Warung Bebas

Jumat, 03 November 2006

Kuasai Kecerdasan Emosi Anda!

Petikan Motivasi dari Bu Guru Ahira..

*******

"Siapapun bisa marah. Marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik, bukanlah hal mudah." -- Aristoteles, The Nicomachean Ethics.

Mampu menguasai emosi, Seringkali orang menganggap remeh pada masalah ini.

Padahal, kecerdasan otak saja tidak cukup untuk menghantarkan seseorang bisa mencapai kesuksesan. Justru, pengendalian emosi yang baik menjadi faktor penting penentu kesuksesan hidup seseorang.

Kecerdasan emosi adalah sebuah gambaran mental dari seseorang yang cerdas dalam menganalisa, merencanakan dan menyelesaikan masalah, mulai dari yang ringan hingga kompleks. Dengan kecerdasan ini seseorang bisa memahami, mengenal, dan memilih kualitas mereka sebagai insan manusia.

Orang yang memiliki kecerdasan emosi bisa memahami orang lain dengan baik dan membuat keputusan dengan bijak. Lebih dari itu, kecerdasan ini terkait erat dengan bagaimana seseorang dapat mengaplikasikan apa yang ia pelajari tentang kebahagiaan, mencintai dan berinteraksi dengan sesamanya.

Ia pun tahu tujuan hidupnya dan akan bertanggung jawab dalam segala hal yang terjadi dalam hidupnya, sebagai bukti tingginya kecerdasan emosi yang dimilikinya.

Kecerdasan emosi lebih terfokus pada pencapaian kesuksesan hidup yang tidak tampak. Kesuksesan bisa tercapai ketika seseorang bisa membuat kesepakatan dengan melibatkan emosi, perasaan dan interaksi dengan sesamanya. Terbukti, pencapaian kesuksesan secara materi tidak menjamin kepuasan hati seseorang.

Tahun 1990, Kecerdasan Emosi (yang juga dikenal dengan sebutan "EQ"), dikenalkan melalui pasar dunia. Dinyatakan bahwa kemampuan seseorang untuk mengatasi dan menggunakan emosi secara tepat dalam setiap bentuk interaksi lebih dibutuhkan daripada kecerdasan otak (IQ) seseorang.

Sekarang, mari kita lihat bagaimana emosi bisa mengubah segala keterbatasan menjadi hal yang luar biasa; Seorang miliuner terkaya di Amerika Serikat, Donald Trump, adalah contoh dalam hal ini. Di tahun 1980 hingga 1990, Trump dikenal sebagai pengusaha real estate yang cukup sukses, dengan kekayaan pribadi yang diperkirakan sebesar satu miliar US dollar. WoW!

Dua buku berhasil ditulis pada puncak karirnya, yaitu The Art Of The Deal dan Surviving At The Top. Namun jalan yang dilalui Trump tidak selalu mulus...

Anda ingat depresi yang melanda dunia di akhir tahun 1990? Pada saat itu harga saham properti pun ikut anjlok dengan drastis. Hingga dalam waktu semalam, kehidupan Trump menjadi sangat berkebalikan.

Trump yang sangat tergantung pada bisnis propertinya ini harus menanggung hutang sebesar 900 juta US Dollar! Bahkan Bank Dunia sudah memprediksi kebangkrutannya. Beberapa temannya yang mengalami nasib serupa berpikir bahwa inilah akhir kehidupan mereka, hingga benar-benar mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Di sini kecerdasan emosi Trump benar-benar diuji. Bagaimana tidak, saat ia mengharap simpati dari mantan istrinya, ia justru diminta memberikan semua hartanya yang tersisa sebagai ganti rugi perceraian mereka.

Orang-orang yang dianggap sebagai teman dekatnya pun pergi meninggalkannya begitu saja! Sungguh, alasan yang sangat mendukung bagi Trump untuk putus asa dan menyerah pada hidup. Namun itu tidak dilakukannya.

Trump justru memandang bahwa ini kesempatan untuk bekerja dan mengubah keadaan. Meski secara finansial ia telah kehilangan segalanya, namun ada ' intangible asset' yang tetap dimilikinya. Ya, Trump memiliki *pengalaman* dan pemahaman bisnis yang kuat, yang jauh lebih berharga dari semua hartanya yang pernah ada!

Apa yang terjadi selanjutnya?

Fantastis, enam bulan kemudian Trump berhasil membuat kesepakatan terbesar dalam sejarah bisnisnya. Tiga tahun berikutnya, Trump mampu mendapat keuntungan sebesar US$3 Milliar. Ia pun berhasil menulis kembali buku terbarunya yang diberi judul "The Art of The Comeback". :-)

Dalam bukunya ini Trump bercerita bagaimana kebangkrutan yang menimpanya justru menjadikannya lebih bijaksana, kuat dan fokus daripada sebelumnya. Bahkan ia berpikir, jika saja musibah itu tidak terjadi, maka ia tidak akan pernah tahu teman sejatinya dan tidak akan menjadikannya lebih kaya dari yang sebelumnya.

Luar biasa bukan? :-)

Kecerdasan Emosi memberikan seseorang keteguhan untuk bangkit dari kegagalan, juga mendatangkan kekuatan pada seseorang untuk berani menghadapi ketakutan.

Tidak sama halnya seperti kecerdasan otak atau IQ, kecerdasan emosi hadir pada setiap orang dan bisa dikembangkan.

Berikut beberapa tips bagaimana cara mengasah kecerdasan emosi:

Selalu hidup dengan keberanian. Latihan dan berani mencoba hal-hal baru akan memberikan beragam pengalaman dan membuka pikiran dengan berbagai kemungkinan lain dalam hidup.


Selalu bertanggung jawab dalam segala hal. Ini akan menjadi jalan untuk bisa mendapatkan kepercayaan orang lain dan mengendalikan kita untuk tidak mudah menyerah. "being accountable is being dependable"


Berani keluar dari zona nyaman. Mencoba keluar dari zona nyaman akan membuat kita bisa mengeksplorasi banyak hal.


Mengenali rasa takut dan mencoba untuk menghadapinya. Melakukan hal ini akan membangun rasa percaya diri dan dapat menjadi jaminan bahwa segala sesuatu pasti ada solusinya.


Bersikap rendah diri. Mau mengakui kesalahan dalam hidup justru dapat meningkatkan harga diri kita.

So, kuasailah kecerdasan emosi Anda!

Karena mengendalikan emosi merupakan salah satu faktor penting yang bisa mengendalikan Anda menuju sukses dan juga menikmati warna-warni kehidupan. :-)

»§«·´¯`·.,¸¸,»» Oleh Anne Ahira

*******

Dikutip dari NewsLetter AsianBrain dengan perubahan seperlunya

Cepat Kaya VS Menjadi Kaya

Sudah beberapa e-mail yang berbau spam mampir ke e-mail saya, isinya tidak jauh dari ajakan bisnis yang bertuliskan Ingin cepat kaya? ayo masuk kesini bla.. bla.. bla…

Sampe bingung ngebacanya, maklum terlalu muluk-muluk. Apalagi kalo sudah bicara tinggal modal segini trus ongkang-ongkang kaki aja deh tunggu duit masuk ke rekening. Seandainya itu menjadi kenyataan pun belum tentu saya mau ikut. Karena apa? saya lebih suka menjadi kaya tapi stabil walaupun saya peroleh dengan waktu yang agak lama ketimbang cepat kaya terus besoknya miskin lagi.

Saya pernah membaca sebuah buku yang mengatakan bahwa kekayaan adalah output dari sebuah proses. Dalam mencapai output tersebut dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas, investasi, serta cash flow yang baik. Saya ambil contoh keseharian tentang para peserta magang ke Jepang. Karena bagi saya ini merupakan objek yang unik tentang topik Cepat Kaya VS Menjadi Kaya.

IMM Japan dan Disnakertrans RI berkerjasama dalam mengirimkan peserta magang ke Jepang dengan tes yang cukup berat. Pelamar program ini cukup banyak apa lagi bila diiming-imingi ¥ 80.000 perbulan (sekitar 6 juta). Wow.. kayak mimpi ya bisa punya gaji sebesar itu. Gaji segitu aja didapat pada tahun pertama sedangkan tahun kedua dan ketiga bisa mencapai ¥ 150.000 - ¥ 300.000 karena sudah ada lembur. Gimana tertarik mau jadi peserta magang ke Jepang kunjungi http://www.pemagangan.com . Lha kok malah ngelantur.. Oke kembali ke Topik. Nah bisa kita lihat mungkin ada seseorang peserta yang semula gajinya hanya Rp. 800.000,- menjadi ¥ 80.000 apakah itu mejadikan orang itu Cepat Kaya. Jawabannya belum tentu, sepintas memang terlihat bener-bener cepat kaya tapi dari apa yang saya lihat tidak seperti itu.

Dengan bertambahnya penghasilan maka kebanyakan pengeluarannya pun bertambah, bayangin aja ada rekan saya yang ngomong ke saya bahwa dia baru saja beli celana yang harganya 20.000 yen. Dan saat saya tanya tinggal berapa gajian bulan ini jawabnya nol. Yah itulah gambaran dari Cepat Kaya yang tidak dilandasi dengan Pengetahuan Finansial. Tak heran sudah lebih dari 20.000 peserta magang yang pulang dengan membawa ratusan juta rupiah namun hanya bisa bertahan selama 2-6 bulan saja. Pada akhirnya banyak dari mereka yang kembali menganggur karena memilih-milih pekerjaan, yah ada gengsi dikitlah dari yang gaji mentri masa kembali ke gaji kuli lagi. Adapula yang coba-coba bisnis tapi karena kurangnya pengetahuan ya.. bangkrut juga. Bisa dikatakan dari sejumlah peserta magang hanya sekitar 10 % yang bisa survive, dan 1% yang sukses.

Lalu apakah menjadi kaya itu?
Saya mengambil contoh dari perjuangan Robert T. Kiyosaki yang mulai belajar keuangan semenjak dari kecil. Mengalami kerugian kebangkrutan lalu pada akhirnya bangkit lagi dan bisa mencapai kebebasan Finansial di usianya yang ke 40an. Itu yang saya sebut sebuah proses. Banyak sekali cerita orang-orang sukses yang sangat memotifasi kalo sempat coba klik Link Entrepreneur University di samping kanan. Saya sangat suka dengan isi dari situs tersebut walaupun saya baru mengetahuinya bulan lalu.
So.. giliran Anda yang memilih ingin Cepat Kaya atau Mnjadi Kaya… atau Menjadi kaya dengan cepat….he.. he….

Tips :
Dalam masalah Rejeki ora usah ngoyo, inget Rejeki sudah ada qodarnya jika kita di qodar dalam hidup kita mendapat 1 Milyar. Maka sebelum kita meninggal kita mesti harus kudu menerima semua itu. Kita disini cuma bisa berusaha dan berdoa.
 

ZOOM UNIK::UNIK DAN UNIK Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger