Warung Bebas

Kamis, 08 November 2012

Tips Trik Media Player Classic

Unik Informatika - Media Player Classic (MPC) adalah salah satu multimedia player alternatif yang cukup populer sekarang ini. MPC dapat didownload di DISINI atau dapat juga diinstall melalui K-Lite Codec pack.

http://unik-informatika.blogspot.com/2012/11/tips-trik-media-player-classic.html
MPC
Di balik tampilannya yang sederhana, MPC memiliki banyak fitur dan options yang powerful. Beberapa fitur akan saya bahas di sini.

1. Screenshot

Fitur screenshot digunakan untuk menyimpan frame video ke dalam format bmp, jpg, dan png. Untuk mengambil screenshot, mainkan video yang anda ingin ambil screenshotnya, pause video pada frame yang diinginkan, lalu klik menu File - Save Image... 
Fitur yang mirip adalah Thumbnails (File - save thumbnails...), yang digunakan untuk menyimpan beberapa frame ke dalam 1 gambar.

http://unik-informatika.blogspot.com/2012/11/tips-trik-media-player-classic.html
Klik Untuk Memperbesar Gambar


Catatan: Jika MPC menampilkan pesan error sewaktu mengambil screenshot, klik menu View - Options dan pastikan anda tidak menggunakan overlay mixer sebagai output.

2. Informasi Media
Klik menu File - Properties untuk melihat informasi media yang sedang dimainkan. Informasi ini meliputi informasi CODEC yang digunakan oleh media, format file, durasi, ukuran file, resolusi, bitrate, dan lain sebagainya.

3. 1001 Cara Membuka File
Dalam menu File terdapat banyak cara untuk membuka file, yaitu:
Quick open digunakan untuk membuka satu file atau lebih dengan cepat.
Open file digunakan untuk membuka file video, dan dapat digabung dengan file audio lain (dub).
Open DVD digunakan untuk membuka file DVD yang telah anda copy ke harddisk. Dengan cara ini, fitur-fitur DVD tetap utuh, seperti menu, subtitle, pilihan audio dan sebagainya sehingga seperti waktu kita memutar DVD langsung dari DVD-Drive.
Open Device digunakan untuk membuka hardware multimedia seperti capture card.
Open directory digunakan untuk membuka semua file dalam satu folder secara bergiliran.
Open disk digunakan untuk membuka file media yang terdapat dalam disk (DVD, VCD, dan lain sebagainya).

4. Zoom
Untuk melakukan zoom in pada video, tekan tombol 9 pada numeric keypad (numlock harus dalam posisi on).
Tekan numpad 1 untuk zoom out, tekan CTRL + numpad 8, 6, 2, dan 4 untuk menggeser (panning) layar, dan numpad 5 untuk mereset tampilan.

5. Tombol Shortcut Yang Berguna
Banyak sekali shortcut keyboard yang terdapat dalam MPC. Daftar shortcut lengkap dapat dilihat di menu View - Options - Keys. Beberapa shortcut yang sering saya gunakan antara lain:

  • Spacebar: untuk pause/play video.
  • Left/Right: untuk maju/mundur satu frame. Berguna untuk mengepaskan posisi frame untuk mengambil screenshot.

  • Up/Down: menambah/mengurangi volume suara.

  • ALT + ENTER: untuk melihat video dalam tampilan fullscreen.

6. Slow-mo/Fast-mo
MPC dapat memutar video dengan framerate yang lebih lambat/cepat dari aslinya, sehingga video dapat berjalan lebih lambat/cepat. Fitur ini sering saya gunakan untuk mempelajari tutorial video yang banyak beredar di youtube. Klik tombol Increase/Decrease speed yang berada di Control bar untuk menggunakannya.

7. Favorites
Fitur ini sama seperti fitur bookmark yang ada pada internet browser. Kita dapat menyimpan video favorit kita di sini sehingga dapat mengaksesnya dengan cepat. Klik menu Favorites - Add to favorites untuk memasukkan video yang sedang di-play ke dalamnya.

8. Playlist
MPC ternyata juga memiliki fitur playlist, meskipun sederhana. Klik menu View - Playlist untuk menampilkannya. Anda dapat melakukan drag-drop dari Windows Explorer ke dalam playlist ini. Klik kanan playlist - Save as untuk menyimpan playlist. Untuk membuka playlist, gunakan File - Quick open.

9. Pixel Shader
Ini salah satu fitur menarik MPC. Dengan pixel shader kita dapat menambahkan efek-efek yang menarik ke video, seperti grayscale, nightvision, emboss, dan lain sebagainya. Anda bahkan dapat menggabungkan beberapa shader untuk menghasilkan efek yang baru atau membuat shader sendiri. Untuk mengaktifkan pixel shader, graphic card anda harus sudah mendukung fitur pixel shader 2.0 atau lebih baru, dan mengeset option lewat menu View - Options - Output. Pilih VMR9 renderless, pada Surface pilih 3D surface, klik OK. Jika anda sedang memutar video, klik File - Close lalu buka kembali video anda, klik menu View - Shader Editor lalu pilih efek yang anda inginkan.

10. Screensaver
MPC dapat digunakan sebagai screensaver, sehingga memungkinkan menggunakan sebuah video sebagai screensaver.

Untuk 'fitur' ini, anda memerlukan VidScreensaver.scr (dibuat oleh saya), dapat didownload di DISINI. Copy VidScreensaver.scr ke C:\Windows lalu klik kanan desktop, Properties. Klik tab Screensaver, pilih VidScreensaver, klik settings. Pada MPC path browse ke file mplayerc.exe, dan pada Video path browse ke file video yang akan dijadikan screensaver, klik OK.

Terima Kasih...


Sejarah Amerika Dijuluki Paman Sam


You'll Never Walk Alone - Kali ini Saya akan memberikan informasi tentang Sejarah dijulukinya Amerika dengan nama Paman Sam. Kenapa Amerika dijuluki sebagai negara “Paman Sam” (Uncle Sam) ?. Begini ceritanya, dahulu ada orang bernama Samuel Wilson. Ia dilahirkan di Arlington, tanggal 13 September 1766. Pada usia 14 tahun, ia menjadi sukarelawan pejuang bagi negaranya. Setelah dewasa, ia membuka usaha kemasan daging di New York. Ia menyuplai bertong-tong daging bagi tentara AS dalam Perang 1812.
 
Pada tahun 1812 jumlah barang untuk tentara dibeli di Troy, NY, oleh Elbert Anderson, seorang kontraktor pemerintah. Barang diperiksa oleh dua bersaudara, Ebenezer dan Samuel Wilson. Samuel Wilson sering dipanggil “Uncle Sam” oleh temannya. Setiap paket ditandai inisial E.A.-U.S. Pada saat dimintai arti inisial ini, pekerja yang bercanda menjawab bahwa EA adalah Elbert Anderson dan US adalah Paman Sam yang seharusnya adalah United States. Jadi judul menjadi populer di kalangan para pekerja, tentara, dan orang-orang, dan Pemerintah Amerika Serikat sekarang dikenal sebagai “Paman Sam” 

Kisah diatas akhirnya di tulis dalam sebuah koran. Pada 1860-an dan 1870-an, kartunis politis Thomas Nast mulai mempopulerkan gambar Paman Sam. Nast mengembangkan gambar tersebut dengan memberikan Paman Sam janggut putih dan pakaian yang bermotifkan bintang dan garis. Nast juga-lah yang menciptakan citra Sinterklas dan gajah sebagai simbol Partai Republik. Pada September 1961 Kongres AS mengakui Samuel Wilson sebagai cikal bakal symbol nasional Amerika. 

Paman Sam Wilson dianggap sebagai tokoh teladan tentang seorang wiraswasta yang suka bekerja keras dan cinta kepada tanah airnya. Wilson wafat di usia 88 tahun pada 1854 dan dimakamkan di Pemakaman Oakwood di Troy, New York. Kota itu mendapat sebutan ‘Rumah Paman Sam.’ Akhirnya , nama Paman Sam secara resmi dipakai untuk julukan negara Amerika. Orang-orang Amerika sekarang bangga dengan julukan dan citra yang dimiliki Paman Sam.

5 Negara Yang Mengabadikan Nama Soekarno

Hai sobat, kali ini You'll Never Walk Alone akan memberikan informasi tentang 5 negara yang mengabadikan nama soekarno. Nama Soekarno memang dikenal harum di dunia. Sepak terjangnya sebagai Presiden pertama Republik Indonesia, dan kepiawaiannya dalam memainkan politik di dunia internasional, menjadi spirit baru bagi negara-negara Asia dan Afrika di masa lalu untuk merdeka. Kawan maupun lawan dibuat segan oleh pandangan-pandangannya. Akhasil, sederet pujian dan anugerah disematkan pada diri Soekarno ke dalam berbagai manifestasi.

1. Rusia
Mesjid Biru Soekarno di St. Petersburgh


Di negeri komunis Uni Soviet, nama Soekarno sangat dikenal. Bukan hanya dianggap sebagai teman dalam Perang Dingin melawan poros Barat, namun juga sebagai presiden muslim yang memberikan “berkah” sebagian muslim di negeri palu arit. Semua berawal ketika sang presiden pada tahun 1955 silam, berkunjung ke kota terbesar kedua di Russia ini. Kala itu, Soekarno sedang menikmati indahnya kota St. Petersburg yang didirikan oleh Peter the Great pada abad 17. Dari dalam mobil itu, Soekarno sekelebatan melihat sebuah bangunan yang unik dan tidak ada duanya, yang kelak diketahuinya sebagai Mesjid yang telah dijadikan sebuah gudang senjata.
Setelah dua hari menikmati keindahan kota St. Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad, Soekarno terbang ke Moskow untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi guna membahas masa depan kerja sama bilateral dan berbagai posisi kunci dalam Perang Dingin yang terus memuncak. Dalam pertemuan itulah Soekarno melontarkan kekecewaannya pada penguasa tirai besi Soviet Nikita Kruschev, perihal mesjid indah yang dilihatnya. Seminggu setelah kunjungan usai. Sebuah kabar gembira datang dari pusat kekuasaan, Kremlin di Moskow. Seorang petinggi pemerintah setempat mengabarkan bahwa satu-satunya masjid di Leningrad yang telah menjadi gudang pasca revolusi Bolshevic tersebut bisa dibuka lagi untuk beribadah umat Islam, tanpa persyaratan apapun. Sang penyampai pesan juga tidak memberikan alasan secuilpun mengapa itu semua bisa terjadi. Tetapi, umat muslim hingga saat ini sangat berterima kasih dan meyakini bahwa Soekarno orang dibalik semua ini. Maka tak heran jika muslim di St. Petersburg menjuluki mesjid ini dengan Mesjid Biru Sukarno.

2. Mesir
Jalan Ahmad Soekarno


Puncak harmonisnya hubungan RI – Mesir, terjadi ketika kedua negara ini dipimpin oleh Ir. Soekarno dari Indonesia dan Gammal Abdul Nasser dari Mesir. Untuk diketahui, Presiden Indonesia pertama dikenal di Mesir dengan nama Ahmad Soekarno. Penambahan nama Ahmad dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia di Mesir untuk memperkuat nuansa keislaman sehingga menarik perhatian masyarakat Mesir bahwa Presiden Indonesia beragama Islam, seragam dengan nama Wakil Presiden yang diawali nama Mohammad, lengkapnya Mohammad Hatta. Keduanya (Ahmad dan Muhammad) merupakan nama-nama Islami.
Tercatat, enam kali Soekarno menggunjungi negeri firaun ini.Selain itu, persahabatannya dengan Nasser dan aktifitas keduanya sebagai pemrakarsa di Konferensi Asia-Afrika, membuat nama Presiden Soekarno begitu harum di mata pemerintah dan rakyat Mesir, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Mesir. Letaknya bersebelahan dengan Jalan Sudan, Daerah Kit-Kat Agouza Geiza. Jalan ini bisa dicapai dari kawasan mahasiswa di al-Hay al-Asyir (Sektor 10) Madinat al-Nashr (Nasr City) dengan menaiki bus hijau nomor 109 dan 167.

3. Maroko
Jalan Soekarno


Jika di Jakarta ada jalan bernama Casablanca, sebuah kota terkenal di Maroko, maka di Maroko juga terdapat nama-nama jalan berbau Indonesia. Tak tanggung-tanggung nama presiden pertama Indonesia, Soekarno, ‘dicatut’ menjadi nama jalan di Ibokota Maroko, Rabat. Rupa-rupanya Maroko terkesan dengan sosok Soekarno. Nama jalan tersebut diresmikan sendiri oleh Bung Karno bersama Raja Muhammad V saat kunjungan beliau ke Maroko pada 2 Mei 1960. Nama jalannya waktu itu: ‘sharia Al-Rais Ahmed Sukarno’ yang sekarang terkenal dengan nama Rue Suokarno. Jalan ini berdekatan dengan kantor pos pusat Maroko.
Dipilihnya nama Soekarno, karena Soekarno adalah pencetus Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tahun 1955. Nama tersebut dipilih sebagai penghargaan terhadap Presiden Soekarno. Seperti diketahui, hasil KAA saat ini mulai dirasakan oleh negara-negara peserta, termasuk Maroko sendiri. Sebagai bentuk persahabatan dua bangsa, di Jakarta pun kita temui ruas jalan dengan nama Jalan Casablanca.

4. Pakistan
Jalan Soekarno
Pakistan begitu menghormati Bung Karno. Ada dua tempat di Pakistan yang dinamai dengan nama beliau yakni Soekarno Square Khyber Bazar di Peshawar, dan Soekarno Bazar, di Lahore. Penamaan Soekarno ini tidak lepas dari sepak terjang kedua negara. Pakistan sangat segan kepada sosok Bung Karno. Bahkan hingga kini kalangan militer Pakistan masih ingat jasa Bung Karno yang mengirim TNI AL berpatroli di laut selatan Pakistan saat konflik memanas antara Pakistan dan India di tahun 1965. Sebaliknya, pendiri Pakistan Quaid Azzam Ali Jinnah pernah meminta menahan seluruh pesawat Belanda yang singgah di Pakistan pada 1947, ketika Belanda ingin menyerang Indonesia.
Ilustrasi (Sumber: biography.com) Pemerintah Indonesia juga menghargai jasa prajurit Pakistan, yang ketika itu ikut rombongan sekutu. Rombongan ratusan prajurit Pakistan itu tadinya diperintahkan menyerang Indonesia ketika sekutu sampai di Surabaya November 1945. Namun mereka berontak dan memilih berperang di sisi Indonesia. Dari total 600 tentara Pakistan, sebanyak 500 orang gugur di Surabaya. Pada Agustus 1995, Indonesia memberikan medali Indenpendece War Awards kepada tentara Pakistan ini.


5. Kuba
Perangko Soekarno



Tahun 2008 lalu, pemerintah Kuba menerbitkan perangko seri Bung Karno dengan Fidel Castro dan salah seorang pemimpin gerilya Kuba kelahiran Argentina, Che Guevara. Perangko bernilai historis dan patriotik itu, diterbitkan untuk mengenang hubungan diplomatik kedua negara, sekaligus berkenaan dengan perayaan HUT ke-80 Fidel Castro.

Bung Karno mengunjungi Havana, Kuba, pada tanggal 9 hingga 14 Mei 1960. Ia menjadi kepala negara pemerintahan asing pertama yang mengunjungi Kuba setelah Revolusi 1959. Di bandara udara, Bung Karno yang dianggap ikut menginspirasi revolusi Kuba disambut oleh tokoh-tokoh penting Kuba selain Presiden Osvaldo Dorticos, Perdana Menteri Fidel Castro Ruz, dan Gubernur Bank Nasional Che Guevara juga Menteri Luar Negeri Dr. Raul Roa Garcia.

For Whom Does the Center for the Protection of Patient Rights Advocate?

We have occasionally discussed the cases of  some patient advocacy organizations which seem to be influenced by substantial financial support from the health care industry.  For example, look here and here.  Related are "astroturf" organizations, which promote policies that may be favored by their industrial sponsors (e.g., here.)

Background on the Center for Protection of Patient Rights

The topic of this post is the Center for Protection of Patient Rights, which may have started out as something like an astroturf organization, but seems to have become something even more interesting.  The Center, which, by the way, seems not to have a web-site, was the subject of an investigative report in the Los Angeles Times in May, 2012.  Here is the article's description of how the Center began,

The Center to Protect Patient Rights was created in April 2009, just as the debate over the healthcare bill was heating up. The group's mission was to 'protect the rights of patients to choose and use medical care providers,' according to its corporate paperwork, filed in Maryland.

While never surfacing publicly, the center sent more than $10 million in its first year to groups such as Americans for Prosperity, which took a lead in protesting the measure.

'I think they saw what we were doing and liked it,' said Tim Phillips, president of Americans for Prosperity, which got $4.1 million. He said he did not know the source of the center's funding and declined to comment on whether it still supports his group.

So this group supported an advocacy position about health care reform, so perhaps it could be considered an astroturf organization, were we to know it was funded by the health care industry.  Many astroturf organizations do reveal support from particular corporations.  However, at the time the Los Angeles Times published the report, the source of the Center's funding was unknown. 

Secretive Leadership

Furthermore, while astroturf organizations may be eager to get more public notice, presumably so they can further their advocacy, the Center seemed oddly secretive.  Its executive director and president is one Sean Nobel.  However, as the LA Times article noted,

Noble did not respond to repeated phone calls and emails. Courtney Koshar, a Phoenix anesthesiologist and the organization's only other director, did not respond to requests for comment. And a Phoenix doctor who once sat on its board said he couldn't remember who asked him to join.

'I honestly played very little role,' said Dr. Eric Novack, who headed an organization called the US Health Freedom Coalition that received nearly its entire budget — $1.7 million — from the center to help pass a state ballot measure that aimed to block President Obama's healthcare overhaul.

Support for Political Organizations, not Health Care Advocacy

Even more curiously, despite its name, the most of the Center's spending was not for advocacy about health care reform, but went to organizations that  seemed to have little or nothing directly to do with health.  As the Times reported,

During the 2010 midterm election, the center sent more than $55 million to 26 GOP [Grand Old Party, that is, Republican Party] -allied groups, tax filings show, funding opaque outfits such as American Future Fund, 60 Plus and Americans for Job Security that were behind a coordinated campaign against Democratic congressional candidates.
It seemed that these grants were used for nothing that directly related to health.  For example,

The largest share of the center's money went to American Future Fund, a Des Moines-based group started by onetime GOP congressional aide Nick Ryan. The fund, which ran campaigns against two dozen Democrats in the 2010 election cycle, spent $23 million that period, tax filings show, with nearly $13 million coming from the center.

Its biggest target was an up-and-coming Iowa Democrat, Rep. Bruce Braley. In August 2010, American Future Fund launched an ad falsely claiming that Braley supported building a mosque at the former World Trade Center site in New York — the beginning of a $2-million fusillade that included radio ads, robo-calls and nine mailers.

A list of the recipients of the Center's 2010 grants was also publised in the LA Times here.

Where Did the Center Get its Support?

Just before this week's US election, the plot thickened.  The LA Times reported that because of the Center's obviously political activities in California, an effort was made to determine its source of funding, but that came up short.

After a frantic court battle, state election officials succeeded Monday in forcing an Arizona group to disclose the identities of contributors that provided $11 million to a California campaign fund.

But the revelations added little clarity for voters. The mystery donors turned out to be other nonprofits, whose individual contributors remained secret.

The money started with the Virginia-based Americans for Job Security and was transferred to a group called the Center to Protect Patient Rights. Over the course of a few days in October it was sent to the Arizona group, Americans for Responsible Leadership, and then transferred again to California.

Finding the source of the money 'becomes daunting,' said Derek Cressman of Common Cause, an activist organization that filed the original complaint about the donation. 'How many layers can you drill through?'

Note that in 2010, the Center for Protection of Patient Rights gave money to the Americans for Job Security, but in 2012, the latter organization gave money to the former - curiouser and curiouser. 

Allegations of Illegalities, Including Money Laundering

It turns out the Americans for Job Security has been in trouble before for activities that seemed contrary to state election law:

Americans for Job Security, one of the nonprofits involved in the $11-million donation, was investigated by Alaskan officials for its role in a 2008 mining referendum.

Authorities concluded that the organization's 'sole purpose is to allow individuals and corporations to financially support various causes without having to disclose that financial support.'

That investigation showed how a wealthy landowner sent $2 million to the group, which then funneled most of it back to Alaska to try to fend off construction of a mine near the landowner's property.

Americans for Job Security agreed to a settlement, paying a $20,000 fine and pledging 'not to engage in similar activity' again in Alaska.

In addition, the Mercury News reported allegations that the fund transfers by the Committee for the Protection of Patient Rights were illegal.
two conservative groups, Americans for Job Security and the Center to Protect Patient Rights, are part of a tangled web of so-called dark donors who operate largely out of public view, shielded by their status as nonprofit advocacy groups that are supposedly not involved primarily in politics.

While the groups have been identified, however, individual donors who have bankrolled them remain a mystery.

But 'this isn't going to stop here,' said Ann Ravel, chairwoman of the Fair Political Practices Commission, the state's political watchdog. 'They admitted to money laundering. We agreed to do this without an audit because we wanted to get information to the public before the election. But we in no way agreed this would preclude further action.'

The FPPC determined that the Arizona group, Americans for Responsible Leadership, had violated California campaign law.

Money laundering -- sending money through multiple sources to conceal the original donor -- is a misdemeanor. But a conspiracy to commit money laundering is a felony. It was not clear Monday whether the FPPC or the state Attorney General's Office will pursue criminal charges.

Summary

So the answer to the question posed in the title of this post is unknown.  At this point, there is nothing public that indicates for whom the Center for Protection of Patient Rights advocates.  However, it is hard to conceive that its advocacy is for patients. 

So rather than merely being an astroturf organization (a health care policy advocacy group funded by industry money), the benignly named Center for the Protection of Patient Rights appears to be a dark money group whose goals may have allegedly included money laundering to facilitate vast monetary influence on political campaigns by people and organizations whose identities remain secret.

We have often discussed the role of deception in health care, including stealth marketingstealth public policy advocacy, and stealth lobbying.  Now we see health care being used as a vehicle for political deception, stealth political campaigns being disguised as stealth public relations campaigns.  The convolutions of the deceptions induce dizziness. 

Of course, this is the opposite of the sorts of transparency health care professionals and academics ought to support, and patients and the public ought to demand.  How will we ever improve health care when health care organizations are used to hide layer upon layer of deception?

Real improvements in health care require health care leadership dedicated to transparency, honesty, and accountability. 

Is there any such thing as "safe fat" for diabetics?

So some of the AHS12 videos are now online, HERE.  I'll have some comments on particular presentations, though by no means a majority.  Still, I had to, of course, watch the Safe Starches panel.   For the record, I think Paul & Chris did a good job, especially considering the circumstances, but this thing was an abomination in the making from the get-go.  I'll have more on that in another post.

The whole "debate" goes back to Jimmy Moore's "data dump" post on safe starches.  You remember that one, right?  Is There Any Such Thing As ‘Safe Starches’ On A Low-Carb Diet?  As I said, I'll have more to say on this follow-up, but as one would expect Jimmy expresses his concerns over the safety of starches, and around the 5 minute mark essentially tries to take Paul to task for using the term "safe"!  Citing Webster's Medical Dictionary 
SAFE: not causing harm or injury; especially : having a low incidence of adverse reactions and significant side effects when adequate instructions for use are given and having a low potential for harm under conditions of widespread availability
Read more »
 

ZOOM UNIK::UNIK DAN UNIK Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger