Warung Bebas

Senin, 01 Oktober 2012

Bunga Yang Begitu Indah Dipandang, Akan Tetapi Begitu Mematikan

Karena keindahannya yang mempesona dan keharumannya, bunga telah lama menjadi salah satu simbol cinta. Ketika menjenguk orang sakit banyak orang sering yang memberi bunga. Wisuda, ulang tahun, menang kejuaraan, bunga juga seringkali menjadi hadiah. Namun di balik keindahannya, bunga juga bisa membunuh orang seketika.

Tidak semua indah boleh dipetik dan dijadikan hadiah, karena beberapa memiliki racun mematikan. Berikut beberapa bunga cantik nan mematikan, seperti dilansir botanicalgarden dan smashingtops:

1. Aconitum
Nama lainnya adalah Monkshod, Wolfsbane, Devil’s helmet (helm setan) atau roket biru. Ini adalah tanaman berbunga yang masuk dalam famili buttercup dan dapat ditemukan terutama di belahan bumi utara. Beberapa spesies telah digunakan untuk membuat ujung panah mematikan, juga telah digunakan dalam banyak kebudayaan dalam berburu dan dalam peperangan.



Ketika mengonsumsi bunga ini, gejala keracunan yang fatal termasuk mual, muntah, dan diare, diikuti dengan rasa terbakar, kesemutan, mati rasa dari wajah, mulut dan perut. Dengan dosis besar, kematian bisa terjadi dengan segera.

2. Atropa belladonna
Dikenal dengan nama Devil’s Berries, Dead Cherries dan Deadly Nightshade, bunga yang merupakan bagian dari famili Solanaceae dan asli Eropa, Afrika Utara dan Asia Barat ini tidak bisa dianggap enteng. Semua bagian tanaman ini beracun.



Anak-anak biasanya tertarik dengan beri karena terlihat menarik dan manis. Namun bisa makan beri yang satu ini, gejala keracunan bisa meliputi pupil melebar, penglihatan kabur, kehilangan keseimbangan, sakit kepala, ruam, cadel, kebingungan, halusinasi, dan kejang-kejang. Kematian dapat terjadi jika mengganggu pernapasan.

3. Conium
Bunga beracun milik famili Apiaceae ini dapat ditemukan di Eropa dan Afrika Selatan. Salah satu spesiesnya, Conium maculatum, juga disebut racun hemlock. Bunga ini mengandung alkaloid yang bisa sangat mematikan bagi manusia dan ternak.



Gejala keracunan conium adalah kelumpuhan otot yang menyebabkan kelumpuhan sistem pernapasan. Kondisi ini pada gilirannya dapat mengakibatkan jantung dan otak tidak mendapatkan cukup oksigen.

4. Nerium oleander
Ini adalah tanaman berbunga yang indah tapi sangat mematikan. Anehnya, tanaman ini dapat sering dilihat di halaman sekolah. Semua bagiannya beracun tetapi banyak yang membudidayakan.



Waspadai Oleander berbasis obat atau senyawa yang dijual online karena bunga ini tidak memiliki manfaat. Bahkan, toksisitas bunga ini sangat tinggi. Gejala keracunan meliputi muntah, diare, air liur berlebih, nyeri perut, denyut jantung tidak teratur, mengantuk, tremor, kejang dan koma.

5. Datura
Ada sembilan spesies bunga Datura, distribusi alami tidak diketahui. Sebagian besar dapat ditemukan di Amerika Serikat dan Meksiko. Semua spesies Datura memiliki alkaloid yang cukup mematikan. Bahkan bunga ini telah digunakan selama ratusan tahun sebagai halusinogen dan racun.



Ada tempat di Eropa dan Inda, mana Datura telah digunakan untuk melakukan pembunuhan dan bunuh diri. Di beberapa bagian dunia saat ini, membeli, menjual dan budidaya tanaman Datura dianggap ilegal.

6. Digitalis
Ada sekitar 20 spesies Digitalis dikenal di dunia saat ini dan sebagian besar dari sering disebut sebagai foxgloves. Nama lainnya termasuk Bells Dead Man dan Witches’ Gloves. Dengan nama-nama tersebut, Anda tahu bahwa itu akan berakibat fatal.



Semua bagian dari tanaman ini beracun, tetapi daun batang atas adalah yang paling berbahaya. Satu gigitan dari daun dapat menyebabkan kematian. Gejala keracunan termasuk mual, muntah, diare, halusinasi liar, sakit kepala parah, tremor, kejang-kejang dan gangguan fungsi jantung.

7. Lily of the Valley (Lili lembah)
Ini merupakan salah satu tanaman hutan paling indah, terutama dapat ditemukan di daerah beriklim dingin di belahan bumi utara. Meskipun sangat beracun, lili lembah juga dikenal untuk penggunaan herbal yang dipercaya untuk membantu menguatkan memori.



Namun sebenarnya semua bagian dari tanaman ini sangat beracun. Tanaman ini memiliki jumlah glikosida yang mengganggu fungsi jantung.

8. Opium
Sumber dari heroin adalah tanaman yang sama yang tumbuh seperti bunga yang indah ini. Juga disebut opium poppy, tanaman ini mengandung morfin. Alkaloid ini diproses untuk membuat heroin. Tanaman ini telah dibudidayakan dan digunakan selama ribuan tahun.



Bentuk narkobanya dapat memperlambat kematian tetapi lateks dari tanaman itu sendiri dapat menyebabkan runtuhnya jantung dan paru-paru. Hal ini juga dapat menyebabkan koma. Sayangnya masih ada saja di dunia, di mana opium digunakan setiap hari untuk 'menyembuhkan' sulit tidur dan mengobati diare.

9. Brugmansia
Genus ini berisi 7 spesies tanaman berbunga dan dapat ditemukan terutama di sepanjang Andes di Amerika Selatan. Bunga ini terkait dengan Datura dan juga disebut Angel’s Trumpets (terompet malaikat).



Ketika dikonsumsi, bunga-bunga gantung ini dapat menyebabkan gejala nyeri baik bagi manusia dan ternak. Reaksi termasuk pupil dilatasi atau ukuran pupil tidak sama. Karena sangat beracun, beberapa negara tidak mengizinkan pembelian, penjualan dan budidaya tanaman Brugmansia.

10. Pokeweed
Begitu indah tapi begitu mematikan. Tanaman bunga ini mungkin bagian yang paling beracun tetapi masih dapat melakukan beberapa kerusakan. Bila tertelan, korban akan menderita muntah-muntah atau muntah.



Gejala kemudian akan berkembang menjadi keringat, kejang, tremor, diare, muntah darah dan reaksi ekstrem termasuk kelemahan, memperlambat pernapasan, pusing, koma, dan kematian.

sumber: detik.com

Takajiro ohnishi – sosok penggagas kamikaze


Kamikaze adalah sebuah taktik militer Jepang, yang bisa dibilang tidak manusiawi. Soalnya, pada taktik ini prajurit melakukan tindakan bunuh diri untuk menghancurkan musuh, seperti dengan menabrakkan pesawat tempur ke kapal-kapal musuh. Taktik perang ini sangat terkenal pada perang Asia Pasifik, saat Jepang bertarung melawan Amerika pada Perang Dunia II. Langsung saja disimak ceritanya ya.

Laksamana Jepang penggagas serangan bunuh diri kamikaze ini lahir di Hyogo pada tahun 1891. Dia lulus dari Akademi AL tahun 1912, dan sejak awal perwira muda ini sudah memperoleh pelatihan untuk merintis penerbangan AL, antara 1915 hingga 1918. Sehingga tidak heran apabila Takijiro Ohnishi dalam kariernya di AL, lebih banyak berhubungan dengan kekuatan udara AL Jepang. Selama dua tahun ditempatkan di Inggris dan Perancis sebagai resident officer(1918-20), Ohnishi banyak mengamati dan belajar tentang pembangunan kekuatan udara AL kedua negara Eropa tadi.

Sekembalinya di Jepang, dia menjadi instruktur di Sekolah Udara AL di Kasumiga Ura, kemudian diangkat sebagai komandan Kesatuan Udara AL di Sasebo (1926). Dari pangkalan udara AL di darat, Ohnishi tahun 1928 dipindahkan ke kapal induk Hosho, untuk memimpin sayap udara di kapal ini. Selanjutnya dia pernah menjadi staf Armada Ketiga yang bermarkas di Shanghai, yang waktu itu (1932) mulai dikuasai Jepang. Dia aldif dalam perencanaan serangan udara terhadap berbagai sasaran di China. Tahun 1935 Ohnishi termasuk perwira AL yang gigih mengusulkan agar kapal induk dimasukkan sebagai unsur pokok kekuatan serang dalam armada, karena dia percaya sekali dengan potensi kekuatan udara kapal induk.

Takijiro Ohnishi dengan pangkat laksamana muda awal 1941 diangkat sebagai Kastaf Armada Udara Kesebelas. Bersama Commander Minoru Genda dan pemikir AL lainnya, Ohnishi terlibat dalam studi rahasia tentang kemungkinan penyerangan terhadap Pearl Harbor, yang kemudian jadi dilaksanakan pada 7 Desember 1941. Begitu perang pecah, maka pasukan udaranya melancarkan rangkaian serangan yang menghancurkan kekuatan udara Amerika di Filipina.

Selanjutnya sebagai laksamana madya, tahun 1943 dia ditugasi memimpin Armada Udara Pertama di Filipina pada Oktober 1944, dengan tugas utama menggagalkan invasi Amerika. Dalam posisi memegang komando inilah, Laksamana Ohnishi dapat mewujudkan gagasannya mengenai pembentukan resmi kesatuan khusus serangan bunuh diri atau kamikaze untuk melawan serbuan Amerika di Teluk Leyte. Dalam mendesakkan gagasan tersebut, Ohnishi dipengaruhi sekali oleh campuran antara kepercayaan mistis dan perhitungan praktis akan kemungkinan hasilnya. Kultus atau filosofi mengenai Bushido yang dianutnya, mengajarkan tentang kesetiaan mutlak, kepatuhan, serta pengorbanan diri. Dan itulah yang menjiwai kamikaze.

Harakiri
Perwira tinggi AL ini termasuk yang berpegang teguh pada sikap untuk berperang sampai mati. Ketika pada Mei 1945 diangkat sebagai Wakil Kastaf dari Staf Umum AL Kekaisaran, maka Ohnishi mendukung keras dilanjutkannya perang, padahal kondisi jelas menunjukkan Jepang kehabisan harapan. Karena itu tatkala mendengar siaran takluknya Jepang yang disampaikan Kaisar pada 15 Agustus, dia pun bunuh diri pada pagi-pagi 16 Agustus, setelah malam harinya mengundang sejumlah perwira stafnya untuk jamuan perpisahan di kediamannya.


Asisten Ohnishi membacakan penyerahan Jepang kepada Sekutu
dan disusul harakiri Ohnishi keesokan harinya.

Pagi itu ajudannya dikabari bahwa Laksamana Ohnishi telah melakukan harakiri, ritual bunuh diri. Ajudan bergegas ke rumah laksamana, dan menemukannya dalam keadaan sekarat namun masih sadar. Ohnishi telah menyobek perutnya dan kemudian berusaha memotong lehernya sendiri, Namun tampaknya kurang berhasil karena dia tidak memiliki tenaga lagi. Dia melarang ajudan untuk mencari pertolongan medis maupun membantunya mempercepat kematian. Dengan sengaja dia membiarkan did menderita sampai scat kematiannya tiba pada senja hari pukul 18.00.

Menjelang melakukan ritual harakiri, Ohnishi sempat menuliskan pesan terakhirnya, yang antara lain menyatakan pujian dan penghargaannya terhadap jiwa-jiwa para pilot kamikaze. “Mereka bertempur dan gugur secara gagah berani, dengan kepercayaan terhadap kemenangan akhir kita. Dalam kematian, saya berharap dapat berdamai dengan kegagalan saya dalam ikut mencapai kemenangan, dan saya mohon maaf terhadap jiwa para penerbang yang telah gugurserta keluarga mereka yang berduka. Saya harapkan kaum muda Jepang menemukan moral dalam kematian saya….”

Diperkirakan sekitar 2.550 sorti penerbangan serangan bunuh diri kamikaze dilakukan dari 25 Oktober 1944 sampai berakhirnya perang 15 Agustus 1945. Sebanyak 363 serangan kamikaze menemui sasaran atau nyaris mengenai tetapi tetap menimbulkan kerusakan pada kapal yang diserang. Dari serangan itu, tak kurang dari 71 kapal sekutu dikirim ke dasar laut atau pun hancur tak mungkin diperbaiki lagi. Lebih dari 6.600 personel sekutu dilaporkan terbunuh akibat serangan kamikaze.

Kata mutiara motivasi:Kemauan adalah cikal bakal kesuksesan

Kata mutiara motivasi:

Kemauan yang kuat adalah cikal bakal kesuksesan

Kata kata indah bergambar dan kata mutiara :Kesuksesan berawal dari Kemauan yang kuat
Kata kata indah bergambar dan kata mutiara kehidupan : Kemauan yang kuat adalah cikal bakal kesuksesan
Kata kata bijak kehidupan,Gambar Motivasi, Kata Mutiara kehidupan, Kata kata Indah











"Kemauan adalah dasar dan modal awal dari tercapainya sebuah kesuksesan.
Jika tidak ada kemauan,maka tidak mungkin kesuksesan itu akan tercapai"
\

Kata bijak motivasi:Kematangan menciptakan identitas diri

Kata bijak motivasi:

Kematangan menciptakan identitas diri

Kata kata indah bergambar dan kata mutiara motivasi:Kematangan menciptakan identitas diri
Kata kata indah bergambar dan kata mutiara kehidupan : Kematangan menciptakan identitas diri
Kata kata bijak kehidupan,Gambar Motivasi, Kata Mutiara kehidupan, Kata kata Indah










"Kematangan atau kedewasaan Seseorang berhubungan erat dengan Identitas diri.
Identitas seseorang belum terlihat dengan jelas jika ia belum memilimi kedewasaan.
Sseorang yang masih dalam tahap mencari jati diri tentu identitas dirinya masih semu dan belum jelas"


Kata mutiara:Nafsu akan mengendalikanmu jika

Kata mutiara:

Nafsu akan mengendalikanmu jika
Kata kata indah bergambar dan kata mutiara:Kendailkanlah Nafsu atau Nafsu akan mengendalikanmu
 Kata kata indah bergambar dan kata mutiara kehidupan : Kendailkanlah Nafsu atau Nafsu akan mengendalikanmu
Kata kata bijak kehidupan,Gambar Motivasi, Kata Mutiara kehidupan, Kata kata Indah










"Manusia memiliki nafsu yang sangat sulit dilawan,namun nafsu adalah salah satu musuh besar manusia.
Karena jika seseorang sudah dikuasai oleh nafsunya, maka tindakannya akan menyimpang dengan norma yang ada,tidak sesuai dengan aturan masyarakat,bahkan Agama "


Traits that "Define a Great Hospital CFO" - Honesty, Integrity, Accountability not Included

A recent article in Becker's Hospital Review entitled, "6 Traits That Define a Great Hospital CFO" [Chief Financial Officer] was most remarkable for what traits were not included.

The Six Traits

Based on interviews with a managing director of health care recruiting for a large executive search firm, and an experienced CFO of large hospital system, the included traits were:
- "Conviction," including "some type of conviction and confidence that their decision-making abilities will lead the hospital to great healthcare outcomes, a healthy population and — as a result — a more financially stable organization."
- "Nimbleness and flexibility"
- "Calm demeanor"
- "Willingness to understand the clinical aspects," in particular, the ability to "at least understand the [clinical] processes from a layperson's point of view, and the most effective CFOs have great working relationships with physicians, nurses, technicians and others."
- "Ability to think long term"
- "Sense of humor"

To be fair, I am glad to see expectations that hospital leaders, even chief financial officers, know something about clinical care, and that they have some sort of commitment to it. This seems to be in contrast to our frequent posts about how the leadership of health care organizations often seems ignorant and uncaring about the health care context and health care values. (However, the phrase above about conviction was not clearly worded. In particular, it did not explicitly suggest quality clinical care ought to be a higher priority than revenue, and could have been read to mean that good care is just a means to increase revenue.)

I am also glad that the article promoted long-term thinking. It also seems to contrast with concerns (e.g., here) about how health care leadership may put short-term revenue ahead of all other goals, also called "financialization." However, again, the article did not explicitly give long-term goals a higher priority than short-term ones.

What was Missing

However, what was more striking were the dogs that did not bark. In particular, transparency, honesty and integrity or even being law-abiding were not on the list of key traits for a CFO. This is particularly noteworthy given how often we have discussed bad behavior by large health care organizations, including various kinds of deception and dishonest behavior, as well as outright crime, such as fraud, bribery or kickbacks, etc.

Also, the list of important traits did not include responsibility or accountability.   This is also noteworthy given that rarely if ever have the leaders of these organizations taken any responsibility or paid any penalty for bad behavior occurring on their watches. Although may large health care organizations have made numerous legal settlements of accusations that include fraud, kickbacks, etc, the leadership almost never admitted wrongdoing in any of them, and almost never had to accept any financial penalty form the organization. This parallels how the US legal system has rarely sought to punish any leader of a large health care organization in such cases, suggesting that health care leaders now have developed impunity.

Given that the article appeared in Becker's Hospital Review, a leading publication for hospital leaders, its apparent cynicism about what once were considered indispensable characteristics of good leadership was disturbing.  It is also disturbing that at the time this was written, the only comment on the on-line version of the article, also the only comment to note this lack, was written by your this humble scribbler.

Summary

This may test some CFOs' sense of humor, but instead let me propose my hopes for better health care leadership. To truly reform health care we should seek reasonable leadership that draws on the collective knowledge and values of health care professionals, and that shows accountability, integrity, transparency, honesty, and ethics.  Not asking our leaders to be honest, ethical and accountable just enables the current dysfunction. 

Moving?

I can't believe it is October 1st.  Wow.  I had so many plans and things I wanted to accomplish over the summer, here and in my real life, and so much of it went undone for various reasons.  And now I'm knee deep into my real job.  Luckily I have a draft bin full of half to mostly finished posts that seem to just wait for a current reason to dust off and publish up ... not much time involved, which is a good thing.  

But another thing happened in the past few weeks -- Blogger finally forced everyone to their new interface.  It STINKS.  So I'm playing around in the background when I get a chance with migrating to WordPress, something I've considered doing and worked on from time to time for over a year now.  It's being toyed with, but my biggest obstacle at the moment is that -- whether you like it or not, and I have some things I'd like to format differently but cannot with Blogger's template workings -- I like the basic format of this blog.  

I like the posts "floating" and scrolling on the background with the tabs and spaces between.  I like a solid right sidebar with my widgets.  I'm not attached to my subheader of links, in fact I prefer the options for navigation menus and such with most of the WP themes I've played around with.  So if anyone knows of a free, canned, WP theme with just the "floating and scrolling" feature PLEASE link it to me or email me at carbsane at gmail dot com.  As it stands now, easy customization seems to be the only place where Blogger shines.  

Thanks in advance!  Feel free to constructively criticize this blog's formatting and such in the comments here.  If/when I migrate, I'd like the time not to be wasted in making The Asylum more reader friendly, while remaining true to my quirky decor.

Ontario must rethink health care ... including costs of health IT

Hat tip to a commenter for the link below to a Toronto newspaper opinion piece on Canadian healthcare rationing and the costs of health IT.

The line:

"While billion-dollar scandals like eHealth make these stories all the more frustrating for Ontarians, because of the appalling waste of scarce health-care dollars, the truth is governments across Canada, not just the Dalton McGuinty government in Ontario, are struggling with the same issues" 

could have been written by me. 

(In fact, I've written exactly such lines about the "National Programme for IT in the HHS" a/k/a the HITECH Act, regarding the waste of precious healthcare resources such as at my Jan. 2010 post "Electronic Medical Records and Going For Broke: Jackson Health System's Financial Future Appears Grim".)

This from the Toronto Sun: 

Ontario must rethink health care
Toronto Sun
Saturday, September 29, 2012, 6:20 PM


The simple truth is Ontario’s health care system is running out of our money to pay for our health care.

That’s why we keep hearing about cases of patients being denied necessary surgery — particularly when it has to be done in the U.S. — and life-prolonging medications.

In the Sun’s news section today, Queen’s Park columnist Christina Blizzard tells the story of Erika Crawford, 17, whose family plans to go ahead with life-saving surgery in the U.S. to prevent her death from Ehlers-Danlos Syndrome, even though OHIP has callously refused to fund the expensive procedure.

Recently, Blizzard wrote about the plight of three-year-old Liam Reid, whose parents went ahead with eye-saving treatment available only in Detroit, with no guarantee OHIP will pay for that.

Over the summer, Blizzard wrote about 67-year-old Percy Bedard, denied OHIP funding for a life-prolonging drug for his prostate cancer because the health ministry doesn’t believe it’s cost effective.

The truth is that as time goes on, there are going to be more and more stories like this.

While billion-dollar scandals like eHealth make these stories all the more frustrating for Ontarians, because of the appalling waste of scarce health-care dollars, the truth is governments across Canada, not just the Dalton McGuinty government in Ontario, are struggling with the same issues.

I presume they're referring to the scandal such as I wrote of in May 2009 at my post "Canadian Health IT Ripoff ... Is Anyone in the U.S. Paying Attention?"

(Addendum Oct. 1, 2012:  per the commenter, also see this July 2012 Toronto Sun story:  eHealth Needs Surgery and this quote:  "Auditor General Jim McCarter, in his clinical dissection of Ontario electronic health records woe in 2009, said $1 billion had been spent by over 10 years by two different governments, without getting full value for those dollars. He’s since been more specific about the numbers, saying “hundreds of millions of dollars” were likely wasted.")

From my aforementioned Jan. 2010 post:


... I have written on numerous occasions that health IT in its present form, often poorly designed and implemented under current IT leadership structures, is often a waste of precious healthcare resources. The resources might be better spent on essentials such as patient care for the poor or improved human staffing, until this experimental technology is perfected.

 

Add "and for the not so poor" to that list. 


Since there isn’t enough money to give everyone the care they need, politicians and health bureaucrats routinely deny medically necessary services and treatments to save money.

This often means choosing between who will live and who will die, and who will suffer and who will lead a normal life.

To be sure, this review process has always been in place, particularly for out-of-province treatments and for funding new medications, since no publicly funded health care system can possibly provide every service to everyone.

But as the health care budget creeps towards eating up half of all spending in Ontario, these decisions are only going to become more frequent, and harder.

 

But in the U.S. let's go merrily ahead and spend a trillion dollars for health IT, even if it's bad health it (BHIT), which there currently is no reason for manufacturers to stop producing (e.g., complete lack of regulation). 

No problem, right?

-- SS  

Fakta Tentang Kehidupan Isaac Newton



Terlahir Prematur
Isaac Newton lahir sebelum waktunya alias prematur. Ketika lahir, ia bahkan diperkirakan tidak akan bertahan karena tubuhnya yang sangat kecil.

Hampir Menjadi Petani
Newton terlahir di keluarga petani. Ketika menginjak usia 17 tahun, ibu Isaac Newton bersikeras agar ia menjadi petani. Jika bukan karena pamannya, ia tidak akan pernah kuliah di Universitas Cambridge.

Merahasiakan Penemuan
Isaac Newton tidak langsung mempublikasikan penemuannya. Kebanyakan teorinya ditemukan ketika ia berumur 20-an dan baru dipublikasikan beberapa tahun kemudian.

Newton dan Apel
Tentu kita sering mendengar kisah terkenal ini, bahwa Isaac Newton sedang berjalan di taman, di bawah pohon apel dan melihat jatuhnya sebuah apel yang menginspirasinya menemukan teori gravitasi. Padahal Newton sendiri mengatakan bahwa ia sedang di dalam rumah ketika ia melihat dari jendela sebuah apel jatuh dari pohonnya.

Seorang Alkemis
Newton diam-diam mempelajari cara mengubah emas dan perak dari logam dasar. Rahasia ini ia sembunyikan karena pada zamannya, mempelajari hal tersebut dilarang.

Sangat religius
Walau banyak yang menggunakan teori Newton untuk mempertanyakan eksistensi Tuhan, dan walau ia tidak mempercayai eksistensi arwah dan hantu, Newton sendiri adalah seorang yang sangat religius. Ia pernah berkata, "Gravitasi mampu menjelaskan pergerakan planet-planet, tetapi gravitasi tidak mampu menjelaskan siapa yang menggerakan planet tersebut. Tuhan mengendalikan segalanya, dan tahu apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan."

Hasrat terhadap Alkitab
Newton sangat berhasrat dengan Alkitab. Ia lebih banyak menulis tentang agama daripada matematika dan sains. Ia bahkan memperkirakan tanggal penyaliban Yesus dan sudah memprediksikan bahwa Yahudi akan kembali ke tanah Israel. Ia juga sangat berhasrat untuk menemukan makna yang tersembunyi dalam Alkitab.

Satu kalimat sebagai politisi
Newton menjadi anggota parlemen selama satu tahun (1689-1690). Hanya satu kalimat yang ia ucapkan sebagai seorang politisi, ia meminta seseorang untuk menutup jendela yang terbuka.

Tidak pernah menikah
Isaac Newton diketahui tidak pernah menikah sampai akhir hayatnya.

Kesederhanaan Tenzing Norgay, Sang Pemandu Penakluk Mount Everest

Sir Edmund Hillary disebut-sebut sebagai pendaki pertama yang mampu menjejakkan kakinya di Everest dibandingkan yang lainnya. Karena itu, ia diberikan gelar ‘Sir’ sebagai penghargaan atas upayanya dalam menaklukkan pegunungan di Himalaya tersebut. Namun, benarkah dia yang pertama kali menjejakkan kaki di puncak Everest?

Seperti diketahui, pada 29 Mei 1953, Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay menjadi orang pertama yang menaklukkan Gunung Everest. Sebagai penghargaan atas kiprah mereka, nama keduanya diabadikan sebagai bandar udara (bandara) di Lukla, distrik Solukhumbu, Nepal, dengan nama Tenzing-Hillary Airport, pada Januari 2008.

Pertanyaannya, mungkinkan keduanya bersama-sama mencapai puncak tertinggi itu, atau salah satunya? Edmund atau Tenzing? Mungkin, tak terlalu penting bagi banyak orang siapa yang mau duluan dari mereka berdua. Toh, keduanya sudah tercatat sebagai pendaki pertama yang menaklukkan Everets. Disinilah, pentingnya mengungkapkan permasalahan yang sesungguhnya.

Tenzing Norgay adalah seorang yang sangat sederhana. Ia lahir di dekat pegunungan Himalaya itu tahun 1914. Tak diketahui secara persis waktu lahirnya. Namun, setelah berhasil menaklukkan Gunung Everest, Tenzing pun menambahkan tanggal ia berhasil mencapai puncak itu sebagai hari lahirnya, 29 Mei.
Sehari-harinya, Tenzing bekerja sebagai penggembala. Namun disela-sela kesibukannya, ia terkadang menyempatkan diri untuk bermain-main ke Everest. Karenanya, Tenzing mengetahui secara persis arah yang mudah untuk mendaki Gunung Everest. Dan ketika Edmund Hillary bermaksud mendaki Gunung Everest, maka orang yang pertama dimintai tolong adalah Tenzing Norgay. Ia menjadi pemandu (Sherpa) sekaligus teman bagi Edmund Hillary.
Sebagai pemandu, pastilah Tenzing yang berada di depan. Tujuannya, agar orang yang dipandu tidak salah arah. Apalagi, Edmund Hillary bukanlah penduduk asli Nepal. Edmund berasal dari Selandia Baru. Karena itulah, Edmund menunjuknya sebagai pemandu.
Disinilah kesederhanaan dan kerendahan hati Tenzing. Kendati berada di depan Edmund Hillary, namun dia tahu bahwa Edmund menginginkan dirinya untuk menjadi orang pertama di dunia yang menjadi penakluk gunung tertinggi sejagad itu. Maka, dengan kerendahan hatinya, ia mempersilahkan Edmund untuk mencapai terlebih dahulu.

Itulah yang diungkapkan Tenzing kepada wartawan yang mewawancarainya. Begitu turun dari puncak Everest, banyak wartawan mewawancarai Edmund, dan hanya satu wartawan yang bertanya padanya. Maka, ketika ia ditanya tentang hal itu, Tenzing pun menjelaskannya secara gamblang dan menunjukkan sikapnya sebagai seorang pemandu yang rendah hati.

“Sebagai pemandu (Sherpa), mestinya Anda yang lebih dulu menginjakkan kaki di puncak Everest,” tanya wartawan. Tenzing menjawab; “Betul, sebagai pemandu saya ada di depannya. Tapi, tinggal selangkah lagi mencapai puncak, saya mempersilahkan Edmund untuk mendahului saya.” Wartawan ini bertanya lagi; “Mengapa hal itu anda lakukan?” Tenzing menjawab; “Itu impian Edmund, bukan impian saya,” ujarnya merendah. Tenzing merasa lebih senang dapat membantu orang lain untuk mencapai cita-citanya.
Tenzing berasal dari keluarga petani di Khumbu, Nepal. Ayahnya bernama Ghang La Mingma (meninggal tahun 1949), dan ibunya Dokmo Kinzon. Tenzing merupakan anak ke-11 dari 13 bersaudara. Nama aslinya Namgyal Wangdi. Namun, atas nasihat seorang guru agama, namanya diganti menjadi Ngwang Tenzin Norbu. Namun, kemudian ia lebih dikenal dengan nama Tenzing Norgay, yang berarti pengikut agama yang beruntung.

Kisah Genius Orang Indonesia Yang Berkarya Di Luar Negeri

1. Prof Nelson Tansu, PhD- Pakar Teknologi Nano



Berita dari Medan itu membuat Nelson Tansu lemas. Di Universitas Lehigh, Pennsylvania, Amerika Serikat, tempatnya bekerja sehari-hari, Agustus 2 tahun lalu ia meradang. Kabar itu demikian membuatnya shocked: mama tercintanya, Auw Lie Min, dan papa tersayangnya, Iskandar Tansu, direktur percetakan PT Mutiara Inti Sari, tewas. Mereka dibunuh oleh perampok di area perkebunan karet PTPN II Tanjung Morawa.

Peristiwa itu sempat membuatnya "tak percaya" terhadap Indonesia. Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah pakar teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano.

Teknologi nano adalah kunci bagi perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di dunia, bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson, misalnya, mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sementara sinar laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt.

Penemuan-penemuannya bisa membuat lebih murah banyak hal. Tak mengherankan bila pada Mei lalu, di usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas Lehigh. Itu setelah ia memecahkan rekor menjadi asisten profesor termuda sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi asisten profesor pada usia 25 tahun, sementara sebelumnya, Linus Pauling, penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi asisten profesor pada usia 26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam Nelson ini bila ingin menjadi warga negara Amerika.

Amerika pasti menyambutnya dengan tangan terbuka. "Apakah tragedi orang tuanya membikin Nelson benci terhadap Indonesia dan membuatnya ingin beralih kewarganegaraan?" "Tidak. Hati Saya tetap melekat dengan Indonesia," katanya kepada Tempo. Nelson bercerita, sampai kini ia getol merekrut mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3 di Lehigh. Ia masih memiliki ambisi untuk balik ke Indonesia dan menjadikan universitas di Indonesia sebagai universitas papan atas di Asia.

Jawaban Nelson mengharukan. Nelson adalah aset kita. Ia tumbuh cemerlang tanpa perhatian negara sama sekali. Bila Koran Tempo kali ini menurunkan liputan khusus mengenai orang-orang seperti Nelson, itu karena koran ini melihat sesungguhnya kita cukup memiliki ilmuwan dan pekerja profesional yang berprestasi di luar negeri. Diaspora kita bukan hanya tenaga kerja Indonesia. Kita memiliki sejumlah Nelson lain—di Amerika, Eropa, dan Jepang. Orang orang yang sebetulnya, bila diperhatikan pemerintah, akan bisa memberikan sumbangan berarti bagi kemajuan Indonesia.


2. MUHAMMAD ARIEF BUDIMAN: MERAH-PUTIH DI SAINT LOUIS



Matahari setengah rebah di Medari, Sleman, Yogyakarta. Asar sudah datang. Zakaria bergegas mencari anaknya, Muhammad Arief Budiman. Dia bisa berada di mana saja: di sawah, di kebun salak pondoh, atau—jika sedang beruntung—ia akan ditemukan di sekitar rumah. Zakaria harus menemukannya sebelum matahari terlalu rebah, agar anaknya tak melewatkan salat asar dan mengaji di musala.

Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat. Tiga puluh tahun kemudian....


Di sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di negeri itu, seorang lelaki Jawa berwajah "dagadu"—sebab senyum tak pernah lepas dari bibirnya—kerap terlihat sedang salat. Dialah anak Zakaria itu. Pada mulanya bercita-cita menjadi pilot, lalu ingin jadi dokter karena harus berkacamata sewaktu SMP, anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu.


Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, pembawa sifat pada makhluk hidup. Peran ilmu ini bakal makin sentral di masa depan: dalam peperangan melawan penyakit, rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutu*an pangan dunia.


Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan—ini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—American Association for Cancer Research.


Asosiasi peneliti kanker bukan perkumpulan ilmuwan biasa. Dokter bertitel PhD pun belum tentu bisa "membeli" kartu anggota asosiasi ini. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, "Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai kanker manusia," ujarnya.


Kita pun seperti melihat sepenggal kecil sejarah Indonesia yang sedang diputar ulang. Pada akhir 1955, ahli genetika (dulu pemuliaan) tanaman kelahiran Jawa yang malang-melintang di Eropa dan Amerika, Joe Hin Tjio, dicatat dengan tinta emas dalam sejarah genetika karena temuannya tentang genetika manusia. Ia menemukan bahwa kromosom manusia berjumlah 46 buah—bukan 48 seperti keyakinan ahli genetika manusia di masa itu ("The Chromosome Number of Man. Jurnal Hereditas vol. 42: halaman 1-6, 1956). Tjio—lahir pada 1916, wafat pada 2001—bisa menghitung kromosom itu dengan tepat setelah ia menyempurnakan teknik pemisahan kromosom manusia pada preparat gelas yang dikembangkan Dr T.C. Hsu di Texas University, Amerika Serikat.
 
 


3. Prof Dr. KHOIRUL ANWAR: TERINSPIRASI KISAH FIRAUN



Bangkai burung, balsam gosok, dan kisah mumi Firaun. Siapa mengira tiga benda sepele itu ada gunanya. Tapi itulah trio yang “menghidupkan” pria kampung seperti Khoirul Anwar. Dia kini menjadi ilmuwan top di Jepang. Wong ndeso asal Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu memegang dua paten penting di bidang telekomunikasi. Dunia mengaguminya. Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul, bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler.

Graduated from Electrical Engineering Department, Institut Teknologi Bandung (with cum laude honor) in 2000. Master and Doctoral degree is from Nara Institute of Science and Technology (NAIST) in 2005 and 2008, respectively. Dr. Anwar is a recipient of IEEE Best Student Paper award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, California, USA.

.

Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.


Dia mengurangi daya transmisi pada orthogonal frequency division multiplexing. Hasilnya, kecepatan data yang dikirim bukan menurun seperti lazimnya, melainkan malah meningkat. “Kami mampu menurunkan power sampai 5dB=100 ribu kali lebih kecil dari yang diperlukan sebelumnya,” kata dia. Dunia memujinya. Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada 2007.


Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan.


Istilah ilmiahnya, terjadi interferensi yang luar biasa. Namun, dengan algoritma yang dikembangkan di laboratorium, Khoirul mampu menghilangkan interferensi tersebut dan mencapai performa (unjuk kerja) yang sama. “Bahkan lebih baik daripada sistem biasa dengan GI,” kata pria 31 tahun ini.


Dua penelitian istimewa itu mungkin tak lahir bila dulu Khoirul kecil tak terobsesi pada bangkai burung, balsam yang menusuk hidung, serta mumi Firaun. Bocah kecil itu begitu terinspirasi oleh kisah Firaun, yang badannya tetap utuh sampai sekarang. Dia pun ingin meniru melakukan teknologi “balsam” terhadap seekor burung kesayangannya yang telah mati. “Saya menggunakan balsam gosok yang ada di rumah,” kata anak kedua dari pasangan Sudjianto (almarhum) dengan Siti Patmi itu.


Khoirul berharap, dengan percobaannya itu, badan burung tersebut bisa awet dan mengeras. Dengan semangat, ia pun melumuri seluruh tubuh burung tersebut dengan balsam gosok. Sayangnya, hari demi hari berjalan, kata anak petani ini, “Teknologi balsam itu tidak pernah berhasil.” Penelitian yang gagal total itu rupanya meletikkan gairah meneliti yang luar biasa pada Khoirul. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang. Dia mengajar mata kuliah dasar engineering, melakukan penelitian, dan membimbing mahasiswa. Saat ini Khoirul sedang menekuni dua topik penelitian yang dilakukan sendiri dan enam topik penelitian yang digarap bersama enam mahasiswanya.
 
 


4. ANDRIVO RUSYDI: KOKI TEKNOLOGI NANO ASAL PADANG

Hari-hari Andrivo Rusydi menetap di negeri sendiri hanya bisa dihitung dengan jari. Pemuda 33 tahun ini mesti wira wiri antarbenua sepanjang tahun untuk menjalani riset-risetnya di bidang teknologi nano. Ia memang salah satu dari sedikit anak bangsa negeri ini yang menguasai teknologi pengontrol skala atom dan molekul itu. Sebuah keahlian yang—terutama—banyak dibutu*kan di negara maju.

Maka negeri-negeri semacam Singapura, Amerika Serikat, Jerman, dan Kanada membuka lebar-lebar pintu riset bagi urang awak ini. Mari kita lihat jejak-jejak kejeniusannya, yang sudah diakui dunia internasional, itu. Saat ini Andri adalah peneliti tetap dan pengajar mata kuliah nanotechnology dan nanoscience di Universitas National Singapura (NUS). Di universitas ini pula ia mendapatkan gelar profesor pada usia 31 tahun. Sejak awal tahun ini, dia diangkat menjadi anggota Singapore International Graduate Award atau supervisi para doktor lulusan NUS.


Lalu, di Jerman, suami Sulistyaningsih ini menjadi profesor tamu pada Center for Free Electron Laser dan Institute for Applied Physics of University of Hamburg. Di sini, selain mengajar, Andri membimbing mahasiswa diploma sampai doktoral.


Penjelajahannya yang intensif di ranah teknologi nano juga membuat sulung dari empat bersaudara ini juga menjadi peneliti tamu di Departemen Fisika Universitas Illinois di Urbana, Amerika Serikat, dan Universitas British Columbia, Kanada.

Jejak akademisnya memang terpacak hingga ke berbagai pelosok dunia. Tak hanya itu, teknik riset yang ia kembangkan kemudian dimanfaatkan di berbagai negara, antara lain Amerika Serikat, Prancis, Korea, Jepang, Australia, Jerman, Kanada, dan Taiwan.


Dengan reputasi akademik internasional semacam itu, Andri tak ingin terlena. Dia ingin berbakti kepada tanah airnya untuk memajukan dunia ilmu di negeri ini. Caranya lewat kerja sama penelitian dan beasiswa tingkat doktoral dari dana-dana penelitian yang diperolehnya.
  

5. AKU PULANG, AKU BERJUANG, AKU MENANG


Belasan tahun belajar di luar negeri. Tanpa bantuan pemerintah, penelitian mereka berhasil di Tanah Air.

Robot itu bernama Sona CT x001. Di sebuah jendela ruko di perumahan Modernland, Tangerang, robot yang dibekali dua lengan itu sedang memindai tabung gas sepanjang 2 meter. Di bagian atas robot, layar laptop menampilkan grafik hasil pemindaian. Selasa dua pekan lalu itu, Sona—buatan Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology—sedang diuji coba. Alat ini sudah dipesan PT Citra Nusa Gemilang, pemasok tabung gas bagi bus Transjakarta. “Di dalam ruko tidak ada tempat lagi untuk menyimpan Sona dan udaranya panas,” kata Dr Warsito P. Taruno, pendiri dan pemilik Edwar Technology.

Sona harus berada di ruangan yang suhunya di bawah 40 derajat Celsius. Perusahaan migas Petronas, kata Warsito, tertarik kepada alat buatannya. Kini mereka masih dalam tahap negosiasi harga dengan perusahaan raksasa milik pemerintah Malaysia tersebut. Selain Sona, Edwar Technology mendapat pesanan dari Departemen Energi Amerika Serikat. Nilai pesanan lumayan besar, US$ 1 juta atau sekitar Rp 10 miliar.


Bahkan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun memakai teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) temuan Warsito. Lembaga ini mengembangkan sistem pemindai komponen dielektrik seperti embun yang menempel di dinding luar pesawat ulang-alik yang terbuat dari bahan keramik. Zat seperti itu bisa mengakibatkan kerusakan parah pada saat peluncuran karena perubahan suhu dan tekanan tinggi.


ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu melakukan pemindaian dari dalam dinding ke luar dinding seperti pada pesawat ulang-alik. Teknologi ECVT bermula dari tugas akhir Warsito ketika menjadi mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Ketika itu pria kelahiran Solo pada 1967 ini ingin membuat teknologi yang mampu “melihat” tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya). Dia lantas melakukan riset di Laboratorium of Molecular Transport di bawah bimbingan Profesor Shigeo Uchida.
 
 


6. SONJA DAN SHANTI SUNGKONO: SI KEMBAR PENAKLUK BERLIN


Penampilan mereka memukau publik musisi klasik, dari Eropa hingga Amerika. Diganjar pelbagai penghargaan internasional bergengsi.

Suatu hari, di hadapan publik musik klasik Berlin, Jerman, penampilan duo pianis kembar Sonja dan Shanti Sungkono tampak eksotis. Di atas pentas, tubuh kedua perempuan berwajah Jawa ini dibalut kebaya dengan siluet brokat keperakan. Rambut mereka disanggul. Penampilan keduanya jauh dari penampilan panggung para musisi klasik yang konservatif—yang umumnya muncul dengan gaun panjang warna hitam.


Duet Sonja-Shanti tak sedang ingin tampil unik, apalagi nyentrik, dengan gaya tersebut. Model penampilan itu boleh dibilang telah menjadi ciri khas sekaligus identitas mereka sebagai perempuan Indonesia dalam pelbagai pentas di mancanegara. Selain penampilan, dalam setiap pertunjukan, keduanya selalu memperkenalkan diri sebagai duo pianis Indonesia. “Dari penampilan saja kelihatan, kami bukan orang Jerman,” kata keduanya, yang sejak 1991 bermukim di Berlin.


Toh, bukan lantaran penampilan itu yang membuat mereka memukau. Kepiawaian jari-jari mereka menari di atas tuts pianolah yang dikagumi penikmat musik klasik, baik di Jerman maupun di kota-kota besar lain di mancanegara.

Bahkan permainan Sonja-Shanti telah mencuri perhatian para musisi dan kritikus musik klasik Eropa. Di Jerman, penampilan mereka dipuji sebagai, “Benar-benar pertunjukan yang indah, mengagumkan, dan profesional.”

Prestasi mereka pun patut dibanggakan. Mereka meraih Jerry Coppola Prize dalam lomba duet piano di Miami, Amerika Serikat, pada 1999. Dua tahun berturutturut, 2001 dan 2002, mereka menyabet Prize Winners Juergen Sellheim Foundation di Hannover, Jerman. Lalu pada 2002 menjadi juara ketiga Torneo Internazionale di Musica di Italia. Terakhir, mereka menggondol Prize Winners pada National Piano Duo Competition di Saarbrucken, Jerman, pada 2003.


Album pertama mereka, Works for Two Pianos, dirilis pada 2002. Dua tahun berselang, Sonja-Shanti menelurkan album kedua bertajuk 20th Century Piano Duets Collection. Kedua album berformat CD itu di bawah label NCA Jerman. Peredaran album kedua lebih luas dari yang pertama.


Selain di Jerman, album tersebut beredar di Prancis, Italia, Austria, Swedia, Jepang, dan Amerika. Kedua album itu juga mendapat apresiasi yang cukup antusias dari sejumlah media musik klasik di Eropa. Selain itu, kedua album tersebut masuk arsip Perpustakaan Musik Naxos—produser musik klasik dunia yang menyimpan sekitar 36 ribu album.
 
 


7. ARI MUNANDAR: SATU-SATUNYA EXECUTIVE CHEF ASIA DI EROPA

Koki asal Korea Selatan itu berusia di kisaran 30 tahun dan bekerja di satu hotel di Praha. Suatu hari ia meminta bertemu dengan Ari Munandar, ahli masak kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah, yang sekarang memimpin pasukan koki di Hotel Hilton Praque Old Town, Praha, Republik Cek.

Tanpa basa-basi ia mengatakan ingin direkrut dan bekerja di bawah Ari, yang jabatan resminya biasa disebut executive chef atau chef de cuisine. Mengapa? "Karena Anda satu-satunya executive chef dari Asia di Eropa," begitu Ari menirukan ucapan koki Korea Selatan itu kepada dirinya.

Executive chef merupakan jabatan sangat bergengsi, apalagi di jaringan hotel top seperti Hilton. Ari, yang baru berusia 37 tahun, sebelumnya tidak pernah berpikir ia satu-satunya executive chef asal Asia di hotel berbintang lima di Eropa. Tapi, setelah ia coba mencari tahu, ucapan koki Korea itu mungkin benar.

Tidak ada nama Asia—termasuk dari Jepang—yang menjadi executive chef di hotel prestisius di Eropa. "Kecuali di Amsterdam, mungkin," kata Ari. Di Amsterdam, ada beberapa koki top asal Indonesia. Wajar bila Ari menepuk dada. Lebih bangga lagi karena sekitar tiga bulan silam, saat mulai pindah ke Zinc di Hilton Praque Old Town, ia masuk berita di media massa setempat. Sebelum Ari masuk, Hilton memiliki restoran bernama Maze yang dikelola koki top yang bahkan sudah menjadi pesohor di Inggris,

Gordon Ramsay. Tiba-tiba saja Ramsay menarik Maze dari Hilton sehingga mereka meminta Ari pindah ke tempat mereka. Saat proses perpindahan Ari ke Hilton, tanpa diduga Maze—yang sudah akan ditutup—mendapat bintang Michelin. Anugerah ini penghargaan paling bergengsi dunia bagi sebuah rumah makan. Di Republik Cek, sebelum Maze, hanya ada satu rumah makan yang mendapat bintang Michelin, yakni di Hotel Four Seasons.

Tak mengherankan, media Republik Cek tertarik mendengar kabar ini. "Mereka penasaran," kata Ari, "seperti apa nantinya (restoran di Hilton Praque Old Town di bawah saya)." Publik Praha sesungguhnya tidak terlalu asing dengan Ari. "Saya sudah punya nama di sini," kata Ari. Ketenaran itu ia dapat saat selama tiga tahun sebelumnya menjadi executive chef di Mandarin Oriental Praha. Jabatan bergengsi di Mandarin Oriental didapat sesaat setelah ia mulai bekerja di sana pada 2006. Saat masuk ke Mandarin Oriental, ia menjadi sous chef de cuisine alias wakil kepala koki. Hanya dua bulan bekerja, executive chef tempat itu mengundurkan diri.

8. BERKELEBAT MENEBAR SILAT
 
Di negeri orang, mereka menebarkan bela diri tradisional Indonesia itu dengan kegigihannya sendiri.

Bertopeng kingkong, Yuli Purwanto, 47 tahun, tangkas memainkan beberapa jurus pencak silat di panggung. Gerakannya lincah. Kadang terlihat lentur meliuk, acap kali berkelebat cepat. Diiringi iringan kendang nan rancak, penampilan pria yang akrab dipanggil Ipung ini memang memikat. Di puncak aksinya, Ipung kemudian menyurukkan wajahnya ke selembar batik yang dihamparkan di panggung, topengnya dilepas, lalu tampillah wajah aslinya dengan kain batik yang dibikinnya menjadi udheng.


Gerakan pencak silat Ipung itu bisa dinikmati pemirsa di mana pun lewat situs YouTube. Dari situs ini pula wawancara Ipung dalam bahasa Jepang dengan televisi pemerintah nasional Jepang, NHK, bisa diakses. Di tayangan ini Ipung menjawab segala hal soal silat. Jangan heran jika Ipung membicarakan silat dalam bahasa Jepang. Dia, bersama Soesilo Soedarmadji dari perguruan Perisai Diri dan Djaja dari Panglipur, adalah penyebar seni bela diri tradisional Indonesia itu di Jepang 13 tahun lalu. Ini tentu menjadi petualangan menarik bagi ketiganya. Maklum, negeri itu sudah punya tradisi bela diri sendiri yang berusia panjang, yakni karate, judo, kendo, aikido dan ju-jitsu.


Tantangan lain adalah adanya persoalan bahasa dan budaya yang berbeda. Tapi ketiga pendekar itu tak putus asa, apalagi dukungan moril dari Ikatan Pencak Silat Indonesia cukup kuat. Ini masih ditambah adanya dukungan dana dari Bimantara pada tiga tahun pertama. "Setelah itu, bergantung pada iuran peserta," kata Ipung. Penyebaran pencak silat di Jepang dimulai dari masyarakat Indonesia, sekolah-sekolah Indonesia, dan karyawan Departemen Luar Negeri. Penyebaran ke khalayak banyak dan penggemar bela diri dilakukan dengan cara memperbanyak pergelaran. Pergelaran-pergelaran itu rupanya cukup ampuh.


"Gerakan meliuk-liuk seperti tarian dalam kembangan diiringi musik tradisional Indonesia sangat menarik khalayak," kata Ipung. Untuk menarik praktisi bela diri, Ipung berduet dengan Soesilo menggelar pertunjukan di dojo (tempat latihan karate) dan pemusatan aikido serta bela diri setempat lainnya.


Tak disangka, "Mereka welcome," kata Ipung. Mereka tertarik justru karena gerakan silat yang lentur sekaligus kaya tipuan dan kuncian. Ini berbeda dengan bela diri Jepang, yang berkarakter kaku-keras. Melihat perkembangan menarik itu, televisi lokal, yakni NHK dan Fuji TV, kerap menayangkan olahraga silat. Silat juga ditampilkan di festival rutin yang digelar di kelurahan-kelurahan dan di masa liburan pada Juli-Agustus. Silat pun sudah masuk agenda rutin festival setempat. Ipung kini memiliki dua asisten pelatih Jepang, selain asisten pelatih Indonesia.
 

9. Sehat Sutardja, Ph.D - CEO dan Pendiri Marvell Technology Group

Sehat Sutardja, Ph.D, adalah CEO dan pendiri Marvell Technology Group dan menjadi presiden, pemimpin eksekutif sejak 1995. Ia juga menjadi presiden, pemimpin eksekutif, dan direktur pada perusahaan semikonduktor Marvell.

Ia dilahirkan di Jakarta, Indonesia. Sehat Sutardja menamatkan pendidikan menengahnya di Kolese Kanisius. Kemudian melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat dan meraih sarjana sains di teknik elektrik dari Universitas Negeri Iowa. Ia juga menjalani pendidikan pascasarjana Master of Science (M.Sc) dan Ph.D. dalam bidang teknik elektrik dan ilmu komputer dari Universitas California, Berkeley.

Ia menikahi Weili Dai, dan merupakan saudara dari Pantas Sutardja, yang juga turut mendirikan Marvell. Dia beserta istri dan adik termudanya, Patan adalah miliarder yang memiliki saham di Intel sebesar 22 persen. Marvell menguasai seluruh aset perusahaan Intel termasuk sumber daya manusianya. Sebagian besar pekerja dari sekitar 1400 orang tetap dipertahankan Marvell pada unit bisnis yang baru dibelinya dari Intel.

Karirnya dimulai dari tahun 1989 hingga 1995 ketika menduduki manajer dan pemimpin teknis proyek 8×8.

Marvell yang juga berpusat di Santa Clara, AS merupakan vendor chip dan komponen yang banyak dipakai di berbagai perangkat elektronika. Sedangkan unit bisnis yang dibeli dari Intel menghasilkan prosesor yang dibangun dari teknologi XScale Intel. Prosesor-prosesor berbasis XScale telah dipakai di banyak perangkat elektronika, misalnya Blackberry dan Treo.

Bisnis chip yang dikelola oleh Marvell secara nyata telah sukses menempati pangsa pasarnya sendiri dan tentunya sukses pula menghasilkan pundi-pundi uang bagi pembuatnya. Marvell telah mendominasi setiap pasar yang telah mereka pilih, keunggulan mereka adalah menawarkan produk berdesain superior dengan harga premium.

Produknya mampu mengalahkan pesaing mereka yaitu Texas Instruments dan Broadcom di pasar komunikasi seperti radio Wi-Fi dan Ethernet port. Chip besutan Marvell sangat mudah ditemukan pada Cisco switch, Apple iPod, Xbox 360 atau di dalam disk drive produk perusahaan besar lainnya. Dengan bekerjasama dengan Intel, Marvell nampak semakin hebat dan bisa mensejajari Qualcomm, Freescale Semiconductor dan TI.

Marvell terus berkembang setiap kuartalnya sejak penjualan saham mereka ke publik pada 2000 silam dan kini saham mereka meningkat hingga lima kali lipat.

Pada 2007, majalah Forbes memasukkan Sehat Sutardja sebagai salah satu orang terkaya di Amerika Serikat.

Saat ini, Marvell yang mempunyai 5,000 karyawan, mempunyai fasilitas riset dan disain di Aliso Viejo, Arizona, Colorado, Massachusetts, San Diego and Santa Clara. Di luar Amerika Serikat, Marvell juga mempunyai fasilitas riset dan disain di Jerman, India, Israel, Itali, Jepang, Singapore dan Taiwan.Marvell: 1 in 2 phones will soon be smartphones

NEW YORK, USA - Marvell Technology Group Ltd Chief Executive Sehat Sutardja said he expects multimedia-enabled smartphones to account for at least 50 percent of all cell phones in the next three to four years, and grow even more popular in the following years.

"Smartphones today are only addressing the tip of the pyramid," Sutardja told the Reuters Global Technology Summit in New York on Monday.

"I would say in the next three to four years, at least 50 percent of the market will move to smartphones," he said, adding that may grow to 90 percent in six to seven years.

Sutardja also said it was hard to tell if technology demand was recovering, noting it was hard to distinguish between temporary moves to replenish inventory and a real rebound in demand.--Reuters

10. JOHNY SETIAWAN, Ph.D - Penemu Planet Pertama dan Bintang Muda  


Johny Setiawan membuat mata dunia tercengang dengan penemuan planet pertama yang mengelilingi bintang baru TW Hydrae.

PENEMUAN itu sangat spektakuler karena dari 270 planet di luar tata surya yang telah ditemukan astronom dalam 12 tahun terakhir, tak satu pun planet yang muncul dari bintang muda.

Johny yang memimpin tim peneliti di Max Planck Institute for Astronomy (MPIA), Heidelberg, Jerman itu menemukan planet pertama yang disebut TW Hydrae b dan bintang baru TW Hydrae dengan menggunakan teleskop spektrograf F EROS sepanjang 2,2 meter di La Silla Observatory, Chile.

”Ketika kami mengamati kecepatan lingkaran gas TW Hydrae, kami mendeteksi sebuah variasi periodik yang tidak berasal dari aktivitas TW Hydrae. Kami mengamati kehadiran sebuah planet baru (TW Hydrae b),” ungkap Johny kepada SINDO tadi malam. Planet baru yang ditemukan itu memiliki bobot sekitar sepuluh kali berat Planet Yupiter, planet terbesar dalam Sistem Tata Surya.

Planet baru itu mengorbiti TW Hydrae dalam waktu 3,56 hari dengan jarak sekitar 6 juta kilometer. Ini dapat disamakan dengan 4% jarak antara Matahari dan Bumi. Dengan penemuan tim yang dipimpin Johny tersebut, peneliti dapat membuat kesimpulan penting tentang waktu pembentukan planet.Sejumlah pertanyaan pelik yang selama ini dihadapi peneliti, seperti bagaimana dan di mana sistem planet terbentuk?

Bagaimana arsitektur planet? Seberapa lama proses pembentukannya? Bagaimana posisi planet-planet seperti bumi di Galaksi Bima Sakti? Akan segera terjawab. Johny menyadari pentingnya penemuannya tersebut. Dia menjelaskan, bagaimana planet yang baru berumur 8–10 juta tahun (sekitar 1/500 tahun umur Matahari) itu sebagai sebuah kejutan di Tahun Baru ini.

Peneliti lain dalam tim Johny menjelaskan bahwa pihaknya tidak salah menyimpulkan bahwa planet baru itu memang muncul. ”Untuk menghindari salah tafsir atas data, kami telah menginvestigasi seluruh aktivitas yang mengindikasikan TW Hydrae b. Tapi karakteristik planet baru ini sangat berbeda dari perputaran gas di lingkaran utama bintang baru itu. Mereka lebih stabil dan memiliki periode yang pendek,” papar Ralf Launhardt, koordinator program penelitian planet luar tata surya di sekeliling bintang-bintang muda.

Planet terbentuk dari gas dan debu dalam sebuah cakram yang berputar pendek setelah kelahiran sebuah bintang. Tidak keseluruhan proses terbentuknya planet baru ini dipahami pakar. Meski demikian, penemuan TW Hydrae b menyediakan teori baru tentang pembentukan planet.

Berdasarkan studi statistik, Johny memperkirakan rata-rata keadaan cakram gas dan debu itu akan membentuk planet dalam waktu maksimal 10–30 juta tahun. Johny menandaskan, penemuan TW Hydrae b merupakan bukti langsung bahwa pembentukan sebuah planet raksasa tidak bisa lebih lama dari usia bintang yang diorbitinya, 8–10 juta tahun.

”Ini merupakan penemuan paling luar biasa dan spektakuler dalam studi planet-planet di luar tata surya. Untuk pertama kali, kita telah menemukan langsung bahwa planet-planet terbentuk dalam lingkaran cakram. Penemuan TW Hydrae b membuka jalan untuk mengaitkan evaluasi lingkaran cakram dengan proses pembentukan dan migrasi planet,” papar Thomas Henning, direktur Planet and Star Formation Department di MPIA.

Johny memaparkan, peneliti di MPIA kini sedang mengembangkan peralatan generasi baru untuk mendeteksi planet-planet dengan teknik berbeda. Misalnya dengan instrumen baru astrometri untuk mengamati gerakan sebuah bintang saat melintasi planet di antariksa, serta transit fotometri untuk mengamati planet saat bergerak di depan bintang.

”Kita akan lebih memahami formasi planet saat kita mengetahui keanekaragaman sistem planet. Kita akan mampu menempatkan Sistem Tata Surya kita dalam sebuah konteks universal. Akhirnya, tentu di masa depan kita dapat menjawab pertanyaan: ’apakah kita sendirian di Semesta?” ungkap Johny yang baru tiba di Heidelberg setelah pekan lalu berlibur di Jakarta.

Johny merupakan warga Indonesia yang tinggal di Kota Heidelberg, Jerman. Sebagai seorang astronom yang sedang melakukan riset post doctoral, pria kelahiran 16 Agustus 1974 di Jakarta itu mengaku telah memiliki ketertarikan tentang perbintangan sejak kecil. Alumnus SD St.Fransiskus I dan SMP Immaculata, Marsudirini, itu kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Fons Vitae I, Marsudirini, Jakarta.

Setamat SMA, pada 1992–1993,Johny mengenyam pendidikan pra-universitas di Studienkolleg Heidelberg,Jerman. Johny kemudian mempelajari Fisika di Albert-Ludwigs-Universitat, Freiburg, Jerman, dan mengambil Master di Kiepenheuer-Institute for Solar Physics, Freiburg. Disertasinya di Kiepenheuer-Institute for Solar Physics, Freiburg, berjudul Radial velocity variation of G and K Giants.

Sejak Juni 2003, Johny bekerja sebagai peneliti post-doctoral di MPIA, di Department of Planet and Star Formation (Prof. Dr.Thomas Henning). Wilayah risetnya saat ini meliputi planet-planet di luar tata surya di sekitar bintangbintang muda dan bintang-bintang yang sedang terbentuk. Selain itu,Johny yang tinggal di Bintaro Sektor IX ini juga meneliti atmosfer yang berperan sebagai bintang.

”Secara khusus saya bekerja di sejumlah proyek seperti ESPRI (Pencarian Planet dengan PRIMA/ Phase-Referenced Imaging and Micro-arcsecond Astrometry). Di sini saya menyeleksi dan mengamati karakteristik bintangbintang untuk program pencarian planet,”ungkapnya. Sejak 2003, Johny memimpin penelitian di observasi bintang dan planet ESO La Silla. ”Kami telah sukses mendeteksi sejumlah planet yang saling berhubungan,” ungkap Johny yang memiliki kemampuan bahwa Jerman, Inggris, dan Spanyol.

Di tengah kesibukannya meneliti, Johny meluangkan waktu untuk menyalurkan sejumlah hobi yang beragam, mulai memasak, jalan-jalan, olahraga renang dan fitnes, melukis dengan akrilik, serta bermain piano.

11. Kendro Hendra - Pencipta Setting Wizard di Nokia 
Kendro Hendra, pria kelahiran Palembang, 31 Desember 1955, orang Indonesia yang mampu menciptakan aplikasi peranti bergerak yang memungkinkan sebuah ponsel lebih bermakna dan bergaya. Sarjana Ilmu Komputer dari University of Manitoba, Kanada, ini telah mencipta puluhan aplikasi peranti lunak untuk membuat ponsel memiliki kelebihan.

Jika sulit membayangkan aplikasi peranti lunak, bayangkan seseorang yang menciptakan permainan (games) yang ditanamkan pada ponsel. Ponsel itu pun akan memiliki fitur lebih dibandingkan ponsel lainnya.


Apa yang Kendro ciptakan bukan sekadar dolanan, tetapi sebuah aplikasi yang memungkinkan ponsel memiliki tingkat keamanan tinggi, meski dicuri orang. Mungkin harga sebuah Nokia communicator sebagai devices "tidak seberapa" dibandingkan data-data yang tersimpan di dalamnya, entah teks, foto, atau video. Jika data rahasia turut lenyap seiring hilangnya ponsel, maka celakalah. Kendro menciptakan hal-hal kecil yang tidak banyak dipikirkan orang, tetapi bermanfaat bagi banyak orang.


"Salah satu peranti yang saya ciptakan untuk menyelamatkan data yang hilang itu bernama AirGuard, yang sudah ditanamkan di ponsel communicator Nokia. Saya bisa menghubungi pencuri telepon, meski dia sudah mengganti simcard-nya dengan nomor lain," kata Kendro saat ditemui di arena Nokia World 2007 di Amsterdam, Belanda, 5 Desember lalu. Sebagai mitra, Kendro yang membangun perusahaan InTouch itu hadir atas undangan Nokia.


InTouch adalah satu dari sedikit perusahaan komunikasi dan informasi Indonesia dengan reputasi internasional. Kantor pemasaran perusahaan yang didirikan tahun 1996 itu berada di Singapura. Di Indonesia, InTouch mempekerjakan sekitar 60 karyawan yang setiap hari berkutat menciptakan peranti lunak.


Lisensi peranti lunak yang memiliki kata depan "Air" selain AirGuard tersebut antara lain AirAlbum, AirFax, AirRadio, dan AirVouchers. Tetapi, aplikasi paling luas dan banyak digunakan adalah SettingsWizard dan S80-DataMover yang dilisensi Nokia secara global untuk dimasukkan dalam setiap ponsel Symbian S60 Nokia. Kini, temuan Kendro itu diterjemahkan ke dalam 127 bahasa.


SettingsWizard adalah peranti lunak yang ditanamkan di ponsel Nokia, di mana saat pemilik ponsel memasukkan simcard dari operator seluler mana pun, ponsel itu otomatis bisa men-setting sendiri, baik SMS, MMS, e-mail, maupun GPRS, sehingga tidak harus diketik ulang. Demikian juga S80-DataMover yang memungkinkan pemindahan data secara otomatis dari satu ponsel ke ponsel lain atau dari satu communicator ke communicator lain, juga tanpa harus mengetik ulang.


"Banyak orang enggak percaya bahwa itu aplikasi buatan orang Indonesia. Dengan aplikasi yang diterjemahkan ke dalam 127 bahasa, menunjukkan orang Indonesia punya kemampuan," kata Kendro yang mempekerjakan dua orang Singapura sebagai tenaga pemasaran global bagi produk-produk InTouch.


Membangun perusahaan


Dilahirkan di Palembang tahun 1955, Kendro yang kini lebih sering mukim di Singapura itu bukan orang kemarin sore yang serta-merta akrab dengan dunia informasi dan teknologi (IT). Bidang ini, khususnya sebagai pengembang aplikasi bergerak atau mobile application developer, sudah ia geluti saat kuliah jurusan ilmu komputer di Kanada selepas menamatkan sekolah menengah atas di tanah kelahirannya.


Seusai menyelesaikan masternya di Kanada, ia langsung kembali ke Indonesia tahun 1981. Sampai saat ini Kendro sudah berhasil menciptakan sekitar 30 peranti lunak yang semuanya khusus untuk aplikasi bergerak.


Pria yang menikahi Linda Widjaja, teman kuliahnya di Kanada, itu memulai usaha dengan mendirikan perusahaan InMac, yakni distributor Apple Macintosh. Pada awal 1990-an Kendro mulai terjun pada aplikasi bergerak setelah Apple mengeluarkan PDA (personal data assistant) pertama bernama Newton. Tahun 1996 Nokia mengeluarkan communicator 9000 pertamanya.


Nokia cabang Indonesia kemudian menawarinya kerja sama dalam hal peranti lunak apa saja yang bisa disuntikkan ke dalam communicator. Pada Februari 1999, saat Kendro ditawari kerja sama dengan Nokia Asia Pasifik, ia membangun perusahaan di Singapura karena wilayah operasinya regional, tetapi pengembangan tetap dilakukan di Indonesia.


Mengapa harus membuka kantor di Singapura?


"Jujur saja, Pemerintah Singapura memberikan insentif yang baik. Badan penanaman modal Singapura juga sangat mendukung dengan memberikan insentif, grand, tax holiday, dan subsidi lain yang sangat menguntungkan buat orang berusaha," kata Kendro.


Ditanya apakah banyak orang Indonesia yang berpikiran maju di bidang IT, ayah tiga anak ini tanpa ragu menjawab, "Banyak."


Kemampuan IT anak-anak muda Indonesia, kata Kendro, tidak kalah dengan orang-orang India. Hanya kalau bicara outsourcing IT itu, selalu merujuk ke Bangalore, India, salah satunya karena anak-anak muda India unggul dalam berbahasa Inggris. Karena itu, mereka lebih cepat menyerap ilmu dan tanggap terhadap tren baru.


"Selain menguasai bahasa programming, anak-anak muda Indonesia wajib menguasai bahasa Inggris. Punya bakat besar di bidang IT tetapi terkendala bahasa Inggris, kan sayang kalau larinya cuma jadi tukang hacker," tutur Kendro.


Pria berkacamata ini tidak berhenti mencipta peranti baru. Kini ia mengembangkan Mobile Reward Exchange (MORE) sebagai "mata uang baru" dalam berbisnis. Alat bayar baru dari kumpulan reward (bonus/diskon) beberapa perusahaan dapat ditukar dengan barang apa pun yang menjadi mitranya. Kelak, orang membayar burger dari reward pembelian buku di Toko Buku Gramedia, misalnya, hanya dengan menunjukkan jumlah reward kepada kasir cukup dari ponselnya.


12. Prof Dr. Ing BJ Habibie - Pemegang 46 Paten di bidang Aeronautika 


Prof. Dr.-Ing. Dr. Sc. H.C. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie lahir tanggal 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan Indonesia. Anak ke empat dari delapan bersaudara dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardoyo. Dia hanya satu tahun kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) karena pada tahun 1955 dia dikirim oleh ibunya belajar di Rheinisch Westfalische Technische Honuchscule, Aschen Jerman.

Setelah menyelesaikan kuliahnya dengan tekun selama lima tahun, B.J. Habibie memperoleh gelar Insinyur Diploma dengan predikat Cum Laude di Fakultas Teknik Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara. Pemuda Habibie adalah seorang muslim yang sangat alim yang selalu berpuasa Senin dan Kamis. Kejeniusannya membawanya memperoleh Gelar Doktor Insinyiur di Fakultas Teknik Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara dengan predikat Cum Laude tahun 1965.

B.J. Habibie memulai kariernya di Jerman sebagai Kepala Riset dan Pembangunan Analisa Struktur Hamburger Flugzeugbau Gmbh, Hamburg Jerman (1965-1969). Kepala Metode dan Teknologi Divisi Pesawat Terbang Komersial dan Militer MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen (1969-1973). Wakil Presiden dan Direktur Teknologi MBB Gmbh Hambur dan Munchen (1973-1978), penasehat teknologi senior untuk Direktur MBB bidang luar negeri (1978). Pada tahun 1977 dia menyampaikan orasi jabatan guru besarnya tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung.

Tergugah untuk melayani pembangunan bangsa, tahun 1974 B.J. Habibie kembali ke tanah air, ketika Presiden Soeharto memintanya untuk kembali. Dia memulai kariernya di tanah air sebagai Penasehat Pemerintah Indonesia pada bidang teknologi tinggi dan teknologi pesawat terbang yang langsung direspon oleh Presiden Republik Indonesia (1974-1978). Pada tahun 1978 dia diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi merangkap sebagai kepala BPPT. Dia memegang jabatan ini selama lima kali berturut-turut dalam kabinet pembangunan hingga tahun 1998.

Sebelum masyarakat Indonesia menggelar pemilihan umum tahun 1997, Habibie menyampaikan kepada keluarga dan kerabatnya secara terbatas bahwa dia merencanakan berhenti dari jabatan selaku menteri setelah Kabinet Pembangunan Enam berakhir. Namun, manusia merencanakan Tuhan yang menentukan. Tanggal 11 Maret 1998, MPR memilih dan mengangkat B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ketujuh.

Pada saat bersamaan, krisis ekonomi melanda kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, dan hal itu segera berdampak pada krisis politik dan krisis kepercayaan. Kriris berubah menjadi serius dan masyarakat mulai menuntut perubahan dan akhirnya tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Sesuai pasal 8 UUD 1945, pada hari yang sama, sebelum itu, B.J. Habibie diambil sumpah jabatannya sebagai Presiden oleh Ketua Mahkamah Agung RI.

Presiden B.J. Habibie memegang jabatan presiden selama 518 hari dan selama masa itu, dibawah kepemimpinannya Indonesia tidak hanya sukses menyelenggarakan pemilihan umum yang jujur dan adil pertama kali tanggal 7 Juni 1999, tetapi juga sukses membawa perubahan yang signifikan terhadap stabilitas, demokratis dan reformasi.

Prof. B.J. Habibie mempunyai medali dan tanda jasa nasional dan internasional, termasuk ‘Grand Officer De La Legium D’Honour, hadiah tertinggi dari Pemerintah Perancis atas konstribusinya dan pembangunan industri di Indonesia pada tahun 1997; ‘Das Grosskreuz’ medali tertinggi atas konstribusinya dalam hubungan Jerman-Indonesia tahun 1987; ‘Edward Warner Award, pemberian dari Dewan Eksekutif Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada tahun 1994; ‘Star of Honour ‘Lagran Cruz de la Orden del Merito Civil dari Raja Spanyol tahun 1987. Dia juga menerima gelar doktor kehormatan dari sejumlah universitas, seperti Institut Teknologi Cranfield, Inggris; Universitas Chungbuk Korea dan beberapa universitas lainnya.

Selama kariernya, dia memegang 47 posisi penting seperti Direktur Presiden IPTN Bandung, Presiden Direktur PT PAL Surabaya, Presiden Direktur PINDAD, Ketua Otorita Pembangunan Kawasan Industri Batam, Kepala Direktur Industri Strategis (BPIS) dan Ketua ICMI. Sampai sekarang, ia masih menjabat sebagai Presiden Forum Islam Internasional dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan pengembangan SDM sejak tahun 1977, Penyantun dan Ketua Habibie Centre untuk urusan luar negeri sejak tahun 1999.

Dia juga anggota beberapa institusi non pemerintah internasional seperti Dewan Gerakan Internasional sejak tahun 2002, sebuah LSM yang beranggotakan kurang lebih 40 orang mantan presiden dan Perdana Menteri dari beberapa negara. Dia juga anggota pendiri Perkumpulan Islam Internasional Rabithah ‘Alam Islam sejak tahun 2001 yang bermarkas besar di Mekkah, Saudi Arabia. Dari semua organisasi yang disebutkan sebagian besar telah meminta Habbie menjadi salah satu pendiri Asosiasi Etika Internasional, Politik dan Ilmu Pengetahuan yang telah berdiri pada tanggal 6 Oktober tahun 2003 di Bled Slovenia yang anggotanya terdiri dari negarawan dan ilmuwan dari sejumlah negara.

Aktivitas sebelumnya terlibat dalam proyek perancangan dan desain pesawat terbang seperti Fokker 28, Kendaraan Militer Transall C-130, CN-235, N-250 dan N-2130. Dia juga termasuk perancang dan desainer yang jlimet Helikopter BO-105, Pesawat Tempur, beberapa missil dan proyek satelit. Prof B.J Habibie mempublikasika

14. Joe-Hin Tjio - Sang Penemu 23 Kromosom dari Indonesia
Siapa sangka seorang ilmuwan dari Indonesia ternyata berperan penting dalam perkembangan bioteknologi khususnya genetika. Dia bersama koleganyalah yang menemukan dan memastikan bahwa kromosom manusia berjumlah 23 pasang, padahal sebelumnya para ilmuwan meyakini bahwa jumlah kromosom manusia adalah 24.

Kisahnya bermula tahun 1921, ada 3 orang yang datang kepada Theophilus Painter meminta untuk dikebiri. Dua pria kulit hitam dan seorang pria kulit putih itu merelakan ’senjata’ mereka dicopot berdasarkan kepercayaan yang mereka anut. Painter yang orang Texas ini lantas mengamati isi testis ketiga orang tadi, dia sayat tipis-tipis, lalu diproses dengan larutan kimia, dan dia amati di bawah mikroskop. Ternyata ia melihat ada serabut-serabut kusut yang merupakan kromosom tak berpasangan pada sel testis. Hitungan dia saat itu ada 24 kromosom. Dia sangat yakin, ada 24.


‘Keyakinan’ ini dikuatkan oleh ilmuwan lain yang mengamati dengan cara berbeda, mereka pun mendapat hasil yang sama, 24 kromosom. Bahkan hingga 30 tahun ‘keyakinan’ ini bertahan. Begitu yakinnya para ilmuwan akan hitungan ini sampai-sampai ada sekelompok ilmuwan meninggalkan penelitian mereka tentang sel hati manusia karena mereka tidak menemukan kromosom ‘ke-24′ dalam sel tersebut, mereka ‘hanya’ menemukan 23 saja. Ilmuwan lain berhasil memisah-misahkan kromosom manusia dan menghitungnya, jumlahnya? Tetap 24 pasang.


Barulah 34 tahun setelah ‘tragedi’ pengebirian oleh Painter, ilmuwan menemukan cara untuk memastikan bahwa jumlah kromosom manusia hanya ada 23, bukan 24. Adalah Joe-Hin Tjio yang bermitra dengan Albert Levan di Spanyol menemukan teknik yang lebih baik untuk mendapatkan jumlah 23 pasang kromosom manusia. Bahkan ketika mereka menghitung ulang gambar eksperimen terdahulu yang menyebutkan bahwa jumlahnya ada 24, mereka mendapati hanya ada 23. Benar-benar aneh, mata siapa yang bisa error begini?


Dan memang kenyataan bahwa manusia hanya memiliki 23 pasang kromosom dianggap aneh dan mengejutkan. Pasalnya, simpanse, orang utan dan gorila, yang kandungan genetiknya mirip dengan manusia memiliki 24 pasang kromosom. Jadi kromosom manusia ini lain daripada bangsa ungka (ape) yang lain. Dan usut punya usut, ternyata ada dua kromosom pada gorila yang jika digabungkan ukurannya akan mirip dengan kromosom 2 pada manusia. Sungguh ajaib memang, perbedaan yang ‘kecil’ ini ditambah sedikit keragaman antara gen-gen manusia dan gorila, membuat ‘penampakan’ keduanya jauh berbeda.


Oh ya, kembali ke sang penemu 23 pasang kromosom pada manusia, salah satunya, yaitu Joe-Hin Tjio, adalah orang Indonesia.


Sekilas Joe-Hin Tjio



Seperti ditulis dalam Encyclopædia Britannica, Tjio (diucapkan CHEE-oh) lahir di Jawa tanggal 2 November 1919. Tjio kecil bersekolah di sekolah penjajah Belanda, kemudian dia sempat mendalami fotografi mengikuti jejak ayahnya yang juga seorang fotografer profesional. Namun selanjutnya Tjio memutar stir ke bidang pertanian dengan kuliah di Sekolah Ilmu Pertanian di Bogor, waktu itu Tjio berusaha mengembangkan tanaman hibrida yang tahan terhadap penyakit. Dari sinilah pondasi ilmu genetika membawanya menjadi seorang ahli genetik terkemuka kelak.


Sempat dipenjara selama tiga tahun saat masa pendudukan Jepang, Tjio melanjutkan pendidikannya ke Belanda melalui program beasiswa. Ia melanjutkan kembali studinya mengenai cy****netik tanaman dan serangga hingga menjadi ahli dalam bidang tersebut. Kemudian Tjio menghabiskan waktu 11 tahun di Zaragoza setelah pemerintah Spanyol mengundangnya untuk melakukan studi dalam program peningkatan mutu tanaman. Di sela-sela liburannya, Tjio pun nyambi riset di Institute of Genetics di Lund Swedia dan tertarik untuk meneliti jaringan sel mamalia. Di sinilah penemuannya yang menghebohkan itu ia lakukan. Pada tahun 1955, Tjio menggunakan suatu teknik yang baru ditemukan untuk memisahkan kromosom dari inti (nukleus) sel, ia merupakan salah satu peletak pondasi cy****netik modern –ilmu yang mempelajari hubungan antara struktur dan aktifitas kromosom serta mekanisme hereditas– sebagai sebuah cabang utama ilmu genetika. Penelitiannya yang lain pada tahun 1959 membawa pada penemuan bahwa orang-orang yang terkena Down Syndrome memiliki tambahan kromosom dalam sel-sel mereka.


Ada cerita menarik di balik penemuan jumlah 23 pasang kromosom ini, selain memang hasil penelitiannya yang menghebohkan, Tjio pun melakukan tindakan yang cukup menggemparkan dunia riset Eropa karena ia menolak untuk mencantumkan Albert Levan (kepala Institute of Genetics tempat risetnya dilakukan) sebagai Author utama dalam jurnal yang diterbitkan dalam Scandinavian Journal Hereditas tahun 1956 itu, padahal itu sesuatu yang ‘wajib’ sesuai konvensi Eropa yang telah berlangsung lama. Tjio bahkan mengancam akan membuang pekerjaannya itu jika Tjio tidak dicantumkan sebagai Author utama. Akhirnya, mengingat ini adalah penemuan besar, Levan mengalah dan dia dicantumkan hanya sebagai co-author.


Di sisa 37 tahun terakhir karirnya, Tjio bekerja di NIH (National Institute of Health) Washington. Di sana Tjio mengkompilasi koleksi-koleksi foto-foto ilmiah yang mendokumentasikan penelitian-penelitiannya yang luar biasa. Ternyata bakat fotografi terpendamnya tersalurkan juga di NIH. Prestasi Tjio pun tak bisa dipandang remeh, bahkan sangat membanggakan, terbukti dengan anugerah Outstanding Achievement Award dari Presiden Kennedy tahun 1962.


Tjio tutup usia tanggal 27 November 2001, 25 hari setelah ultahnya yang ke 82 di Gaithersburg, Maryland, Amerika. Kita boleh berbangga sekaligus prihatin, bangga karena ilmuwan kelahiran Indonesia mampu memberi sumbangsih besar untuk ilmu pengetahuan, tapi juga prihatin karena di negeri kita ‘belum’ menjadi tempat bagi ilmuwan luar biasa. Banyak potensi besar orang-orang cerdas yang kurang diperhatikan, sehingga mereka ‘dibajak’ oleh negara-negara lain yang sudah maju dan mau menghargai kehebatan mereka, bahkan sejak mereka masih sangat muda. Tentu sayang jika orang hebat seperti Joe-Hin Tjio yang lahir di Jawa pada akhirnya dikenal sebagai ahli genetik Amerika.
 


15. DR. AZHARI SASTRANEGARA - AHLI BENTURAN DARI MAJENE
Lelaki itu selalu memulai dengan sederhana: bersepeda menuju kantornya, NSK Ltd. Setiap hari, sepanjang tahun, dia mengayuh sepeda selama 15 menit dari rumahnya di House Malonie Nomor 2, Fujisawa-shi, Kanagawa, Jepang Sekilas dia adalah pria kampung Jepang biasa. Nyaris tak ada yang tahu bahwa dia pria penting. Dia adalah salah satu ahli top di Jepang dalam bidang analisis keamanan struktur terhadap benturan.



Di kantornya itu, design engineer berusia 33 tahun ini selalu menghabiskan sebagian harinya di Automotive Bearing Technology Department. “Pulang kantor pukul 18.00, kalau lagi lembur pukul 20.00,” ujar Azhari kepada Tempo melalui surat elektronik pekan lalu.

Doctor of engineering dari Tokyo Institute of Technology, Jepang, itu bergabung dengan produsen bearing dan komponen otomotif tersebut sejak April 2005. Awalnya ia berkarier sebagai research engineer di NSK Research and Development Center. “Tema penelitian saya cukup beragam, berkisar pada analisis struktur dan bahan terhadap benturan,” ujar Azhari.

Salah satu riset pria kelahiran Majene, Sulawesi Barat, itu adalah tentang desain kemudi kendaraan yang aman. Dalam penelitian itu, tugasnya melakukan perhitungan apakah rancangan kemudi yang diajukan oleh bagian desain sudah memenuhi syarat keamanan ketika terjadi tabrakan. Dari aneka penelitian itu, Azhari dan timnya di NSK menghasilkan enam paten yang kini terdaftar di Japan Patent Office.

NSK ternyata juga bukan tempat kerja pertamanya. Sebelumnya, Azhari—yang meraih gelar doktor dengan disertasi berjudul “Effect of Transverse Impact on Energy Absorption of Column”—sempat menjadi asisten dosen di Tokyo Institute of Technology. Di kampus itu pula Azhari merampungkan pendidikan dari S-1 sampai S-3 (Ph.D).

Dia belajar di kampus itu setelah lulus dari SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah, pada 1994. Modalnya: beasiswa Mitsui Bussan Indonesia Scholarship, yang menyeleksi peserta dari pelajar SMA se-Jawa dan Bali. Beasiswa itu cuma untuk menyelesaikan sarjana strata satu. Jadi, saat melanjutkan ke strata dua, “Saya kuliah sambil bekerja paruh waktu,” ujarnya. Pada program S-3 (Ph.D), ia kembali mendapatkan beasiswa—kali ini dari Moritani Scholarship dan Tsuji Asia Scholarship.

Setelah memperoleh gelar doktor/Ph.D, Azhari sempat ingin kembali ke Tanah Air. Namun, ia tak mendapatkan tempat untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya. “Jaringan kerja saya juga belum ada,” ujarnya. Dia pun memutuskan menimba ilmu di perusahaan Jepang, yang muatan penelitiannya banyak. Untuk ikut memajukan Indonesia, ia punya cara lain.


17. FAUZY AMMARI - JEJAK TERNATE DI JALAN SUTRA UZBEKISTAN
Sudah hampir 10 bulan Fauzy Ammari bergelut di Jalan Sutra. Di jalur utama perdagangan dunia yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika 3.000 tahun silam itulah, karier emas Fauzy kini dipertaruhkan. Lelaki kelahiran Ternate, Maluku Utara, 42 tahun silam ini dipercaya menjadi salah seorang konsultan dalam proyek pembangunan jalan di salah satu bagian rute kuno itu di wilayah Uzbekistan.

Proyek prestisius yang dinamakan Proyek Jalan Sutra atawa Silk Road ini membentang 131 kilometer sepanjang rute Guzar-Bukhara- Nukus-Dautata. Pemerintah Presiden Islam Karimov mengucurkan sedikitnya US$ 270 juta atau Rp 2,7 triliun, yang dipinjamnya dari Bank Pembangunan Asia (ADB).

Dalam proyek tersebut, Fauzy duduk sebagai penasihat internasional untuk bidang infrastruktur transportasi. Tanggung jawabnya menangani proyek-proyek fasilitas umum dan penyediaan alat-alat berat. Tak tanggung-tanggung, ia pun diminta membentuk departemen transportasi, departemen baru di Uzbekistan.

“Bisnis jalan” sesungguhnya tak jauh-jauh dari awal karier Fauzi. Ketika masih duduk di bangku SMP di Ternate, ia sudah diperkenalkan dengan manajemen bisnis transportasi. Saat itu ia bahkan dipercaya mengelola sebuah mobil angkutan kota milik keluarganya.

Segala tetek-bengek bisnis angkutan menjadi tanggung jawabnya. Mulai teknik mencari penumpang, melayani penumpang, sampai merawat si angkot semata wayang, yang dilakoninya hingga tamat SMA.

Berpuluh tahun kemudian, ribuan mil dari tanah kelahirannya, Fauzy merasakan manfaat dari pendidikan manajemen bisnisnya itu. Mengatur strategi pemenangan proyek, mengelola tim kerja, hingga mengatur rencana kerja seolah hanya mengulang pekerjaan masa kecilnya.

Bedanya, dulu ia hanya mengurus satu mobil, kini ia bertanggung jawab membangun salah satu ruas jalan di Uzbekistan. Jiwa bisnis Fauzy mulai terasah manakala sang ayah, seorang penjual pakaian dan sepatu, mangkat. Saat itu usia Fauzy baru delapan tahun.

18. Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto - Peraih Empat Gelar Doktor dan Juga Peraih 31 Paten di Jepang

Prestasi membanggakan ditorehkan Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto. Pria kelahiran Surabaya ini berhasil menggondol gelar profesor dan empat doktor dari sejumlah universitas di Jepang. Lebih hebatnya, puncak penghargaan akademis itu dicapainya pada usia 37 tahun.


Sepintas, penampilan fisiknya nyaris tak berbeda jika dibandingkan dengan kebanyakan orang Jepang. Kulitnya kuning. Rambut lurusnya, disisir rapi. Kemejanya yang diseterika licin dipadu jas menunjukkan dia menyukai formalitas. Tapi, begitu berbicara, akan terkesan bahwa Prof Soetanto -demikian dia dipanggil- bukan orang Jepang. Bicaranya ceplas-ceplos dengan logat suroboyoan-nya yang khas.
Penemu konsep pendidikan tinggi "Soetanto Effect" di Negeri Sakura itu beberapa hari ini berkunjung ke Indonesia. Soetanto mendampingi sejumlah koleganya, Dr Kotaro Hirasawa (dekan Graduate School Information Production & System Waseda University) dan Yukio Kato (general manager of Waseda University), menandatangani memorandum of understanding (MoU) antara Waseda University dan President University, Jababeka Education Park, Cikarang, Jawa Barat, Sabtu lalu.

Waseda University adalah perguruan tinggi swasta terbesar di Jepang. Reputasinya setara dengan universitas negeri semisal Tokyo University, Kyoto University, atau Nagoya University. Mahasiswa yang berguru di Waseda University 51.499 orang. Di anatar jumlah itu, 1.234 orang berasal dari luar Jepang.

Waseda University telah menganugerahkan 81 gelar kehormatan bagi pemimpin negara, mulai mantan PM India Jawaharlal Nehru (1957) hingga mantan PM Singapura Lee Kuan Yew (2003). Dari Indonesia, Ketua DPD Ginandjar Kartasasmita juga pernah belajar di sini.

President University adalah institusi perguruan tinggi berbasis kurikulum bertaraf internasional yang berlokasi di tengah-tengah sekitar 1.040 perusahaan di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang. Selain putra berbaik dari Indonesia, para mahasiswa President University berasal dari China dan Vietnam.

Kehadiran Soetanto tak begitu menyita perhatian publik. Maklum, wakil dekan Waseda University tersebut hanya "sebentar" memberikan ceramah populernya di hadapan ratusan mahasiswa dan civitas academica President University. Dia tak sempat berbagi keilmuan dengan sesama akademisi seperti UI, UGM, ITB, dan Unair. Sebuah kesempatan yang agak disesalkan bagi orang dengan kemampuan akademik sekaliber Soetanto.

Prestasi akademik Soetanto bisa dibilang di atas rata-rata. Misalnya, pada 1988-1993, dia tercatat sebagai direktur Clinical Education and Science Research Institute (CERSI) merangkap associate professor di Drexel University dan School Medicine at Thomas Jefferson University, Philadelphia, AS.

Dia juga pernah tercatat sebagai profesor di Biomedical Engineering, Program University of Yokohama (TUY). Selain itu, pria kelahiran 1951 tersebut saat ini masih terdaftar sebagai prosefor di almameternya, School of International Liberal Studies (SILS) Waseda University, serta profesor tamu di Venice International University, Italia.

Otak arek Suroboyo itu memang brilian. Dia berhasil menggabungkan empat disiplin ilmu berbeda. Hal tersebut terungkap dari empat gelar doktor yang diperolehnya. Yakni, bidang applied electronic engineering di Tokyo Institute of Technology, medical science dari Tohoku University, dan pharmacy science di Science University of Tokyo. Yang terakhir adalah doktor bidang ilmu pendidikan di almamater sekaligus tempatnya mengajar, Waseda University.

"Saya sungguh menikmati pekerjaan sebagai akademisi," kata Soetanto di sela kesibukannya menyaksikan MoU Waseda University dan President University.

Di luar status kehormatan akademik tersebut, dia masuk birokrasi di Negeri Sakura. Pria yang pernah berkawan dengan mantan Presiden RI B.J. Habibie itu tercatat sebagai komite pengawas (supervisor committee) di METI (Ministry of Economy, Trade, and Industry atau semacam Menko Perekonomian di RI).

Selain itu, dia ikut membidani konsep masa depan Jepang dengan terlibat di Japanese Government 21st Century Vision. "Pada jabatan tersebut, saya berpartisipasi langsung menyusun GBHN (kebijakan makro)-nya Jepang," ungkap Soetanto yang masih fasih berbahasa Indonesia dan Jawa itu. Buah pemikiran Soetanto terkenal lewat konsep pendidikan "Soetanto Effect" dan 31 paten internasional yang tercatat resmi di pemerintah Jepang.

Inovasi yang dipatenkan itu mayoritas berlatar bidang keilmuannya, mulai elektronika engineering, teknologi informasi, penemuan pengobatan kanker, dan teknik imaging serta bidang farmasi.

Mau tahu berapa dana yang diraih Soetanto untuk membiayai riset-risetnya? Jumlahnya sangat mencengangkan untuk ukuran akademikus bergelar profesor atau mereka yang pernah menduduki jabatan tertinggi di perguruan tinggi (rektor). Kementerian Pendidikan Jepang mendanai Soetanto sampai USD 15 juta per tahun.

Di antara segudang prestasi itu, bisa jadi yang paling membanggakan, khususnya bagi warga Surabaya, adalah latar belakang sekolah dasar dan menengahnya yang ternyata dihabiskan di kota buaya. Soetanto muda mengenyam pendidikan SD swasta di Kapasari, SMP Baliwerti, dan SMA Budiluhur yang dulu menjadi jujugan sekolah warga keturunan Tionghoa.

Toh, Soetanto mengaku belum puas. Obsesi terpendamnya adalah bagaimana karya akademisnya bisa dinikmati orang lain. "Saya berbahagia bila bisa menyenangkan orang lain," katanya mengungkap visi hidupnya.

Soetanto sempat memberikan buah pemikirannya di hadapan ratusan mahasiswa President University. Isi ceramah akademisnya menarik perhatian mahasiswa. Bahkan, beberapa jajaran direksi PT Jababeka, termasuk Dirut PT Jababeka Setyono Djuandi Darmono. Maklum, Soetanto membeberkan pengalamannya bisa ’menaklukkan’ dunia perguruan tinggi Jepang kendati hingga sekarang masih berkewarganegaraan Indonesia.

Selebihnya, Soetanto banyak mengkritisi sistem pendidikan di Indonesia yang perlu dirombak lagi agar lulusannya lebih berkualitas. "Sistem pendidikan di sini (Indonesia) sudah tertinggal jauh", jelas Soetanto dengan gaya bicara berapi-api.

Ironisnya, penghargaan terhadap staf pengajar atau guru di Indonesia juga sangat kurang. Soetanto lantas mencontohkan kecilnya gaji guru yang memaksa mereka harus bekerja sambilan. "Karena faktor tersebut, jangan heran bila banyak ilmuwan Indonesia mencari penghasilan di luar negeri," pungkas Soetanto 
 
 
 

 

  
 

ZOOM UNIK::UNIK DAN UNIK Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger