Warung Bebas

Senin, 17 Desember 2012

Tristan Alif Naufal, Pesepakbola Muda Berbakat Indonesia


 

You'll Never Walk Alone - Tristan Alif Naufal merupakan pesepakbola muda didikan Liverpool Academy Indonesia. Kini ia berumur 7 tahun dan bakatnya pun sangat luar biasa. Bahkan, pelatih sekaliber Pep Guardiola pun sempat memuji kemampuan Alif memainkan bola ketika ia datang ke Indonesia sekitar Juli 2012 lalu. Dan berikut ini saya akan berbagi video skill Tristan Alif Naufal dari situs Youtube.




Nah, bagaimana komentar Anda tentang skill dari Tristan Alif Naufal di umurnya yang masih sangat belia? Semoga bakatnya tidak tersia-siakan, dan ia bisa menjadi pemain hebat masa depan Indonesia. Aamiin.

50 Fungsi Tombol Keyboard Pada Ms. Word


You'll Never Walk Alone - Hai sobat, bagaimana kabarnya hari ini? Semoga baik-baik saja. Kali ini saya akan berbagi info tentang 50 Fungsi Tombol Keyboard Dalam Ms.Word. Keyboard adalah hardware atau perangkat keras yang terdapat pada komputer, dan dari banyaknya tombol pada keyboard komputer. Saya akan merangkumnya dalam 50 fungsi tombol keyboard komputer pada Ms. Word. Berikut ini adalah fungsi tombol-tombolnya.

1. Ctrl + 1 membuat spasi 1.0

2. Ctrl + 2 membuat spasi 2.0

3. Ctrl + 5 membuat spasi 1.5

4. Ctrl + A memblok semua tulisan yang ada sedang diketik

5. Ctrl + B menebalkan huruf

6. Ctrl + Backspace menghapus kata

7. Ctrl + C mengkopi tulisan

8. Ctrl + D menampilkan dialog untuk ‘font’

9. Ctrl + E Merata tengah tulisan

10. Ctrl + Enter membuat slide baru

11. Ctrl + F menampilkan pencari (FIND) kata/kalimat yang ada di dokumen aktif

12. Ctrl + F1 menghilakan menu bar

13.Ctrl + F10 membuat dokumen menjadi ”restore down”

14. Ctrl + F12 membuka dokumen yang telah disimpan

15. Ctrl + F2 melihat halam yang akan dicetak

16. Ctrl + F4 keluar dari dokumen

17. Ctrl + G menampilkan ‘’go to’’ untuk mencari halaman

18. Ctrl + H menampilkan ‘replace’ untuk mengganti kata yang salah

19. Ctrl + I memiringkan huruf

20. Ctrl + J mensejajarkan teks baik kiri dan kanan

21. Ctrl + K menampilkan dialog ‘Insert Hyperlink’ guna hyperlink adalah

22. Ctrl + L merata kiri tulisan

23. Ctrl + M membuat alinea dalam tulisan

24. Ctrl + N membuat dokumen baru

25. Ctrl + O membuka dokumen yang telah disimpan

26. Ctrl + P menampilkan dialog untuk mencetak dokumen

27. Ctrl + Q menghapus tabulasi

28. Ctrl + R merata kanan tulisan

29. Ctrl + S menyimpan dokumen

30. Ctrl + T membuat tabulasi

31. Ctrl + U membuat gari bawah

32. Ctrl + V menempelkan tulisan yang telah di copy

33. Ctrl + W log out/keluar dari dokumen

34. Ctrl + X memotong tulisan

35. Ctrl + Y mengulangi/memperbanyak kata/huruf/kalimat

36 Ctrl + Z memulangkan tulisan semula

37. Shift + 0 membuat symbol balas kurung )

38. Shift + 1 membuat tanda seru ‘!’

39. Shift + 2 membuat @

40. Shift + 3 membuat pagar ‘#’

41. Shift + 4 membuat symbol mata uang dolar $

42. Shift + 5 membuat symbol %

43. Shift + 6 membuat tanda ^

44. Shift + 7 membua symbol &

45. Shift + 8 membuat symbol *

46. Shift + 9 membuat symbol buka kurung (

47. Shift + F1 membuka ”reveal formating”

48. Shift + F12 menyimpan dokumen

49. Shift + F3 membuat tulisan menjadi huruf kapital atau sebaliknya

50. Shift + F4 membuka dialog find and replace untuk mencari kata dalam dokumen aktif.

Terima kasih sudah membaca artikel tentang "50 Fungsi Tombol Keyboard Dalam Ms.Word". Mohon maaf bila banyak terdapat kesalahan. Semoga bermanfaat.

10 Game yang Akan Hadir di Tahun 2013 Mendatang !

Limit Komputer | 10 Game yang Akan Hadir di Tahun 2013 Mendatang ! - Berakhirnya tahun 2012 tinggal menyisakan beberapa hari saja, namun sebelumnya kita tengok ke belakang, bahwa di tahun ini sudah banyak game-game yang hadir di berbagai konsol. nah di tahun 2013 mendatang, juga akan hadir beberapa game yang di tunggu-tunggu oleh para gamers!. untuk mengetahuinya kalian bisa lihat daftarnya berikut ini :



1. Beyond: Two Souls
2. Gears of War: Judgment (19 Maret)
3. Devil My Cry 5 (15 Januari)
4. Tomb Raider (5 Maret)
5. SimCity (5 Maret)
6. Dead Space 3 (8 Februari)
7. Watch Dogs
8. The Last of Us
9. Grand Theft Auto 5 
10. BioShock Infinite (26 Februari)

Mendidik Anak Melalui Permainan Dan Mainan



Untuk balita, bermain adalah pekerjaan mereka. Dengan kata lain, bermain adalah dunia mereka tanpa disadari selain bersenang-senang mereka juga belajar sesuatu. Sejak mereka lahir, itulah saatnya bagi mereka untuk menjelajahi dunia. Permainan dan mainan akan membantu mereka mengembangkan keterampilan motorik dan indra. Sebagai orangtua yang baik, Anda harus membiarkan anak-anak Anda bermain, bersenang-senang dan mendukung mereka.
Bermain dengan anak-anak Anda, membimbing mereka, tetapi tidak mengatur mereka. Biarkan mereka memutuskan sendiri tentang jenis permainan yang mereka inginkan. Ada banyak hal yang dapat Anda lakukan dengan anak-anak Anda. Selain itu, Anda tidak perlu membayar  mahal untuk bersenang-senang dengan anak-anak Anda. Bermain sambil belajar bisa dilakukan melalui beberapa kegiatan, seperti:
1. Aktivitas fisik. 
Secara harfiah, melakukan kegiatan fisik seperti merangkak, berjalan, berayun, berlari atau melompat.
 Merangkak misalnya, berguna untuk melatih keterampilan motorik mereka, juga mengaktifkan otak kanan dan kiri. Ketika anak Anda merangkak, Anda bisa menemaninya dan melakukan seperti yang dilakukannya. Anda bahkan dapat membuat seperti perlombaan untuk tujuan tertentu. Berlari, berjalan, dan melompat juga merupakan cara yang bagus untuk membiarkan balita Anda mengembangkan diri. Selain itu, tubuh balita Anda akan menjadi lebih kuat.
2. Memanfaatkan benda-benda yang ada. 
Anda tidak perlu membeli mainan mahal hanya untuk bersenang-senang.
 Gunakan alat yang tersedia di rumah Anda. Anda dapat membiarkan mereka mengeksplorasi keadaan disekitar mereka dengan alat-alat rumah tangga atau perlengkapan seperti sendok kayu, wajan, ember, dan peralatan dapur lainnya. Anda dapat membuat musik dari panci dan ember, memutar tutupnya, atau bermain dengan cermin, dan lain-lain. Anda harus kreatif dan spontan untuk menggunakan segala sesuatu di sekitar Anda.
3. Menggunakan permainan dan mainan pendidikan. 
Untuk jenis kegiatan ini, Anda perlu mengeluarkan uang.
 Membeli mainan atau permainan yang akan merangsang keingintahuan mereka dan kreativitas. Umumnya, game-game pendidikan dan mainan yang sengaja dirancang untuk tujuan tertentu. Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan dalam memilih mainan yang tepat.
Pastikan bahwa mainan dapat digunakan dengan berbagai cara, dengan beberapa manfaat dan tujuan. Temukan mainan yang cocok untuk usia mereka dan berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan, baik fisik, emosional, sosial, pengetahuan, dan apakah dalam bentuk daya nalar, bahasa, konsep dasar, warna, dan bentuk . Jangan lupa aspek keamanan, baik dari cat, warna, dan bahan dasar.

KMPlayer - Aplikasi Multimedia yang Serba Bisa

Limit Komputer | Memiliki aplikasi multimedia tentu hal wajib yang harus di miliki oleh pengguna komputer, sebab tanpa aplikasi multimedia kita tentu tidak bisa berbuat apa-apa. misalkan saja kalau anda ingin memutar musik tanpa aplikasi multimedia, apakah musik tersebut bisa dapat di mainkan ? tidak kan !. 

Nah itu mungkin salah satu contoh betapa pentingnya aplikasi multimedia bagi para pengguna komputer, karena aplikasi multimedia sendiri bisa di katakan elemen penting yang wajib di miliki oleh system komputer. untuk memilihnya pun tidak sembarangan sebab kita harus jeli memilih aplikasi multimedia yang berkualitas dan serba bisa. 

Nah bagi anda yang bingung memilih aplikasi multimedia yang berkualitas!, maka anda dapat mencoba rekomendasi saya berikut ini :



Dengan menggunakan Kmplayer kalian dapat memutar Musik, Video, DVD, Streaming TV bahkan dapat menonton film dengan efek 3D. untuk masalah tampilan, KMPlayer memiliki tampilan Cloud yang terlihat elegan serta modern.

Tunggu apalagi, segera lah unduh dengan mengunjung situs resminya di bawah ini :

Cara Atasi Keluhan Susah Tidur

Cara Atasi Keluhan Susah Tidur - Bila anda sering merasakan keluhan atau gejala susah tidur di malam hari, tips berikut ini akan membantu anda mengatasi keluhan susah tidur atau insomnia yang sering anda alami. Berikut cara atasi keluhan susah tidur diantaranya :


1. Gunakan terapi Musik dengan gelombang Beta Brain

Mendengarkan musik yang dibuat khusus untuk menjadikan otak pada gelombang beta bisa sangat membantu untuk membuat kita cepat tertidur. Bagi para pengguna smartphone berplatform Android, Apple, dan lainya sudah banyak menyediakan aplikasi gratis berupa musik untuk otak (Brain Wave).

2. Buat tempat tidur anda senyaman mungkin

Tempat tidur yang nyaman akan memberikan dampak pada pelepasan rasa lelah tubuh untuk bisa lebih rileks. Ketika tubuh sudah rileks maka akan lebih mudah bagi anda untuk tidur. Buatlah tempat tidur anda seolah tempat pelepas lelah, dengan pencahayaan yang redup, selanjutnya lengkapi dengan aroma terapi yang segar.

3. Latihan Meditasi dan Pernafasan

Meditasi sudah dikenal dari dulu manfaatnya untuk membuat tubuh menjadi rileks. Imbangi latihan meditasi dengan pernafasan yang halus dan tenang. Saat melakukan meditasi, usahakan anda melupakan semua permasalahan, kembalikan semua beban hidup pada sang pencipta. Fokuskan fikiran anda hanya pada satu titik dalam fikiran anda, serta bayangkan anda berada di sebuah tempat yang paling anda sukai dan yang sangat tenang. Tanpa anda sadari, dalam beberapa menit anda sudah terlelap.

4. Hindari makan dan minum berlebihan menjelang waktu tidur

Makan yang berlebihan atau terlalu kenyang menjelang waktu tidur akan membuat perut tidak nyaman dan akhirnya membuat gelisah dan susah tidur. Begitu pula terlalu banyak minum, hal tersebut dapat membuat anda ingin buang air kecil saat sedang mencoba tidur, bisa jadi saat baru tertidur harus terbangun untuk ke kamar kecil.

5. Hindari beraktifitas di tempat tidur

Tempat tidur sebaiknya hanya digunakan untuk tidur. Jika  beraktifitas di tempat tidur akan berdampak hilangnya suasanya tempat tidur sebagai tempat peristirahatan. Perasaan tersebut dapat menggangu mindset otak yang biasanya terprogram untuk mengatuk ketika tubuh berada di tempat tidur jadi tidak mengantuk lagi karena kebiasaan beraktifitas di tempat tidur.

5. Rajin Berolah raga

Ternyata beberapa penelitian menyebutkan bahwa berolahraga secara teratur dapat memberikan dampak yang cukup baik untuk kesehatan tubuh. Tubuh yang sehat mampu membuat anda melawan strees yang menyebabkan susah tidur. Olahraga bagi penderita Insomnia sebaiknya dilakukan pada pagi hari. 

Demikianlah artikel mengenai cara atasi keluhan susah tidur yang kami berikan untuk anda dan semoga dapat memberikan banyak manfaat untuk anda terutama bagi anda yang saat ini sering mengalami gejala maupun keluhan seputar insomnia atau kelainan susah tidur di malam hari.

The "King of Pain" Recants - Pharmaceutical Paid Key Opinion Leader Admits It Was All "Misinformation"

This may be a first.  A Wall Street Journal story announced that the "key opinion leader" who played a pivotal role in the promotion of  aggressive use of narcotics to treat non-malignant chronic pain has had a change of heart.  

Background - Embracing Narcotics

In the long ago time when I was in medical school, the wisdom was then that narcotics (that is, drugs like morphine or heroin, the latter not legal) should only be used in severe acute pain, like that due to bad trauma or occurring post-operatively, or for the pain of terminal illnesses, like cancer.  The reason their use was so restricted was that the drugs were believed to cause frequent adverse effects, from severe constipation, to addiction, to respiratory depression and death.

However, starting in the 1990s, the conventional wisdom changed.  Suddenly, the focus was on the under-treatment of chronic, but not malignant pain, and it became permissible, or even preferable, to use potent narcotics for this purpose.  Physicians like me who were very conservative in their use of narcotics were chastised for under-treating pain.

The Wall Street Journal article explained how this radical change in approach was apparently engineered by a few key opinion leaders, particularly Dr Russell Portenoy.  It opened,

Two decades ago, the prominent New York pain-care specialist drove a movement to help people with chronic pain. He campaigned to rehabilitate a group of painkillers derived from the opium poppy that were long shunned by physicians because of their addictiveness.

Dr. Portenoy's message was wildly successful. Today, drugs containing opioids like Vicodin, OxyContin and Percocet are among the most widely prescribed pharmaceuticals in America. 

The article provided graphics showing that per capita prescription narcotic use has more than tripled since 1999, 

A Change Driven by Wishful Thinking, not Evidence

Unfortunately, as the article made clear, the radical change that seemed so odd to some of us physicians who were trained before the 1990s was not driven by any good evidence from clinical research.

Per the WSJ,

Because doctors feared they were dangerous and addictive, opioids were long reserved mainly for cancer patients. But Dr. Portenoy argued that they could be also safely be taken for months or years by people suffering from chronic pain. Among the assertions he and his followers made in the 1990s: Less than 1% of opioid users became addicted, the drugs were easy to discontinue and overdoses were extremely rare in pain patients. 


However, Dr Portenoy's contention seemed to be based only on a small case-series of patients, lacking any sort of control group, and too small and likely too selective to generalize, particularly to patients with chronic, non-malignant pain.(Portenoy RK, Foley KM.   Chronic use of opioid analgesics in non-malignant pain: report of 38 cases. Pain 1986; 25:171-86.  This article does not seem to be available online.)

In 1986, at the age of 31, he co-wrote a seminal paper arguing that opioids could also be used in the much larger group of people without cancer who suffered chronic pain. The paper was based on just 38 cases and included several caveats. Nevertheless, it opened the door to much broader prescribing of the drugs for more common complaints such as nerve or back pain. 

 Dr Portenoy also cited

the statistic that less than 1% of opioid users became addicted.

Today, even proponents of opioid use say that figure was wrong. 'It's obviously crazy to think that only 1% of the population is at risk for opioid addiction,' said Lynn Webster, president-elect of the American Academy of Pain Medicine, one of the publishers of the 1996 statement. 'It's just not true.'

The figure came from a single-paragraph report in the New England Journal of Medicine in 1980 describing hospitalized patients briefly given opioids.

The reference here appears to be a letter to the New England Journal of Medicine ( Porter J, Jick H. Addiction rate in patients treated with narcotics. New England Journal of Medicine 1980; 302:123.  Link here.)  This was literally one paragraph long, so the methods of the research it reported cannot be rigorously evaluated.  In any event, the letter appears to have retrospectively documented an observation of hospitalized patients who were given at least a single dose of narcotics, and thus appears not relevant to the effects of long-term narcotics on patients with chronic pain. 

Thus, Dr Portenoy's enthusiasm for aggressive use of narcotics in non-malignant chronic pain was never based on any good evidence from well designed and performed randomized controlled trials with long-term followup that showed that narcotics were safe and effective in this setting.  At best, Dr Portenoy's and colleagues' contentions that narcotics should be liberally utilized for such patient were based on wishful thinking, not good evidence.


A Change Driven by Stealth Marketing

The WSJ article documented how Dr Portenoy was a prime mover in what appeared to be deceptive stealth campaigns to market narcotics for chronic, non-malignant pain.  Dr Portenoy's 1986 case-series

opened the door to much broader prescribing of the drugs for more common complaints such as nerve or back pain.

Charming and articulate, he became a sought-after public speaker. He argued that opioids are a 'gift from nature' that were being forsaken because of 'opiophobia' among doctors. 'We had to destigmatize these drugs,' said Dr. Portenoy.

He rose to chairman of pain medicine and palliative care at Beth Israel Medical Center in New York. His small office is studded with awards and evidence of his offbeat sense of humor. He prominently displays a magazine mock-up that jokingly dubs him 'The King of Pain.'

At medical conferences, his confident, knowing manner helped smooth the way for his message. Before an audience of government regulators, he once joked that he might tell a patient at low risk of abuse: 'Here, [have] six months of drugs. See you later,' he said, according to a Food and Drug Administration transcript. Amid laughter, he added, 'It's just hyperbole. I don't actually do that.'

Steven Passik, a psychologist who once worked closely with Dr. Portenoy and describes him as his mentor, says their message wasn't based on scientific evidence so much as a zeal to improve patients' lives. 'It had all the makings of a religious movement at the time,' he says. 'It had that kind of a spirit to it.'

So Dr Portenoy became a respected opinion leader.  His influence was demonstrated by how he generated disciples

 Dr. Portenoy's ideas about opioids reached into mainstream medicine and attracted outspoken advocates. In a 1998 talk in Houston, Alan Spanos, a South Carolina pain specialist, said patients with chronic noncancer pain could be trusted to decide themselves how many painkillers to take without risk of overdose. According to a recording, Dr. Spanos said he understood that a patient would simply 'go to sleep' before stopping breathing. While asleep, he said, the patient 'can't take a dangerous dose. It sounds scary, but as far as I know, nobody anywhere is getting burned by doing it this way.'

Dr Portenoy was affiliated with organized efforts that facilitated the marketing of narcotics for chronic malignant pain.  The marketing used clinical practice guidelines to push narcotics

Dr. Portenoy helped write a landmark 1996 consensus statement by two professional pain societies that said there was little risk of addiction or overdose among pain patients

The campaign enlisted government regulators, and thus seemed to include an element of regulatory capture,


One of Dr. Portenoy's chief complaints was that doctors were reluctant to prescribe opioids because they feared scrutiny by regulators or law enforcement. In the second half of the 1990s, he and his followers campaigned successfully for policies to change that.

In 1998, the Federation of State Medical Boards released a recommended policy reassuring doctors that they wouldn't face regulatory action for prescribing even large amounts of narcotics, as long as it was in the course of medical treatment. In 2004 the group called on state medical boards to make undertreatment of pain punishable for the first time.

This case demonstrated the direct involvement of pharmaceutical companies who sold narcotics,

That policy was drawn up with the help of several people with links to opioid makers, including David Haddox, a senior Purdue Pharma executive then and now. The federation said it received nearly $2 million from opioid makers since 1997. The federation says it derives the majority of its funding from administering medical licensing exams, credential verification, and data services.

A federation-published book outlining the opioid policy was funded by opioid makers including Purdue Pharma, Endo Health Soluttions Inc, and others, with proceeds totaling $280,000 going to the federation. .

 The campaign also involved an important hospital accrediting organization

In 2001, the Joint Commission, [JCAHO] which accredits U.S. hospitals, issued new standards telling hospitals to regularly ask patients about pain and to make treating it a priority. The now-familiar pain scale was introduced in many hospitals, with patients being asked to rate their pain from one to 10 and circle a smiling or frowning face.

The Joint Commission published a guide sponsored by Purdue Pharma. 'Some clinicians have inaccurate and exaggerated concerns" about addiction, tolerance and risk of death, the guide said. "This attitude prevails despite the fact there is no evidence that addiction is a significant issue when persons are given opioids for pain control.'


A Change Leading to Personal Enrichment

Meanwhile, Dr Portenoy was personally profiting from his relationships with pharmaceutical companies


Over his career, Dr. Portenoy has disclosed relationships with more than a dozen companies, most of which produce opioid painkillers. 'My viewpoint is that I can have those relationships, they would benefit my educational mission, they benefit in my research mission, and to some extent, they can benefit my own pocketbook, without producing in me any tendency to engage in undue influence or misinformation,' he said.

Dr. Portenoy and Beth Israel declined to provide details of their funding by drug companies. A 2007 fundraising prospectus from Dr. Portenoy's program shows that his program received millions of dollars over the preceding decade in funding from opioid makers including Endo, Abbott Laboratories, Cephalon, Purdue Pharma and  Johnson & Johnson.  

He currently also appears to be on the advisory boards of  Zars Pharma IncRelevare Therapeutics, and Cytogel Pharma.

Thus, it seems that Dr Portenoy fit the usual definition of key opinion leader.  He was regarded as an authority in his area and his opinions were obviously influential.  He was paid by health care corporations with interests in selling their goods or services, in this case, narcotic drugs, and was using his influence to promote individual patient care decisions and policy decisions that facilitated the widespread use of these drugs. 

A Change Leading to Sick and Dead Patients

Since the campaign to "destigmatize" narcotics began, the US has seen what many have called an epidemic of narcotic adverse effects.  The WSJ article provided graphs showing that narcotic related deaths and hospital admissions both increased more than five times since 1999.   As the WSJ put it,

 some specialists now question whether the drugs should be prescribed so freely for months or years to people with chronic pain that isn't related to cancer, as Dr. Portenoy proposed 25 years ago. "People lost sight of the fact that these are dangerous drugs that are highly addictive," said Jane Ballantyne, a pain specialist at the University of Washington. She once agreed with Dr. Portenoy and proponents of broad opioid use but now believes they need to be used more selectively.


Dr Portenoy Recants

What is most remarkable about this case is that it seems to be the first in which a highly influential industry paid key opinion leader has publicly had a change of heart.

Now, Dr. Portenoy and other pain doctors who promoted the drugs say they erred by overstating the drugs' benefits and glossing over risks. 'Did I teach about pain management, specifically about opioid therapy, in a way that reflects misinformation? Well, against the standards of 2012, I guess I did,' Dr. Portenoy said in an interview with The Wall Street Journal. 'We didn't know then what we know now.'


I would note there is some sophistry there.  There was never good evidence for narcotics' effectiveness or safety for patient with chronic, non-malignant pain.

In fact, Dr Portenoy also admitted that, sort of,

'Data about the effectiveness of opioids does not exist,' Dr. Portenoy said in his recent Journal interview. To get a painkiller approved, companies must prove that it is better at reducing pain than a sugar pill during short trials often lasting less than 12 weeks. 'Do they work for five years, 10 years, 20 years?' Dr. Portenoy said in the Journal interview. 'We're at the level of anecdote.'


Again, it is not that the data that supported the use of the drugs has disappeared, or that new data has been developed that contradicts the old data.  There never has been any good data, that is, from well designed and performed randomized controlled trials that demonstrate that the benefits of narcotics outweigh their harms for patients with chronic, non malignant pain.  It does not exist now and it never existed.

Dr Portenoy also admitted,

'I gave innumerable lectures in the late 1980s and '90s about addiction that weren't true,' Dr. Portenoy said in a 2010 videotaped interview with a fellow doctor. The Journal reviewed the conversation, much of which is previously unpublished.
In it, Dr. Portenoy said it was 'quite scary' to think how the growth in opioid prescribing driven by people like him had contributed to soaring rates of addiction and overdose deaths. 'Clearly, if I had an inkling of what I know now then, I wouldn't have spoken in the way that I spoke. It was clearly the wrong thing to do,' Dr. Portenoy said in the recording.

So not only did the Wall Street Journal article describe how the overuse of narcotics for chronic, non-malignant pain came from wishful thinking energized by the possibility of corporate and personal profit, it showed how the chief medical cheer leader for these drugs now admits he was wrong.


Summary

In summary, it appears that the huge increase in the use of narcotics to treat chronic, non-malignant pain was never based on clear convincing evidence from well-designed studies.  At best it was based on irrational enthusiasm and wishful thinking by some very vocal and persuasive advocates.  These advocates seemed to become "key opinion leaders," that is, influential people who promoted the use of pharmaceuticals while they were being paid by pharmaceutical companies, and were likely involved in what appears to be systematic stealth marketing campaign by the pharmaceutical companies that make narcotics.  These campaigns included production of clinical practice guidelines promoted as authoritative, and enlistment of accrediting organizations and government regulatory agencies.

One particularly disturbing part of this story was the involvement of numerous people and organizations  entrusted by society to promote good medical care.  It shows how physicians, other health professionals, and the public at large must be very skeptical of vocal advocates of new, aggressive, "innovative" approaches, of clinical practice guidelines even those developed by apparently prestigious professional societies, of accrediting organizations, and of government regulators.  That is discouraging, and could lead to the cynical approach of simply not trusting anyone.

I would note, however, that two ways the headlong rush to over-use of narcotics could have been derailed would have been:
-  employment of extreme skepticism of people paid by narcotics manufacturers advocating increased use of these drugs, no matter how distinguished, scholarly, or influential these people appear to be.  This suggests the need for general skepticism of people with financial relationships with health care corporations pushing the goods or services these corporations provide, or pushing policies that would aid the selling of those goods or services
-  a rigorous evidence-based medicine approach, meaning making clinical and policy decisions based on the best evidence found by systematic search from rigorously evaluated clinical research about the benefits and harms of these decisions, informed by patients' values.  Such an approach would have revealed there was never any good clinical evidence to support long-term use of narcotics for chronic, non-malignant pain, the particular "innovation" being pushed in this case.

So I would argue that the case of the legal narcotics pushers underlines the need for utmost transparency about conflicts of interest affecting people and organizations that advocate for particular approaches to health care, and to the management of individual patients; continuing movement to bar at least the most egregious conflicts, as per the Institute of Medicine report on the topic (look here); and the need for the very skeptical, rigorous application of true evidence-based medicine approaches.  

Finally, I must note that this seems to be the first time that a prominent, highly influential key opinion leader  has recanted.  Maybe he will write an article entitled "Dr Drug Pusher?" - just joking, but at least one former  key opinion leader did write the confessional  "Dr Drug Rep."  Maybe this is the beginning of a movement toward health care based on logic and evidence rather than wishful thinking, irrational enthusiasm, or ideology, or even worse, on deception or personal enrichment.     





it's unfathomable that someone would do such a senseless act to our innocent children....

*images courtesy of jessica rosequae satis, an invitation to hang, coffee and vogue

Artweaver - Aplikasi Edit Foto yang Mirip dengan Photoshop

Limit Komputer | Seperti yang kita ketahui, photoshop memiliki fitur-fitur yang sangat lengkap dan hasil yang di edit oleh photoshop sangat lah berkulitas, tentu ini merupakan salah satu alasan mengapa kita begitu sulit untuk melepaskan diri dari photoshop. namun dari satu sisi, banyak orang yang tidak tahu bahwa harga photoshop yang asli sangat lah mahal di bandingkan dengan bajakan yang harganya terbilang murah bahkan gratis!.  

Untuk menggunakan photoshop sendiri bisa dibilang sulit bagi orang awam, sebab photoshop memang diperuntukan untuk para ahli desainer atau tingkat lanjut. namun kalian tenang saja masih banyak aplikasi editting foto yang jauh lebih mudah di bandingkan photoshop seperti software yang saya rekomendasikan berikut ini :


Dengan adanya Artweaver kalian tidak usah cemas untuk mamanipulasi foto dengan sulit sebab cara penggunaanya yang mudah adalah prioritas utama yang di miliki software ini. 

Bagi kalian yang tertarik dengan Artweaver dapat mengikuti tautan berikut ini :


Di sana juga tersedia Artweaver versi Premium yang tentunya berbayar, namun yang versi free juga sangat memuaskan kok.

Manfaat Pete dan Jengkol Untuk Kesehatan

Manfaat dari Jengkol Dan Pete

Jakarta, Indo Leaks, askep-askeb - Jengkol dan pete, inilah dua buah yang dianggap seperti pasangan sejoli karena baunya yang sama-sama menyengat dan sering dihindari orang. Banyak yang menganggap bahwa kedua jenis buah itu tidak layak dikonsumsi atau mungkin malu untuk mengkonsumsinya meski suka. Baunya memang jadi masalah utama bagi penikmatnya. Karena itulah kedua buah ini sering digolongkan sebagai makanan kelas rendah; selain karena murah, tak banyak kalangan orang berada yang mau memakannya. Tapi tahukah anda bahwa jengkol dan pete memiliki berbagai manfaat yang sangat penting untuk tubuh kita? Berikut ini adalah faktanya.

Pertama adalah jengkol. Jengkol sendiri terdiri dari berbagai vitamin, asam jengkolat, mineral, dan serat yang tinggi. Jengkol memiliki khasiat diuretic yang dapat membantu melancarkan pembuangan urine, dan hal ini sangat menguntungkan bagi penderita penyakit jantung koroner.  Seratnya dapat melancarkan buang air besar, dan secara tidak langsung dapat membantu melangsingkan perut yang buncit akibat sulit BAB. Karena itu juga jengkol digunakan sebagai bahan cuci perut yang ampuh selain apel. Manfaat lainnya adalah mencegah penyakit diabetes/kencing manis dikarenakan kandungan asam dan mineralnya. Namun asam jengkolat yang terdapat di jengkol berupa kristal dan tidak mudah larut oleh air. Karena itu saran dalam mengkonsumsi jengkol adalah jangan berlebihan, karena ginjal bisa jadi tidak dapat menyaring asam tersebut dalam jumlah yang kelewat banyak hingga akhirnya mengalami sulit berhenti buang air kecil atau sering disebut anyang-anyangan.

Sedangkan pete/petai, memiliki manfaat yang lebih banyak lagi dibandingkan jengkol. Dan menurut saya bau pete lebih menyengat jika dibandingkan saudaranya; jengkol. Yah, mungkin ini bayaran dari banyaknya untung yang didapat jika memakan pete—yaitu baunya juga lebih menyiksa. Pete mengandung 3 macam gula alami yaitu sukrosa, fruktosa, dan glukosa dan dikombinasikan dengan serat tinggi. Kandungan gula ini membuat pete jadi banyak diambil manfaatnya sebagai penambah tenaga. Tak heran jika banyak atlit yang menkonsumsi pete untuk menjaga tubuh mereka agar tetap fit. Penelitian juga menyebutkan bahwa dengan menkonsumsi 2 porsi pete per hari dapat menambah suplai tenaga hingga 90 menit.

Kandungan tryptophan dan vitamin B6 di dalam pete juga bisa membantu emosi seseorang untuk menjadi lebih tenang dan bisa mengurangi tingkat depresi. Bagi para penderita tekanan darah tinggi, buah ini juga termasuk makanan yang aman dikonsumsi. Ini karena banyaknya kalium yang terkandung di pete tetapi rendah garam. Begitu tingginya kandungan kalium di pete hingga membuat FDA Amerika member ijin kepada perkebunan pete untuk melakukan klaim resmi terhadap kemampuan pete dalam menekan resiko darah tinggi dan stroke. Kaliumnya yang tinggi juga dapat meningkatkan konsentrasi otak dan secara tidak langsung membantu menumbuhkan kecerdasan anak di usia pertumbuhan. Pete juga bisa membantu orang yang ingin berhenti dari kecanduan rokok. Kandungan vitamin B6, B12, magnesium dan kaliumnya dapat menekan kebutuhan nikotin dan membuat orang tersebut justru merasa tak perlu lagi dengan nikotin. Olesan buah pete pada kulit juga bisa menghindari Anda dari gigitan nyamuk. Jadi tidak perlu membuang uang beberapa ratus perak untuk lotion nyamuk, karena olesan pete pun tak kalah ampuh dan lebih alami. Tapi sayangnya cara ini akan sedikit mengganggu karena dijamin kulit Anda jadi bau pete juga. Hm, yang satu ini kurang efisien, ya.

Selain manfaat-manfaat tersebut, masih banyak lagi segudang manfaat pete yang membuat buah ini menjadi perhatian ahli medis. Antara lain mencegah kegemukan, mengobati anemia, mengobati sembelit, memulihkan seseorang dari mabuk, menyembuhkan luka lambung, mengatur suhu tubuh, bahkan untuk menghaluskan kulit juga—dan pete jadi banyak diekspor ke negara-negara China, Jepang, Korea sebagai bahan kosmetik.

Tidak hanya di Asia, jengkol dan petai sudah mendunia dan penyebarannya benar-benar dirasa bermanfaat bagi orang-orang. Jika disini kita seringkali malu kalau ketahuan makan jengkol dan pete, di luar negeri orang-orang justru mencarinya dan tak keberatan untuk menjadikannya sebagai cemilan harian mereka. Meskipun baunya tak sedap, tapi demi manfaatnya yang begitu besar menjadikan kedua buah ini pantas dinomorsatukan. Asal tidak ada orang lain yang kebauan—cukup diri sendiri saja, hehe—maka tidak masalah lagi jika kita menkonsumsi jengkol dan pete, ya kan?

Obat Tradisional Alami untuk sakit perut

Obat Sakit Perut, Diare, Mencret, Mulas, Disentri Tradisional Paling Ampuh. Penyakit diare memiliki gejala memeiliki gejala seperti sakit dalam perut, melilit, sering buang air, dan tubuh terasa lemas karena banyak cairan tubuh yang keluar bersama feses.

Akan tetapi, jika Anda menderita penyakit diare atau sakit perut tidak perlu khawatir karena banyak tanaman obat tradisional disektitar kita yang bisa dijadikan obat. Diantaranya Jambu biji, kunyit, teratai, bayam duri dan lain sebagainya.


Akar Bunga Teratai Obat Diare

Cara pengobatan: Sediakan 50 gram rimpang teratai dan 10 gram jahe. Kemudian dicuci bersih lalu diparut dan diambil airnya. Minum ramuan tersebut tiga kali sehari setiap pagi, siang dan sore.

Bunga Teratai untuk Obat Disentri

Cara pengobatan: Ambil 50 gram rimpang teratai dan 10 gram jahe, kemudian diparut atau dijuice. Tambahkan 100 cc air lalu direbus sampai mendidih. Setelah dingin tambahkan 1 sendok makan madu dan diminum sekaligus.

Kunyit Obat Mencret pada Anak

Bahan: Rimpang kunyit 1/2 jari, Rasuk angin 1/2 sendok teh, 3 biji ketumbar, satu buah kayu ules, dan 1 helai daun trawas.
Cara pengobatan: Haluskan semua bahan dengan cara ditumbuk. Rebus bahan yang sudah dihaluskan dalam 115 ml air. Setelah dingin airnya disaring dan diminum 2 kali sehari tiap pagi dan sore.

Daun Delima Putih Obat Sakit Perut

Sediakan 5 gram daun delima putih segar, 2 gram rimpang temugiring, 6 gram daun jambu biji segar, dan air 110 ml. Semua bahan dibuat infus dan diminum 1 kali sehari. Pengobatan ini diulang selama 7 hari sampai sembuh.

Cara Membuat Gambar Graffiti Di GraffWriter

Limit Komputer | Cara Membuat Gambar Graffiti Di GraffWriter - Ada yang pada tahu gak dengan Graffiti ? Graffiti merupakan sebuah tulisan atau coretan yang mengandung komposisi warna, garis dan bentuk, yang menampilkan tulisan yang sangat indah. Untuk membuat graffiti seseorang wajib memiliki kreativitas tinggi, dalam menggabungkan warna, garis dan bentuk agar menampilkan sebuah coretan atau tulisan yang sangat indah. 

Nah dalam kesempatan ini saya ingin memberikan tutorial untuk membuat graffiti online dengan cara yang mudah serta gratis, berikut ini :

1. Kunjungi http://www.graffwriter.com/

2. Lalu pilih salah satu model, di option sebelah kiri  

 3. Setelah itu, buatlah graffiti sesuai selera anda dan tekan Submit

4. Setelah itu akan muncul dan klik kanan (pada gambar graffiti) > Save Image/Simpan Gambar > Pilih tempat pernyimpanan > Save

Maka gambarnya akan tersimpan di harddisk anda.

Selesai.
 

ZOOM UNIK::UNIK DAN UNIK Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger