Warung Bebas

Minggu, 03 Juni 2007

Obat Penghilang Rasa Sakit Bisa Picu

LONDON – Obat-obat penghilang rasa sakit seperti Aspirin menyimpan dampak negatif lebih berbahaya dari yang kita duga.
Saratnya musibah dan bencana kerap membuat kepala nyeri. Berita di berbagai media massa ihwal gempa Aceh seolah tak pernah surut. Kalau sakit sudah menyerang kepala, enteng saja kita ambil obat-obatan penghilang rasa sakit. Ternyata obat pemerang rasa sakit sejenis Aspirin dan Ibuprofen menyimpan dampak negatif yang lebih berbahaya dari yang diduga selama ini.
Tim dokter dari Houston’s Baylor College of Medicine baru-baru ini menemukan bahwa terjadi kerusakan usus besar pada lebih dari 70 persen pasien yang mengonsumsi obat-obat penghilang rasa sakit selama lebih dari tiga bulan. Fakta ini cukup mencengangkan sebab selama ini para ahli medis tak pernah menduga dampak negatif dari obat-obatan jenis itu cukup tinggi.

Gangguan Perut
Tim Baylor ini melakukan studi dengan membandingkan 21 orang pasien yang mengonsumsi non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) dengan 20 pasien yang mengonsumsi obat pemerang rasa sakit lain. Ditemukan bahwa 71 persen pasien yang mengonsumsi NSAID menunjukkan gejala luka pada usus besar. Sedangkan kelompok lain hanya 10 persen saja.
Dr. David Graham yang tergabung dalam tim riset menyatakan kepada BBC News Online, ”Kami sejak lama tahu bahwa obat NSAID bisa menyebabkan komplikasi perut yang mematikan. Tapi sejauh mana imbasnya pada usus besar masih belum diketahui hingga sekarang.”
Yang pasti makin tinggi frekuensi seseorang melahap pil seperti Aspirin atau jenis obat NSAID lain, makin tinggi pula risiko terkena gangguan penyakit perut. Menurut Graham, siapa saja yang mengonsumsi pil-pil semacam itu selama setahun memiliki satu hingga empat persen risiko serius terkena komplikasi penyakit perut alias gastrointestinal. Yang dimaksud dengan penyakit perut adalah segala sesuatu yang menyangkut kesehatan usus besar, serta alat pencernaan lainnya.
Pendapat Graham ini diperkuat oleh kalangan medis lainnya. Dr Alastair Forbes, seorang ahli gastroenterelogi dari St Mark’s Hospital, London, menyatakan bahwa memang mayoritas orang yang menderita gangguan bagian perut selalu terkait dengan penggunaan obat-obat jenis NSAID. Forbes berpendapat bahwa memang penggunaan obat-obat jenis itu patut dikhawatirkan. Namun akhirnya semua tergantung pada tindakan para pasien dan ahli medis juga. Selayaknya para dokter memperingatkan agar pasien tidak sembarangan memakai obat-obat tersebut tanpa petunjuk dokter.
”Bukan berarti kita bersifat panik membabi buta. Semua obat memiliki efek samping dan kadang keuntungan yang didapat dari obat itu lebih besar dibanding dengan efek samping yang diakibatkannya,” ujar Forbes.
Sementara itu obat penghilang rasa sakit seperti parasetamol yang dikombinasikan dengan kodein cukup bermanfaatn bagi pasien penderita artritis, demikian menurut Arthritis Research Campaign.

Gagal Jantung
Studi terbaru mengenai obat-obat pemerang rasa sakit dikelompokkan atas jenisnya. Masing-masing memiliki risiko berbeda satu sama lain. Ada jenis COX-2 inhibitors yang memicu risiko gagal jantung yang berkembang menjadi kematian. Salah satu jenis obat ini bermerek dagang Vioxx keluaran Mercks yang ditarik dari peredaran September tahun silam.
Celebrex yang diproduksi Pfizer adalah obat pemerang rasa sakit bagi pasien osteoartritis dan rematik. Studi yang dilakukan Camcer Institute, AS cukup mencengangkan. Masalahnya obat ini sudah dikonsumsi ratusan ribu pasien di Inggris dan masih banyak di seantero dunia lain.
Cancer Institute menganalisis 2.400 pasien dan ditemukan bahwa pasien yang mengonsumsi dosis 400 miligram Celebrex sehari ternyata 2,5 kali lebih berisiko mengalami gagal jantung dan stroke dibanding yang tidak mengonsumsinya. Yang mengonsumsi dosis 800 miligram sehari berisiko 3,4 kali lebih tinggi. Vioxx yang menjadi obat alternatif memiliki risiko serupa.(SH/merry magdalena)



Copyright © Sinar Harapan 2003


Dari Kasus di atas, untuk menghilangkan rasa sakit sebaiknya lebih hati2 dalam mengkonsumsi obat Kimia. Lebih baik menggunakan herbal utk menghilangkan rasa sakit, salah satu herbal untuk menghilangkan rasa sakit maupun sebagai anti-biotika alami adalah SAMBILOTO.

INFO LEBIH LANJUT MENGENAI MANFAAT SAMBILOTO BISA KLIK DI http://herbmedicine.blogspot.com

MAHKOTA DEWA- TANAMAN MULTI KHASIAT

Mahkota Dewa atau Phaleria macrocarpa adalah tanaman asli Indonesia yang terbukti empiris menyembuhkan segala penyakit, dari yang ringan sampai berat.
Masyarakat sadar akan pentingnya “Back To Nature”, terlihat banyaknya penelitian tanaman pusaka para dewa ini. Tim peneliti Cancer Research Group Fak.Farmasi UGM dibawah naungan Dr. Edy Meiyanto, MSi, Apt. membuktikan ekstrak air daging buah Mahkota Dewa menghambat pertumbuhan kanker (pendekatan DNA supercoil).
Tidak mengherankan tanaman ini mulai diburu masyarakat guna menjaga kesehatan dan penyembuhan penyakit.

Khasiat Mahkota Dewa :
Secara empiris mampu menyembuhkan lever, kanker, jantung, lemah syahwat, rhematik, diabetes mellitus, ketagihan narkoba, asam urat, darah tinggi, dan penyakit ringan (seperti EKSIM, JERAWAT, DAN LUKA GIGITAN SERANGGA) bisa disembuhkan dengan pohon ini.

Mahkota dewa adalah tanaman asli Indonesia. Habitat asalnya di tanah Papua. Namun, entah bagaimana caranya, tanaman ini masuk ke Keraton Mangkunegara di Solo dan Keraton Yogyakarta. Di kedua tempat itu mahkota dewa dikenal sebagai tanaman obat. Dulu memang hanya kedua keraton itu yang mengenal khasiat mahkota dewa untuk keperluan pengobatan.

Ukuran :
Sosoknya berupa pohon perdu. Tajuk pohon bercabang-cabang. Ketinggiannya sekitar 1,5 - 2,5 meter. Namun, jika dibiarkan, bisa mencapai lima meter. Mahkota dewa bisa sampai berumur puluhan tahun. Tingkat produktivitasnya mampu dipertahankan sampai usia 10 hingga 20 tahun. Pohon mahkota dewa terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan buah. Akarnya berupa akar tunggang. Panjang akarnya bisa sampai 100 cm. Akar ini belum terbukti bisa digunakan untuk pengobatan.

Kandungan & Manfaat : Masalah yang mengganjal terhadap pemakaian mahkota dewa sebagai tanaman obat adalah terbatasnya pembuktian-pembuktian ilmiah akan kegunaan pohon ini. Selama ini pembuktian yang ada sebagian terbesar masih berupa pembuktian empiris, pembuktian yang hanya berdasarkan pada pengalaman pengguna.

Literatur-literatur yang membahasnya pun sangat terbatas. R. Broto Sudibyo, Kepala Bidang Pelayanan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, menguatkan keterbatasan literatur ini. Dalam literatur kuno pun, keterangan mengenai mahkota dewa sangat terbatas. Hanya kegunaan biji buah yang bermanfaat sebagai bahan baku obat luar, misalnya untuk obat kudis, yang dibahas.

Dari penelitian ilmiah yang sangat terbatas itu diketahui bahwa mahkota dewa memiliki kandungan kimia yang kaya. Itu pun belum semuanya terungkap. Dalam daun dan kulit buahnya terkandung ALKALOID, SAPONIN, dan FLAVONOID. Selain itu, di dalam daunnya juga terkandung POLIFENOL.

Seorang ahli farmakologi dari Fakultas Kedokteran UGM, dr. Regina Sumastuti, berhasil membuktikan bahwa mahkota dewa mengandung ZAT ANTIHISTAMIN. Zat ini merupakan penangkal alergi. Dengan begitu, dari sudut pandang ilmiah, mahkota dewa bisa menyembuhkan aneka penyakit alergi yang disebabkan histamin, seperti biduren, gatal-gatal, selesma, dan sesak napas. Penelitian dr. Regina juga membuktikan bahwa mahkota dewa mampu berperan seperti oxytosin atau sintosinon yang dapat memacu kerja otot rahim sehingga persalinan berlangsung lebih lancar. Pembuktian empiris yang ada cukup banyak. Kasusnya juga berbeda-beda, dari yang berat sampai yang sepele. Kasus Tuti di atas hanyalah salah satu contoh.

Sampai saat ini banyak penyakit yang berhasil disembuhkan dengan mahkota dewa. Beberapa penyakit berat (seperti SAKIT LEVER, KANKER, SAKIT JANTUNG, KENCING MANIS, ASAM URAT, REUMATIK, SAKIT GINJAL, TEKANAN DARAH TINGGI, LEMAH SYAHWAT DAN KETAGIHAN NARKOBA) dan penyakit ringan (seperti EKSIM, JERAWAT, DAN LUKA GIGITAN SERANGGA) bisa disembuhkan dengan pohon ini.

Pembuktian empiris juga dapat ditemui di sebuah pesantren yang getol menangani korban obat-obat psikotropika. Bahkan, beberapa orang dokter yang mengidap penyakit cukup gawat pun sudah membuktikan khasiat mahkota dewa.

PERHATIAN:
IBU-IBU YANG HAMIL MUDA DILARANG MENGKONSUMSI MAHKOTA DEWA. KARENA, MAHKOTA DEWA DAPAT MENINGKATKAN KONTRAKSI OTOT RAHIM SEHINGGA SANGAT BERBAHAYA BAGI KONDISI KEHAMILAN

MAHKOTA DEWA- TANAMAN MULTI KHASIAT

Mahkota Dewa atau Phaleria macrocarpa adalah tanaman asli Indonesia yang terbukti empiris menyembuhkan segala penyakit, dari yang ringan sampai berat.
Masyarakat sadar akan pentingnya “Back To Nature”, terlihat banyaknya penelitian tanaman pusaka para dewa ini. Tim peneliti Cancer Research Group Fak.Farmasi UGM dibawah naungan Dr. Edy Meiyanto, MSi, Apt. membuktikan ekstrak air daging buah Mahkota Dewa menghambat pertumbuhan kanker (pendekatan DNA supercoil).
Tidak mengherankan tanaman ini mulai diburu masyarakat guna menjaga kesehatan dan penyembuhan penyakit.

Khasiat Mahkota Dewa :
Secara empiris mampu menyembuhkan lever, kanker, jantung, lemah syahwat, rhematik, diabetes mellitus, ketagihan narkoba, asam urat, darah tinggi, dan penyakit ringan (seperti EKSIM, JERAWAT, DAN LUKA GIGITAN SERANGGA) bisa disembuhkan dengan pohon ini.

Mahkota dewa adalah tanaman asli Indonesia. Habitat asalnya di tanah Papua. Namun, entah bagaimana caranya, tanaman ini masuk ke Keraton Mangkunegara di Solo dan Keraton Yogyakarta. Di kedua tempat itu mahkota dewa dikenal sebagai tanaman obat. Dulu memang hanya kedua keraton itu yang mengenal khasiat mahkota dewa untuk keperluan pengobatan.

Ukuran :
Sosoknya berupa pohon perdu. Tajuk pohon bercabang-cabang. Ketinggiannya sekitar 1,5 - 2,5 meter. Namun, jika dibiarkan, bisa mencapai lima meter. Mahkota dewa bisa sampai berumur puluhan tahun. Tingkat produktivitasnya mampu dipertahankan sampai usia 10 hingga 20 tahun. Pohon mahkota dewa terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan buah. Akarnya berupa akar tunggang. Panjang akarnya bisa sampai 100 cm. Akar ini belum terbukti bisa digunakan untuk pengobatan.

Kandungan & Manfaat : Masalah yang mengganjal terhadap pemakaian mahkota dewa sebagai tanaman obat adalah terbatasnya pembuktian-pembuktian ilmiah akan kegunaan pohon ini. Selama ini pembuktian yang ada sebagian terbesar masih berupa pembuktian empiris, pembuktian yang hanya berdasarkan pada pengalaman pengguna.

Literatur-literatur yang membahasnya pun sangat terbatas. R. Broto Sudibyo, Kepala Bidang Pelayanan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, menguatkan keterbatasan literatur ini. Dalam literatur kuno pun, keterangan mengenai mahkota dewa sangat terbatas. Hanya kegunaan biji buah yang bermanfaat sebagai bahan baku obat luar, misalnya untuk obat kudis, yang dibahas.

Dari penelitian ilmiah yang sangat terbatas itu diketahui bahwa mahkota dewa memiliki kandungan kimia yang kaya. Itu pun belum semuanya terungkap. Dalam daun dan kulit buahnya terkandung ALKALOID, SAPONIN, dan FLAVONOID. Selain itu, di dalam daunnya juga terkandung POLIFENOL.

Seorang ahli farmakologi dari Fakultas Kedokteran UGM, dr. Regina Sumastuti, berhasil membuktikan bahwa mahkota dewa mengandung ZAT ANTIHISTAMIN. Zat ini merupakan penangkal alergi. Dengan begitu, dari sudut pandang ilmiah, mahkota dewa bisa menyembuhkan aneka penyakit alergi yang disebabkan histamin, seperti biduren, gatal-gatal, selesma, dan sesak napas. Penelitian dr. Regina juga membuktikan bahwa mahkota dewa mampu berperan seperti oxytosin atau sintosinon yang dapat memacu kerja otot rahim sehingga persalinan berlangsung lebih lancar. Pembuktian empiris yang ada cukup banyak. Kasusnya juga berbeda-beda, dari yang berat sampai yang sepele. Kasus Tuti di atas hanyalah salah satu contoh.

Sampai saat ini banyak penyakit yang berhasil disembuhkan dengan mahkota dewa. Beberapa penyakit berat (seperti SAKIT LEVER, KANKER, SAKIT JANTUNG, KENCING MANIS, ASAM URAT, REUMATIK, SAKIT GINJAL, TEKANAN DARAH TINGGI, LEMAH SYAHWAT DAN KETAGIHAN NARKOBA) dan penyakit ringan (seperti EKSIM, JERAWAT, DAN LUKA GIGITAN SERANGGA) bisa disembuhkan dengan pohon ini.

Pembuktian empiris juga dapat ditemui di sebuah pesantren yang getol menangani korban obat-obat psikotropika. Bahkan, beberapa orang dokter yang mengidap penyakit cukup gawat pun sudah membuktikan khasiat mahkota dewa.

PERHATIAN:
IBU-IBU YANG HAMIL MUDA DILARANG MENGKONSUMSI MAHKOTA DEWA. KARENA, MAHKOTA DEWA DAPAT MENINGKATKAN KONTRAKSI OTOT RAHIM SEHINGGA SANGAT BERBAHAYA BAGI KONDISI KEHAMILAN


Kami menyediakan Kapsul Ektrak Mahkota Dewa, harga Rp. 67.500,-/botol isi 50 butir.
 

ZOOM UNIK::UNIK DAN UNIK Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger