Warung Bebas

Jumat, 18 Maret 2011

Sejarah Batik Indonesia

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.

Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.

Perkembangan Batik di Indonesia

Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Proses pembuatan batik
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.

Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.



Batik Pekalongan

Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.

Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.

Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.

Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.


Museum batik Pekalongan
Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.

Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Adapun motifnya antara lain batik Jlamprang diilhami dari Negeri India dan Arab, batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina, batik Pagi Sore oleh Belanda, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.


Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.

Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.

Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.

Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan.

sumber:http://www.batikmarkets.com/batik.php

New Ancestral Diet Review Paper

Pedro Carrera-Bastos and his colleagues Maelan Fontes-Villalba, James H. O'Keefe, Staffan Lindeberg and Loren Cordain have published an excellent new review article titled "The Western Diet and Lifestyle and Diseases of Civilization" (1). The paper reviews the health consequences of transitioning from a traditional to a modern Western diet and lifestyle. Pedro is a knowledgeable and tireless advocate of ancestral, primarily paleolithic-style nutrition, and it has been my privilege to correspond with him regularly. His new paper is the best review of the underlying causes of the "diseases of civilization" that I've encountered. Here's the abstract:
It is increasingly recognized that certain fundamental changes in diet and lifestyle that occurred after the Neolithic Revolution, and especially after the Industrial Revolution and the Modern Age, are too recent, on an evolutionary time scale, for the human genome to have completely adapted. This mismatch between our ancient physiology and the western diet and lifestyle underlies many so-called diseases of civilization, including coronary heart disease, obesity, hypertension, type 2 diabetes, epithelial cell cancers, autoimmune disease, and osteoporosis, which are rare or virtually absent in hunter–gatherers and other non-westernized populations. It is therefore proposed that the adoption of diet and lifestyle that mimic the beneficial characteristics of the preagricultural environment is an effective strategy to reduce the risk of chronic degenerative diseases.
At 343 references, the paper is an excellent resource for anyone with an academic interest in ancestral health, and in that sense it reminds me of Staffan Lindeberg's book Food and Western Disease. One of the things I like most about the paper is that it acknowledges the significant genetic adaptation to agriculture and pastoralism that has occurred in populations that have been practicing it for thousands of years. It hypothesizes that the main detrimental change was not the adoption of agriculture, but the more recent industrialization of the food system. I agree.

I gave Pedro my comments on the manuscript as he was editing it, and he was kind enough to include me in the acknowledgments.

RSA hack - Trouble with a capital T

It seems RSA was hacked today. This means, if you use one of those nice little SecureID fobs to connect to your corporate server or bank, it may have been compromised.

This is a big deal. Using two-factor authentication is an industry gold standard, and RSA is one of the most prolific manufacturers of such fobs.

Securious has a nice write up of the fact vs. fiction surrounding the attack, including a note that this was an APT attack, not some random script kiddie in Germany.

I'm not trying to stir up panic here, but if you work with sensitive data, this might be a good time to add another layer of encryption on it*. There are lots of free solutions, like True Crypt, or if you're on a Mac the easiest thing to do is create a password protected disk image. Remember not to use the same password for your encrypted disk partition that you use for anything else (logging in, email, etc.). But also don't lose this password - if you do then your data is "irrevocably lost". Whee!

* Obviously all the "check with your (IT) doctor" disclaimers apply here.

Kit Heath launches online at House of Fraser



This March sees the UK’s leading sterling silver jewellery brand Kit Heath launch online at houseoffraser.co.uk with its exquisite new SS11 collection.

Renowned for their elegant classics, the Kit Heath Spring Summer 2011 collection is filled with semi precious stones in pastel colours.


Cocktail rings and pendant necklaces are highlighted with flashes of rose quartz, turquoise, midnight black and opaque white.

The range continues to delight with cut out detailing used on delicate earrings and pendant necklaces.






Kit Heath’s stunning collections show the brand’s dedication to always staying one step ahead of its competitors, continuously updating and developing the collections, whilst staying true to its core brand identity; producing timeless, classic jewellery for all occasions.

More Kit Heath information

Buy online at www.houseoffraser.co.uk
 

ZOOM UNIK::UNIK DAN UNIK Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger