Warung Bebas

Jumat, 08 Maret 2013

Cara Mengatasi Anak Berbohong

Menghadapi anak yang sudah mulai bisa berbohong memang tidak mudah. Banyak orang tua dibuat cemas dalam menghadapi anak yang suka berbohong. Tidak jarang mereka lari ke seorang psikiater untuk “menyembuhkan” sang anak. Berikut beberapa tips, untuk mengatasi anak yang sudah mulai bisa berbohong.

1.     Menjadi Teladan Kejujuran
Kebohongan yang dilakukan oleh seorang anak tentu ada sebabnya. Bila itu mulai terjadi pada diri anak kita, yang pertama kita lakukan adalah mencari sebab dari kebohongan yang dilakukan oleh anak kita. Dan marilah kita mencoba merenungkan pada diri kita sendiri. Apakah kita pernah mengajarkan kebohongan? Kita mungkin merasa tidak pernah mengajarkan hal yang tidak baik kepada anak kita. Namun pernahkah kita misalnya mengatakan,”Dek, nanti kalau ada temen Mama yang telfon, bilang Mama sedang pergi ya…. “ Padahal sang Mama tidak pergi kemana-mana. Dari kasus di atas kita sama dengan mengajarkan anak berbohong, walaupun secara tidak sadar. Kita telah membuat anak berpikir kalau berbohong itu tidak apa-apa, karena kita yang seharusnya jadi teladan, mengajarkan hal yang demikian.
2.     Mengajarkan Nilai Kejujuran dan Buruknya kebohongan
Ada banyak cara mengajarkan nilai kejujuran kepada sang buah hati. Kita bisa mengajarkannya dengan cara mengajarkan lagu yang memiliki pesan tentang nilai kejujuran, atau mendongengkan anak tentang cerita yang memiliki pesan tentang nilai kejujuran. Kita juga bisa juga mengambil cerita-cerita dari buku-buku agama, khususnya yang diperuntukkan bagi anak-anak. Atau bisa juga menamkan nilai kejujuran dengan berkata,”Berbohong itu dosa”, “Allah menyayangi anak yang jujur”, “Mama sedih kalau adek berbohong….”, dan masih banyak lagi. Cukup kata-kata yang singkat saja, namun bisa memberikan alasan yang kuat mengapa berbohong itu tidak baik.
3.     Mengajarkan Kesederhanaan dan Rasa Bersyukur
Tidak hanya orang dewasa, anak kecil pun mempunyai gengsi. Biasanya semakin besar gengsi orang tua, gengsi anak pun demikian juga. Dan biasanya, anak yang memiliki gengsi yang tinggi lebih sering berbohong. Terutama di hadapan teman-teman mereka. Misalnya, pada saat ada salah satu temannya yang bercerita, “Aku punya mainan Ben Ten yang terbaru lho…. “. Lalu si anak menjawab,”Aku juga punya. Aku malah punya yang lebih besar dari punyamu.” Padahal kita tidak pernah membelikan mainan seperti yang anak kita ceritakan kepada temannya itu. Hal itu dilakukan oleh sang anak, karena dia ingin dipuji dan sadar atau tidak sadar agar gengsinya tidak “turun”. Maka dalam hal ini, kita sebagai orang tua, harus bisa memberikan pelajaran kepada si anak akan indahnya kesederhanaan dan rasa bersyukur. Tanamkanlah di dalam hati anak akan nilai-nilai kesederhanaan dan rasa syukur mulai dari diri kita sendiri. Misalnya, dengan membeli baju yang tidak terlalu mahal, menghindari belanja barang-barang yang tidak penting, menjauhi gaya hidup konsumtif, tidak banyak mengeluh di hadapan anak-anak, lebih banyak bersyukur meski dalam keadaan yang sulit. Hal ini akan memberikan motivasi tersendiri bagi sang anak untuk tumbuh menjadi anak yang jujur.
4.     Menghindari Marah Yang Tidak Perlu dan Tidak Pada tempatnya.
Adakalanya kita marah, ada kalanya kita lembut kepada anak. Namun jangan sampai kita selalu marah, di saat anak kita melakukan kesalahan. Karena anak yang terlalu sering dimarahi, biasanya juga akan cenderung suka berbohong. Untuk apa? Masih berhubungan dengan gengsi anak tadi, yaitu agar dia tidak dimarahi oleh oleh orang tuanya. Maka dari itu, hindarilah marah yang tidak perlu. Sebagai orang tua, seharusnya kita lebih bisa bersikap dewasa dalam mencari akar pemasalahan, bukan langsung menghakimi dengan kemarahan. Setelah akar permasalahan ditemukan, kita bisa memberikan nasihat-nasihat yang positif. Karena di dalam keadaan “tenang” sang anak lebih bisa menerima nasihat. Selain itu kita juga harus menghindari memarahi anak di depan umum, terutama di depan teman-temannya. Karena sang anak akan merasa harga dirinya “diinjak-injak.”
5.     Menanamkan Rasa Percaya Diri Yang Kuat
Bila anak mulai melakukan kesalahan, sebaiknya kita lebih banyak memberikan motivasi kepada anak untuk melakukan hal-hal yang baik. Misalnya, “Lain kali lebih berhati-hati ya…, Lain kali jangan lari-lari di dalam rumah…. Kalau Adek rajin belajar, pasti bisa dapet nilai bagus…. Setiap orang pasti pernah salah, jadi belajarlah dari kesalahan…. “ Masih banyak kata-kata motivasi yang lain yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Rasa percaya diri juga bisa kita tanamkan dalam bentuk pujian-pujian kepada sang anak.
6.     Menjaga Kepercayaan Anak Kepada Orang tua
Seperti di dunia kerja, kepercayaan adalah mahal harganya. Bila kita bisa menjaga kepercayaan dengan teman-teman dan bos kita, maka kita pun akan semakin baik dalam berkarir. Namun bila kepercayaan itu sudah tidak ada, maka hancurlah karir kita di tempat kita bekerja. Maka dari itu, jagalah kepercayaan antara diri kita dengan sang buah hati.Kita jangan hanya menuntut anak menjadi “orang kepercayaan” kita, namun sang anak pun sebenarnya juga menginginkan hal yang sama. Untuk menjaga kepercayaan anak kepada kita, kita harus bisa menjaga privasi anak, misalnya untuk tidak mengatakan keburukan-keburukan anak kepada orang lain, terutama di hadapan sang buah hati. Bila sang anak tahu kalau orang tuanya sering menjelek-jelekkan dirinya di hadapan orang lain, sang anak pun akan merasa gengsinya turun. Dan hal ini bisa memicu anak untuk melakukan kebohongan-kebohongan demi meningkatkan “nama baik”.
7.     Berfantasi tidak sama dengan berbohong
Kadang anak kita bercerita hal-hal yang tidak mungkin dan tidak nyata. Namun kita tidak usah khawatir dalam hal ini, karena berfantasi adalah hal yang wajar dialami oleh seorang anak. Jadi jangan sampai kita memvonis anak sebagai pembohong bila menghadapi hal ini. Jangan sampai kita membatasi fantasi anak karena kita telah memvonis anak sebagai pembohong dan membuatnya tertekan. Kita harus bisa menghadapi dengan wajar dan mengarahkan fantasi itu ke arah yang baik.

Sumber :  http://lagu2anak.blogspot.com

Informasi Pertumbuhan Janin per Minggu




Adanya buah hati di dalam keluarga khususnya pasangan
suami-istri yang baru menikah tentu suatu kebahagiaan yang selalu
ditunggu-tunggu. Dan untuk itu, kelahiran perlu direncanakan dan dipersiapkan,
bahkan saat usia janin anda masih 1 minggu di dalam rahim. Janin di dalam
rahim, memang mengalami fase perkembangan, dan tentu cukup penting mengetahui
masing-masing fase Pertumbuhan Janin per

Twitter EHR "revolt": #EHRbacklash

As noted at the new IEEE Spectrum piece "U. S. Electronic Health Record Initiative: A Backlash Growing?"  (worth reading in its entirety along with its hyperlinks), the following is noted:

There seems to be a slow but steady backlash growing among healthcare providers against the U.S. government’s $30 billion initiative to get all its citizens an electronic health record, initially set to happen by 2014 but now looking at 2020 or beyond. The backlash isn’t so much about the need for, or eventual benefits of, electronic health records but more about the perceived (and real) difficulties caused by the government's incentive program and a growing realization of the actual financial and operational costs involved in rolling out, using, and paying for EHR systems.

The first hyperlink (on the word "backlash") is to a Twitter "revolt" marked by tweets using the hash tag (index tag) "#EHRbacklash." 

I did not start the use of this tag, although have started "tweeting" using it.

The link to tweets made with the tag is:  https://twitter.com/search?q=%23EHRbacklash&src=hash

This is certainly a "first", and should be an industry and pundit wake-up call.

-- SS

Addendum:  easier to follow at this link:  http://tweetchat.com/room/EHRbacklash

On EHR's: See No Evil, Hear No Evil, Speak No Evil: Part 2

Part 1 is here.

This is the second a series of posts I plan on the issue of "See No Evil, Hear No Evil, Speak No Evil" regarding EHR's.

Frequent reminders are needed by all stakeholders, I believe, to think critically about, and take with a big grain of salt, effusive praise by key opinion leaders, politicians, etc. about health IT, and accompanying attempts to deride those critical of the technology, to counterbalance ongoing HIT hyperenthusiasm.

The following quote comes from a May 2010 post "David Blumenthal on health IT safety: nothing to see here, move along":

Blumenthal, at the time Director of ONC at HHS had reportedly stated that:

http://www.massdevice.com/news/blumenthal-evidence-adverse-events-with-emrs-anecdotal-and-fragmented

... [Blumenthal's] department is confident that its mission remains unchanged in trying to push all healthcare establishments to adopt EMRs as a standard practice. "The [ONC] committee [investigating FDA reports of HIT endangement] said that nothing it had found would give them any pause that a policy of introducing EMR's [rapidly and on a national scale - ed.] could impede patient safety," he said.

The "nothing" includes 44 injuries voluntarily reported to FDA and 6 reported deaths in an enviroment where few know where to report such things and where no reporting requirements exist, and a statement from the head of CDRH at FDA that due to systematic impediments to accurate knowledge the known figures likely are a small fraction ("tip if the iceberg") of the actual occurrence.

The FDA internal memo on HIT risk brought to the forefront by investigative reporter Fred Schulte and downloadable here spells out the FDA impediments in some detail.  It is not reasonable to believe the head of ONC and an entire ONC committee would have been entirely unaware of the issues.  (Later studies are even more concerning, e.g., by IOM and ECRI, as at this blog.)

Yet an ONC committee under his leadership recommended "full steam ahead" anyway.

In the corporate world that is known as gross negligence:

Gross negligence is a conscious and voluntary disregard of the need to use reasonable care, which is likely to cause foreseeable grave injury or harm to persons, property, or both. It is conduct that is extreme when compared with ordinary Negligence, which is a mere failure to exercise reasonable care.

There is nothing to discuss, nothing to debate about that.


Claims about HIT beneficence this need to be taken with a big grain of this.

The ongoing "what? me worry?" attitude of the pundits needs to be counterbalanced.  This series is a small effort (the industry has a lot more control of the channel than I) to catalog the words and call out the pundits in a readily-found format.

More to come in this series.

-- SS

Still More Calories ... And a rant :-)

Probably the most annoying calorie discussion I'd come across recently has to be Stefani Ruper's discussion about this article in Science Magazine, Have We Been Miscounting Calories?, entitled They’re Still Doing It Wrong: Have We Been Miscounting Calories?  Read the article first and then Stefani's take.  I sort of wish I had to know if her take came off as badly in that order, but you can't undo.  

From the article:
In a wide-ranging discussion of how food is digested in everything from humans to rats to pythons, the panel reviewed a new spate of studies showing that foods are processed differently as they move from our gullet to our guts and beyond. They agreed that net caloric counts for many foods are flawed because they don't take into account the energy used to digest food; the bite that oral and gut bacteria take out of various foods; or the properties of different foods themselves that speed up or slow down their journey through the intestines, such as whether they are cooked or resistant to digestion.
Read more »

Food Reward Friday

This week's lucky "winner"... Yoplait Go-Gurt!


Read more »

Merawat Kesehatan Penderita Rematik Berhubungan dengan Gigi






 

ZOOM UNIK::UNIK DAN UNIK Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger