Warung Bebas

Selasa, 23 Maret 2010

New Review of Controlled Trials Replacing Saturated fat with Industrial Seed Oils

Readers Stanley and JBG just informed me of a new review paper by Dr. Dariush Mozaffarian and colleagues. Dr. Mozaffarian is one of the Harvard epidemiologists responsible for the Nurse's Health study. The authors claim that overall, the controlled trials show that replacing saturated fat with polyunsaturated fat from industrial seed oils, but not carbohydrate or monounsaturated fat (as in olive oil), slightly reduces the risk of having a heart attack:
These findings provide evidence that consuming PUFA in place of SFA reduces CHD events in RCTs. This suggests that rather than trying to lower PUFA consumption, a shift toward greater population PUFA consumption in place of SFA would significantly reduce rates of CHD.
Looking at the studies they included in their analysis (and at those they excluded), it looks like they did a nice job cherry picking. For example:
  • They included the Finnish Mental Hospital trial, which is a terrible trial for a number of reasons. It wasn't randomized, properly controlled, or blinded*. Thus, it doesn't fit the authors' stated inclusion criteria, but they included it in their analysis anyway**. Besides, the magnitude of the result has never been replicated by better trials-- not even close.
  • They included two trials that changed more than just the proportion of SFA to PUFA. For example, the Oslo Diet-heart trial replaced animal fat with seed oils, but also increased fruit, nut, vegetable and fish intake, while reducing trans fat margarine intake. The STARS trial increased both omega-6 and omega-3, reduced processed food intake, and increased fruit and vegetable intake. These obviously aren't controlled trials isolating the issue of dietary fat substitution. If you subtract the four inappropriate trials from their analysis, which is half the studies they analyzed, the significant result disappears. Those four just happened to show the largest reduction in heart attack mortality...
  • They excluded the Rose et al. corn oil trial and the Sydney Diet-heart trial. Both found a large increase in total mortality from replacing animal fat with seed oils, and the Rose trial found a large increase in heart attack deaths (the Sydney trial reported total mortality but not CHD deaths).
The authors claim, based on their analysis, that replacing 5% of calories as saturated fat with polyunsaturated fat would reduce the risk of having a heart attack by 10%. Take a minute to think about the implications of that statement. For the average American, that means cutting saturated fat nearly in half to 6% of energy, which is a challenge if you want to eat a normal diet. It also means nearly doubling PUFA intake, which will come mostly from seed oils if you follow the authors' advice.

So basically, even if the authors' conclusion were correct, you overhaul your whole diet and replace natural foods with industrial foods, and...? You reduce your 10-year risk of having a heart attack from 10 percent to 9 percent. Without affecting your overall risk of dying. The paper states that the interventions didn't affect overall mortality.


* Not even single blinded.  Autopsies were not conducted in a blinded manner. Physicians knew which hospital the cadavers came from, because autopsies were done on-site. There is some confusion about this point because the second paper states that physicians interpreted the autopsy reports in a blinded manner. But that doesn't make it blinded, since the autopsies weren't blinded. The patients were also not blinded, though this is hard to accomplish with a study like this.

** They refer to it as "cluster randomized", which I feel is a misuse of that term.  The investigators definitely didn't randomize the individual patients: whichever hospital a person was being treated in, that's the food he/she ate. There were only two hospitals, so "cluster randomization" in this case would just refer to deciding which hospital got the intervention first. I don't think this counts as cluster randomization.  An example of cluster randomization would be if you had 10 hospitals, and you randomized which hospital received which treatment first.  It's analogous to individual randomization but on a group scale.





brown and white= the perfect combo....
i kind of feel that way about my husband and i...
happy b'day dear! i love you...
{i promise to one day make up the two birthday's, 30 & 33, you have had to celebrate while your wife's on bed rest. }

Manfaat Pohon Jarak

Wednesday, 16. January 2008, 06:01:29

obat tradisional, kesehatan
neee juga...tak tambahi kalo jarak pagar tuh bisa untuk mengobati luka gores/berdarah akibat jatuh, terkena cangkul ketika kerja bakti ato kesandung batu...bagi orang2 desa seperti saya, yang tidak mampu beli Betadine, langsung saja metik daun jarak lalu ujung batangnya akan keluar getah...lha getah itu yang dioleskan di luka, tunggu beberapa saat agar getah mengering baru kemudian bisa dipake beraktifitas lagi seperti mandi, maen bola, bersepeda, kerja bakti....etc....

wisss pokoke jarak tuh tanaman paling bermanfaat di kampungku...meskipun gak diteliti secara valid di laboratorium oleh para insinyur.... ada yang mo nambahi silahkan...


Di zaman penjajahan Jepang, orang dipaksa menanam jarak pagar untuk diambil minyaknya sebagai bahan bakar kapal dan pelumas senjata. Secara tradisional, masyarakat Jawa sebetulnya biasa memanfaatkan daun serta minyak buah jarak untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan, yakni diare, penurun panas, gatal, dan borok kronis.

Kasmin (32 tahun) dan Wandi (29), ingat betul, semasa kecil di Jepara, ibunya selalu memborehkan remasan daun jarak pagar di sekitar pusar mereka saat tubuhnya panas tinggi. Menurut kedua juru masak sebuah rumah makan di bilangan Menteng, Jakarta Pusat ini, malam hari diobati dengan daun jarak, paginya suhu tubuh mereka sudah kembali normal.

David (33), sinse yang berpraktik di bilangan Daan Mongot, Jakarat Barat, mengaku semasa kanak-kanak, ibunya sering meletakkan daun jarak pagar yang telah diolesi minyak kelapa dan dipanaskan di atas api ke perutnya. Resep itu terbukti ampuh untuk menanggulangi diare yang menyerangnya.

Bahan Bakar
Jatropha curcas alias jarak pagar sudah dikenal luas oleh masyarakat pedesaan. Tumbuhan bernama Cina, Ma feng shu ini, biasa ditanam sebagai pagar rumah, di kebun, atau di makam. Di Sumatera, tanaman ini bernama Nawaih nawas, jarak kosta di Sulawesi, Lulu nau (Nusa Tenggara), dan Muun mav (Maluku).
Menurut cerita banyak orang, pada zaman penjajahan Jepang, rakyat dipaksa menanam pohon jarak. Minyaknya diambil untuk digunakan sebagai bahan bakar kapal dan pelumas senjata.

Oleh banyak petani tanaman hias di Jakarta, tanaman berfamili Euphorbiaceae ini dijadikan bahan kawinan dengan pohon lain. Contohnya dengan pohon batavia dan beringin putih.
Masyarakat Tangerang yang diwawancarai SENIOR mengaku memanfaatkan tanaman ini sebagai obat tradisional sakit perut. Kadin UKM melaporkan, jarak pagar terbukti meningkatkan produktivitas ayam petelur serta mengindikasikan adanya manfaat yang lebih hebat daripada Viagra, yang harus diimpor dengan harga mahal.

Manfaat untuk Bayi
Akibat buang air, berat badan bayi akan mudah menyusut. Dokter biasanya akan mengobservasi mengapa bayi jatuh sakit, apakah mungkin akibat makanan atau minuman yang dikonsumsi sang ibu, cuaca dingin, atau sebab lain. Secara empiris, balita yang sakit mencret dapat disembuhkan dengan daun jarak pagar.
Caranya, petiklah tiga lembar daun jarak, terutama yang masih hijau dan segar. Olesi daun jarak itu dengan minyak kelapa secara merata di bagian atasnya. Setelah itu, panggang di atas kompor selama beberapa detik hingga tampak layu.

Tempelkan daun jarak tersebut di perut bayi, tentunya setelah daun terasa hangat. Tiga lembar daun itu sebaiknya ditaruh melebar, sehingga bisa menutupi seluruh bagian perut bayi.
Sinse David mengingatkan, jangan lupa untuk membedong atau membalut perut bayi memakai kain. Setelah beberapa menit, lebih baik lagi jika bayi sudah terbangun dari tidur pulas, bukalah bedong tersebut. Biasanya daun jarak tadi sudah mengering, dan bisa dibuang.

Antipiretik
Jarak pagar merupakan tumbuhan yang berasal dari kawasan tropis dan subtropis, dan tumbuh subur di kawasan Amerika Selatan, Amerika Utara, Afrika, dan di Asia. Tinggi pohon ini berkisar 4-5 meter dengan ranting yang mengandung banyak cairan getah.

Lebar daunnya kira-kira 15 cm. Bunganya kecil berwarna kuning kehijauan dan tumbuh berkelompok. Buahnya berbentuk bujur telur, licin, dan akan berganti warna, dari hijau ke kuning. Bila kering menjadi berwarna hitam. Bila telah masak, akan merekah dan mengeluarkan biji berwarna hitam.
Dijelaskan Dr. A. Setiawan Wirian, salah seorang pendiri Himpunan Pengobat Tradisional dan Akupuntur se-Indonesia (HIPTRI), jarak pagar berkhasiat sebagai pencahar dan toksik lektin. Tanaman yang dikembangbiakkan dengan biji dan stek batang ini mempunyai rasa pahit, astrigent, sejuk, beracun.

Masih kata Dr. Wirian, jarak pagar juga mampu melancarkan darah (stagnant blood dispelling), menghilangkan bengkak (antiswelling), menghentikan perdarahan (hemostatik), serta menghilangkan gatal (antipruritik). Tanaman ini mengandung n-l-triakontanol, alpha-amirin, kampesterol, stigmast-5-ene-3 beta, 7 alpha-diol, stigmasterol, beta-sitosterol, iso-viteksin, viteksin, 7-keto-beta sitosterol, dan HCN.

Di India, menurut pakar pohon jarak pagar dari Institut Teknologi Bandung, Dr. Ir. Robert Manurung, minyak jarak telah diadopsi sebagai minyak bakar mesin kereta api. Saat ini India menanam pohon jarak pagar di sepanjang bantaran rel kereta api sepanjang 24.000 km!
Selama ini, petani Indonesia hanya memanfaatkan pohon jarak pagar sebagai tumbuhan pagar atau pembatas sawah karena dianggap tidak ekonomis. Daun dan buahnya pun cuma digunakan untuk pakan ternak.

Untunglah, setelah ditemukan cara mengekstrak buah jarak menjadi minyak, tanaman memiliki nilai ekonomi tinggi. Bahkan, jika dibandingkan dengan komoditas lain, potensi tanaman ini sangat tinggi. Dari satu hektar bisa dihasilkan 40 ton biji dengan harga jual Rp 2.000 per kilogram.
Seperti diuraikan Rektor ITB, Prof. Dr. Djoko Santoso, dan Rektor Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ansori Mattjik, seusai melihat peralatan pengolah biji jarak menjadi BBM dan unjuk kerja generator pembangkit listrik berbahan bakar minyak jarak di Kampus ITB, Bandung, pertengahan tahun lalu, pohon jarak bisa menjadi primadona di dunia pertanian. Sebab, berdasarkan hasil penelitian di ITB bekerja sama dengan Mitsubishi Research Institute, minyak jarak memiliki kemampuan setara solar, sehingga bisa dijadikan BBM alternatif untuk masyarakat



Sumber: GHS
Wartawan: TOK
 

ZOOM UNIK::UNIK DAN UNIK Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger