Archive.Cert.Uni-Stuttgart.de pernah mengulas bahwa Jim mendapatkan kemampuan hackernya ini tidak karena sekolah tinggi atau mempunyai gelar IT. Dia mempelajari sistem internet dan komputer secara otodidak dan pergaulannya yang luas dengan hacker-hacker dunia.

Setelah aksinya meretas satelit tersebut, pada bulan Januari 2009 silam (The Register - 2009), hasil penelitian atas kelemahan sistem satelit yang dia dapatkan dijadikan acuan salah satu topik pembicaraan dalam Black Hat Security Conference di Washington, D.C.

Uniknya, Jim tidak mau disebut sebagai pakar IT atau ahli. Dia lebih suka dianggap sebagai pengamat atau partisipan aktif saja. Sekarang ini, Jim menetap di London dan mendirikan perusahaan jasa layanan sekuritas teknologi informasi.

Tentunya, apabila pemerintah mau sedikit jeli, banyak ahli komputer dan IT di Indonesia ini yang mempunyai keahlian di atas rata-rata. Apabila mereka diberdayakan, maka teknologi IT di negara ini tidak akan kalah dengan negara lain.

Nah, itulah Jim Geovedi, seorang hacker Indonesia yang terkenal di dunia seperti dikutip dari merdeka.com. Terima kasih sudah membaca artikel ini. Mohon maaf bila banya terdapat kekurangan. Semoga bermanfaat.

7 Acara TV Indonesia Yang Mendidik

Espilen Blog – Saat ini televisi sudah menjadi media elektronik yang paling digemari. Dengan televisi kita dapat menerima informasi secara visual maupun audio. Dan tentunya ada beberapa acara televisi yang mendidik pemirsanya. Nah, berikut ini Saya merangkumnya dalam 7 Acara TV Indonesia Yang Mendidik versi Espilen Blog.


1. Apa Kabar Indonesia
Apa Kabar Indonesia adalah sebuah acara talkshow informatif yang hadir menyapa pemirsanya setiap hari di TV One pada pukul 06.30 dan pukul 21.00 WIB. Segala informasi ada disini, mulai dari sosial, politik, ekonomi, hingga dunia olahraga.

2. On The Spot
Inilah salah satu acara yang menyajikan pengetahuan dan fakta-fakta unik favorit favorit kaaula muda. Informasinya bervariasi, mulai dari info-info yang lucu, mengagumkan, menegangkan, hingga yang menyeramkan. Informasi di acara ini biasanya disajikan dalam bentuk video yang diambil dari youtube dengan ditemani suara narator yang khas. Acara ini hadir setiap hari Senin - Jumat pukul 19.15 dan Sabtu pukul 19.45 di Trans 7.

3. Wide Shot
Informasinya aktual, cepat, lugas, dan yang pastinya menambah pengetahuan kita. Acara ini hadir menemani pemirsanya setiap hari Senin - Jumat mulai pukul 13.00 hingga pukul 17.00 WIB di Metro TV. Acara ini juga lebih dekat dengan pemirsanya, karena pemirsa dapat mengirimkan sebuah video yang berisi liputan info/berita yang disampaikan oleh dirinya sendiri. Pemirsa juga dapat mengirimkan masukkan, ide, komentar dan lain-lain melalui Twitter atau Facebook yang update ditampilkan di layar televisi.

4. Ranking 1
Dari judulnya sendiri sudah jelas, bahwa acara ini sangat mendidik, khususnya bagi kaum pelajar. Ranking 1 hadir setiap hari Senin sampai Jumat mulai pukul 07.30 pagi, dengan duet host Ruben Onsu dan Sarah Sechan serta Professor Sogi yang setia menemani Peserta Rankiing 1 pada babak praktikum.

5. Ragam Indonesia
Acara ini membahas tentang keanekargaman budaya, makanan, dan semua adat-istiadat yang ada di Indonesia. Acara ini juga mendidik kita untuk cinta dan bangga pada bangsa Indonesia. Setiap Senin - Jumat mulai pukul 06.00 WIB di Trans TV, acara ini menyapa pemirsanya.

6. Mozaik Islam
Acara ini hadir setiap hari Sabtu dan Minggu mulai pukul 07.30 WIB di Trans TV. Mozaik Islam hadir menyapa pemirsanya dengan suguhan informasi bernuansa Islami yang menyejukkan hati. Acara ini biasanya menyajikan kisah-kisah inspiratif, baik orang-orang zaman kini maupun para pendahulu kita, dan lain sebagainya. Biasanya selalu ada nasihat atau pesan-pesan serta hadis Quran yang dibacakan oleh suara khas narator.

7. Orang Pinggiran
Orang Pinggiran merupakan program acara semi dokumenter yang bercerita mengenai perjuangan dan kegigihan orang pinggiran untuk bisa bertahan hidup meskipun kehidupan mereka terus tergerus oleh perkembangan zaman. Acara ini hadir setiap Senin - Jumat mulai pukul 17.30 WIB di Trans 7.


Catatan: Jadwal acara TV dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.


Nah, itulah 7 Acara TV Indonesia Yang Mendidik versi Espilen Blog. Mohon maaf bila banyak terdapat kekurangan atau kesalahan. Semoga bermanfaat.

Why Do We Eat? A Neurobiological Perspective. Part VIII

In the (probably) last post of this series, I'll take the pieces that I've gradually outlined in previous posts, and put them together into a big-picture, common-sense framework for thinking about human eating behavior, and why we eat more today than ever before.

Why is Eating Behavior Regulated?

Let's start at the most fundamental level.  To be competitive in a natural environment, organisms must find rational ways of interacting with their surroundings to promote survival and reproduction.  One of the most important elements of survival is the acquisition of energy and chemical building blocks, either by photosynthesis, or (in the case of animals) eating other organisms.  This imperative drove the evolution of rational food seeking behaviors long before the emergence of humans, mammals, reptiles, amphibians, fish, worms, and even eukaryotes (organisms with nuclei).

Read more »

3 Candi yang ada di Pulau Kalimantan

     Pulau Kalimantan memang tak terlalu terkenal dalam peninggalan sejarah kerajaan Hindhu-Budha, nun disana terdapat beberapa kerajaan yang cukup masyur seperti Kutai, Negara Dipa, dan lain-lain, dan berikut beberapa diantaranya..

1. Candi Agung


     Candi ini terdapat di kawasan Sungai Malang, kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Candi ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang dibangun oleh Empu Jatmika abad ke XIV Masehi yang keberadaannya sezaman dengan Kerajaan Majapahit.

2. Candi Tanjungpura


     Candi Tanjungpura terletak di desa Negeri Baru yang terkenal dengan nama benua lama, di Kec. Benua Kayong Kabupaten Ketapang. Letak Candi ini di pinggir sungai pawan. Nama Tanjungpura merupakan nama sementara, karena dari hasil penelitian belum diketahui.Candi Tanjungpura diduga sebagai pusat asal mula Kerajaan Tanjung Pura purba yang dahulu pernah berjaya pada abad ke 13-14. Melihat dari bentuk dan struktur candi yang terbuat dari bata merah ini , Candi Tanjungpura mirip dengan candi-candi yang ada di Jawa Timur. 

3. Candi Laras


     Candi Laras adalah situs candi berukuran kecil yang terdapat di desa Candi Laras, Provinsi Kalimantan Selatan yang ditemukan pada lokasi yang dinamakan penduduk dengan sebutan Tanah Tinggi. Pada situs candi ini ditemukan potongan-potongan arca Batara Guru memegang cupu, lembu Nandini dan lingga. Semuanya disimpan di Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Situs purbakala Candi Laras ini diperkirakan dibangun pada 1300 Masehi oleh Jimutawahana, keturunan Dapunta Hyang dari kerajaan Sriwijaya. Jimutawahana inilah yang diperkirakan sebagai nenek moyang warga Tapin.


More on the lengths a hospital will go through to protect their EHR from discovery

At "The lengths a hospital will go to in order to protect their EHR - Motion for Reconsideration of Denial of Motion for Reconsideration of Denial of Objections" I wrote about obstruction of litigation by the defense regarding a case where an EHR contributed to patient injury and death.

The major basis for the new "Motion for Reconsideration" (a request for the court to reconsider its prior denial of an earlier Motion for Reconsideration of an initial court decision to dismiss defense objections to the Complaint) is this.  From the actual filing (emphases mine):


(click to enlarge)


Here is likely why the court "never addressed the issue":  they don't have time to address frivolous claims.  Neither does the Superior court that also declined to hear this argument.  (It's actually the defense who never addressed the following in all their filings):

From the official publication of the Civil Procedure Rules Committee in the state, effective a decade ago:


That's pretty clear.  One certificate for non-defendants for whom the defendant is vicariously liable.  Further, a decade ago recommendation 200 also was approved and added to the note; the medical professional providing the justifying statement doesn't even need to name the 'other professionals who deviated.'


The mandated Certificate was timely filed, as was a separate Certificate of Merit for direct corporate liability in the malpractice suit.

Further -  from the actual mandated Certificate of Merit document, direct from the State code:


I don't think the Courts expect parties to edit their documents to accommodate their own whims.


The only option for identifying those sued is “Name of Defendant.”  No fields are present specifying “Name(s) of Defendant’s agent, employee (etc.) for whom Defendant is being held vicariously liable”, or similar, nor is some other multi-labeled Certificate of Merit for such purposes in existence.

This is some rather inventive lawyering and misuse of court process, either to needlessly prolong the case, or to harass the plaintiff.  The judges will likely not be amused.

On the other hand, the delays have allowed me to be able to see and review metadata (e.g., audit trails and other "data about data") produced from the very same EHR system that was in use at this hospital, via my legal support work in another case in the state.  It took time for that production to occur.  This will make it much harder for the hospital to pull the wool over my eyes regarding metadata discovery.

That's one reason why I'd been patient with all this.

My patience is now long expired.

My mother, the original plaintiff, is unavailable for comment.

-- SS

CPRIT, Part 7 (Conclusion): Reflections

The story of CPRIT is not over. Revelations and reactions come out almost daily as the power struggles continue. It is ultimately in the legislature's hands what will occur.

But the situation is not encouraging. There is no reason to believe that there is a way to put Humpty Dumpty back together again after this fiasco. Nothing I've seen looks at all hopeful about change even though the new CPRIT officials are making compliant noises. The vigorous pro-rapid-commercialization defenses being made are not reassuring. Those who promote a "business" or "engineering" approach to cancer drugs while disdaining scientific evaluation are misguided, but they with probably some sincerity think they are marvelous people who plan to combine "doing good" with "doing well." After all, if Governor Perry had my opinion of the dangers of unproven therapies, he would never have permitted his surgeon to inject him with multiplied stem cells. And, these people are extremely tenacious. The focus seems to be on saying there will be "better management procedures" henceforward and I don't have confidence that will address the impetus to eschew scientific evaluation.

There is some hope that some of the earlier monies spent by CPRIT may prove worthwhile, and there is some satisfaction that such a large group of people stood up for the principle that scientific review MUST be a part of deciding what is commercialized.

In her resignation letter, Monica Bertagnolli of Harvard Medical School said it best:
In awarding funding, I believe that it is critically important for commercialization potential to be secondary at all times to scientific quality. Many projects that have significant commercialization potential in the short term also lack scientific validity.

I would like to shout her last sentence out from the rooftops, or put it on a sign:  Many projects that have significant commercialization potential in the short term also lack scientific validity.

When evidence is ignored or suppressed while "products" are put on the market, people are bilked, money is wasted, and very often people are physically harmed as well (cf. Ben Goldacre's sensible reflections on Health Care's Trick Coin). The more commercialization without evidence becomes the norm, the more people are injured by bad medicine.

Of course, there is another way to look at this. Money out of one person's pocket is indeed money into another person's, and, as Governor Perry astutely observes, this makes for a lot of "wealth creation." (And as he also astutely observes, basic research doesn't always do that.) If we want to make some people very wealthy and our medical system even more ahead of the rest of the world in being most costly -- hey, way to go! If we want to turn a supposed cancer research endeavor into yet another of the Governor's taxpayer-funded slush funds for campaign contributors -- great work!



5 Candi sisa-sisa Peninggalan Kerajaan Hindhu-Budha di Jawa Barat

     Meskipun Kerajaan Hindhu-Budha di Jawa Barat tak semasyur dan semakmur bila dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah, namun mereka tetap meninggalkan sebuah jejak yang menerangkan bahwa mereka pernah eksis di jamanya, dan inilah 5 candi Hindhu-Budha yang masih bisa kita jumpai di Jawa Barat...

1. Candi Bojongmenje


     Atau yang lebih dikenal dengan Situs Rancaekek, merupakan komplek purbakala yang diduga merupakan peninggalan masa pra-Islam di Jawa Barat yang terletak di Dusun Bojongmenje, Kalurahan Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, Bandung,Jawa Barat. Situs ini terletak di dekat kawasan industri sehingga keberadaannya terancam.

2. Candi Cangkuang


     Adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda.

3. Percandian Batujaya


     Kompleks Percandian Batujaya adalah sebuah suatu kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuna yang terletak di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik.

4. Percandian Cibuaya


     Situs Percandian Cibuaya merupakan komplek beberapa bangunan dan tinggalan purbakala di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Berdasarkan temuan arca Wisnu danlingga, para ahli menduga bahwa situs ini merupakan lokasi percandian Hindu di masa lampau. Situs ini kurang lebih sejauh 23 km jarak lurus, arah timur-tenggara dari situs Percandian Batujaya yang bernuansa Buddha.

5. Situs Karangkamulyan


     Situs ini terletak di Ciamis. Situs ini merupakan peninggalan dari zaman Kerajaan Galuh yang bercorak Hindu-Buddha. Kawasan yang luasnya kurang lebih 25 Ha ini menyimpan berbagai benda-benda yang diduga mengandung sejarah tentang Kerajaan Galuh yang sebagian besar berbentuk batu. Batu-batu ini letaknya tidaklah berdekatan tetapi menyebar dengan bentuknya yang berbeda-beda. Batu-batu ini berada di dalam sebuah bangunan yang strukturnya terbuat dari tumpukan batu yang bentuknya hampir sama. Struktur bangunan ini memiliki sebuah pintu sehingga menyerupai sebuah kamar.

4 Spesies Harimau yang Telah Punah

     Harimau banyak dikenal karena keindahan bulu dan taringnya, sehingga mereka sering diburu oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Hal inilah yang menyebabkan mereka menjumpai kepunahanya. Dan berikut ini adalah 4 harimau yang telah punah...

1. Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica)


     Harimau ini dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis. Ada kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahun 1950-anketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini. Sensus terakhir tentang keberadaan harimau jawa dilakukan selama 1 tahun, yaitu sejak tahun 1999-2000. Survey selama 12 bulan ini berlangsung di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Sebanyak 12 staf taman nasional dilatih dengan dibekali 20 unit kamera, selain itu juga mendapat bantuan dari yayasan "The Tiger Foundation" berupa 15 unit kamera infra merah dalam rangka memfasilitasi upaya sensus.

     Hasil sensus mengatakan: Tidak ada harimau jawa, hanya sedikit mangsa, banyak pemburu liar.

2. Harimau Kaspia (Panthera tigris virgata)


     Harimau Kaspia (Panthera tigris virgata) adalah jenis harimau yang hidup di wilayah paling barat dari subspesies harimau yang bisa ditemukan di Iran, Irak, Afganistan, Turki, Mongolia, Kazakhstan, Kaukasus, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan sampai ia menjadi punah pada akhir tahun 1950-an

3. Harimau Bali (Panthera tigris balica)


     Harimau ini adalah salah satu dari tiga sub-spesies harimau di Indonesia bersama dengan harimau Jawa (juga telah punah) dan harimau Sumatera (spesies terancam).

     Harimau ini adalah harimau terkecil dari ketiga sub-spesies; harimau terakhir ditembak pada tahun 1925, dan sub-spesies ini dinyatakan punah pada tanggal 27 September 1937. Sub-spesies ini punah karena kehilangan habitat dan perburuan.



4. Harimau Trinil (Panthera tigris trinilensis) - Masa Prasejarah


     Harimau Trinil adalah fosil harimau yang berusia 1.2 juta tahun yang lalu. Harimau ini ditemukan di Trinil, Jawa, Indonesia. Fosil tersebut masuk kedalam koleksi Dubois di Museum Sejarah Alam Nasional di Leiden, Belanda. Meskipun fosil tersebut ditemukan di Jawa, Harimau Trinil bukan nenek moyang langsung dari Harimau Jawa. Harimau Trinil diduga punah sekitar 50.000 tahun yang lalu.

 

ZOOM UNIK::UNIK DAN UNIK Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger