Raymond Kroc - Pendiri McDonald’sDalam apa yang seharusnya menjadi tahun emasnya, Raymond Kroc, pendiri  dan pembangun McDonald’s Corporation, membuktikan dirinya sebagai  seorang pelopor industri yang tidak kalah kemampuannya dengan Henry  Ford. Dia merevolusikan industri restoran dengan memberlakukan disiplin  atas produksi hamburger, kentang goreng, dan susu kocok. Dengan  mengembangkan sistem operasi dan antaran yang maju, dia memastikan bahwa  kentang goreng yang dibeli oleh pelanggan di Topeka akan sama dengan  yang dibeli di New York City. Konsistensi seperti ini menjadikan  McDonald’s nama mereka yang mendefinisikan fast food Amerika.
Pada tahun 1960, terdapat lebih dari 200 saluran McDonald’s di seluruh  Amerika, perluasan cepat yang dikobarkan oleh biaya franchise yang  rendah. Ray Kroc telah menciptakan salah satu merek yang paling kuat  sepanjang masa. Tetapi dia nyaris tidak mendapat keuntungan. Akhirnya,  dia memutuskan untuk menggunakan real estate sebagai pendukung keuangan  yang menyebabkan McDonald’s menjadi operasi yang menguntungkan. Pada  tahun 1956, Kroc mendirikan Franchise Realty Corporation, membeli tanah  dan bertindak selaku pemilik restoran bagi pembeli franchise yang penuh  minat. Dengan langkah ini, McDonald’s mulai memperoleh penghasilan yang  sesungguhnya, dan perusahaan pun lepas landas. Kroc kemudian  memperkenalkan program periklanan nasional untuk mendukung franchise  yang tersebar dengan cepat; dan setelah tampak bahwa pertumbuhan di  wilayah asal perusahaan ini melambat pada awal tahun 1970-an, dia  memulai dorongan yang penuh semangat dan sukses untuk membuat kehadiran  global bagi McDonald’s.
Sepanjang pertumbuhan perusahaan yang spektakuler, Kroc melakukan  akrobat keseimbangan berjalan di atas rentangan tali yang sulit,  memberlakukan standar yang keras di seluruh sistem sementara mendorong  semangat wirausaha yang menyambut baik gagasan dari semua tingkat.  Banyak gagasan ini yang memberikan sumbangan kepada keberhasilan  perusahaan yang menakjubkan. Dalam mengumpulkan kekayaan sebesar $500  juta, raja hamburger ini mengubah lansekap budaya bangsa dan menempa  sebuah industri yang termasuk di kalangan ekspor Amerika yang terbesar.  Keberhasilan McDonald’s yang ditiru secara meluas menawarkan contoh yang  baik sekali bagi manajer dan eksekutif zaman sekarang yang berusaha  mencari efisiensi produksi yang lebih besar.
Dengan menempatkan hamburger yang bersahaja di atas jalur perakitan,  Kroc menunjukkan kepada seluruh dunia bagaimana cara menerapkan pross  manajemen yang maju pada usaha yang paling membosankan. Supaya bisa maju  dengan cara McDonald’s, perusahaan-perusahaan harus menetapkan prinsip  dasar pelayanan yang mereka tawarkan, memecah-mecah pekerjaan menjadi  bagian-bagian, dan kemudian terus-menerus merakitnya kembali dan  menyempurnakan banyak langkah sampai sistem berjalan tanpa kekangan.  Hari ini, perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam antara pizza,  pemrosesan klaim asuransi, atau menjual mainan mendapat keuntungan dari  jenis sistem yang dipelopori oleh Ray Kroc. Sampai tingkat ketika  operasi seperti ini menjaga pengendalian mutu, dan memelihara kepuasan  pelanggan, keuntungan akan mengalir.
Sebagai salesman mesin susu kocok, Raymond Kroc secara rutin mengunjungi  kliennya. Tetapi ketika salesman berumur lima puluh dua tahun ini pergi  dari rumahnya dekat Chicago ke California selatan untuk menemui dua  kliennya yang terbesar, hasilnya sama sekali bukan hal rutin. Maurice  dan Richard McDonald meninggalkan New Hampshire pada tahun 1930,  berusaha mencari peruntungan di Hollywood. Karena tidak bisa mendapatkan  hasil besar di Tinseltown, kakak beradik ini akhirnya menjadi pemilik  restoran drive-in di San Bernardino, kota kecil berdebu sejauh lima  puluh lima mil di sebelah timur Los Angeles. Sementara kebanyakan  restoran membeli satu atau dua Prince Castle Multimixer, yang bisa  mencampur lima gelas susu kocok sekaligus, McDonald bersaudara membeli  delapan buah. Dan Kroc ingin tahu jenis operasi apa yang membutuhkan  kemampuan membuat empat puluh gelas susu kocok pada saat saat yang  bersamaan.
Maka dia pergi ke San Bernardino, dan apa yang dilihatnya di sana  mengubah kehidupannya. Kroc berdiri di keteduhan dua gerbang lengkung  keemasan restoran yang gemerlapan, yang menerangi langit di senja kala,  dan melihat antrian orang-orang yang berkelok-kelok seperti ular di luar  restoran yang berbentuk segi delapan. Melalui dinding bangunan yang  selurunya terbuat dari kaca, dia memandangi para karyawan pria, yang  memakai topi kertas dan seragam putih, sibuk di restoran yang sangat  bersih, menyajikan burger dalam piring, kentang goreng dan susu kocok  kepada keluarga-keluarga kelas pekerja yang berdatangan naik mobil.  “Sesuatu pasti sedang terjadi di sini, saya mengatakan kepada diri  sendiri,” Kroc kemudian menulis dalam otobiografinya, Grinding It Out.  “Ini pasti operasi perdagangan paling menakjubkan yang pernah saya  lihat.” Tidak seperti begitu banyak operasi pelayanan makanan yang  pernah ditemui oleh Krock, tempat ini mendengung seperti mesin yang  ditun-up dengan sempurna.
Supaya bisa membangun kongsi restoran, Kroc tahu bahwa dia harus  memberlakukan disiplin atas industri restoran yang dikelola secara  longgar. Dan itu berarti menyempurnakan prosedur operasi yang  distandarkan dalam proses yang bisa ditiru. Empat puluh tahun  sebelumnya, Henry Ford sudah menyadari bahwa produksi masal mobil  memerlukan perkawinan antara presisi bagian-bagian mobil dan proses  perakitan yang efisien. Wawan Kroc adalah menerapkan disiplin yang sama  pada pembuatan sandwich. Dengan menggunakan gagasan bahwa “ada ilmu  untuk membuat dan menyajikan hamburger,” Kroc memberikan kepada kepingan  daging sapi gilingnya spesifikasi yang tepat – kandungan lemak: di  bawah 19 persen; berat: 1,6 ons: garis tengah: 3,875 inci; bawang: ¼ ons  . 
Dengan lain perkataan, dia membuat cap satu pelayanan. Dan ini sarana  revolusioner yang akan digunakan oleh McDonald’s untuk menciptakan  kongsi restoran yang di dalamnya satu restoran di Delaware dan satu  restoran di Nevada akan menyajikan burger yang tepat sama ukuran dan  mutunya, masing-masing berisi potongan acar yang sama, setiap burger  disajikan dalam talam yang serupa bersama kentang goreng yang dimasak  dengan lamanya waktu yang sama. Sebagaimana yang diingat oleh Kroc,  “Kesempurnaan sulit sekali dicapai, dan kesempurnaanlah yang saya  inginkan dalam McDonald’s. Segala hal lainnya sekunder bagi saya.”  Tetapi tuntutan yang serba tepat melayani satu tujuan strategis. “Tujuan  kami, tentu saja, adalah memastikan bisnis yang berulang berdasarkan  reputasi sistem dan bukannya mutu satu restoran atau operator tunggal,”  kata Kroc. Walaupun franchise McDonald’s bertumbuhan dimana-mana di  seluruh daerah di Barat Tengah dan Barat seperti bunga liar setelah  hujan musim semi, keberhasilan perusahaan rupanya berumur pendek.  Sementara persetujuan asli yang dijalin dengan kakak-beradik McDonalds  menyebabkan Kroc menyayangi pembeli franchise yang paling awal, ini juga  menyebabkan perusahaan yang baru lahir ini langsung menuju kemungkinan  bangkrut. Selama tahun 1960, ketika kongsi restoran ini mengeruk uang  $75 juta dalam penjualan, penghasilan McDonald’s hanya $159.000.
“Singkatnya, konsep Kroc untuk membangun McDonald’s, John Love. Dan  rumah kartu impian Kroc mulai runtuh di bawah bobotnya sendiri.  Sementara terbenam dalam utang dan tanpa pertumbuhan keuntungan yang  bisa dibayangkan, Kroc menghadapi satu dilema yang klasik. Dia tidak  mampu memperluas usaha. Dan dia tidak bisa tetap terapung. Untunglah,  Harry Sonnenborn menemukan pemecahan. Dia berpikir McDonald’s harus  mendapatkan uang dengan menyewa atau membeli lokasi yang akan dijadikan  kedai dan kemudian menyewakannya kembali kepada pembeli franchise  mula-mula dengan peningkatan harga 20 persen, dan kemudian 40 persen. Di  bawah rencana ini, McDonald’s akan mencari lokasi yang sesuai dan  menandatangani perjanjian sewa dengan bunga yang ditentukan. Strategi  real estate pas sekali dengan tujuan penguasaan Kroc yang lebih besar.  Bukannya menjual franchise geografis sebagai selubung, yang akan  memberikan kepada pemegangnya hak untuk membangun sebanyak-banyaknya  atau sesedikit-sedikitnya kedai sekehendak hatinya disuatu kawasan  tertentu, Kroc hanya menjual franchise individual, dengan biaya rendah  $950.
Namun kendati sangat menyukai cara menjajakan barang dagangan model kini  ini, McDonald’s tidak mempunyai strategi periklanan untuk seluruh  perusahaan. Sebaliknya, ketika operator Minneapolis Jim Zein melihat  penjualannya meledak pada tahun 1959 setelah memasang iklan radio, Kroc  mendorong para operator untuk memanfaatkan gelombang udara dengan  kampanye mereka sendiri. Iklan yang sukses membantu penggalakan  pertumbuhan yang lebih besar. Dan pada tahun 1965, dengan 710 restoran  McDonald’s tersebar dalam empat puluh empat negara bagian, $171 juta  dalam penjualan, dan neraca yang relatif mantap, akhirnya McDonald’s  mekar sepenuhnya. Perusahaan ini go public pada tanggal 15 April, tepat  sepuluh tahun sampai ke harinya setelah Kroc membuka kedai Des Plaines,  menjual 300.000 saham dengan harga per lembar $22,50. Banyak saham ini  yang ditawarkan oleh Kroc, yang mengeruk uang $3 juta dalam penjualan.  Kroc mengerahkan uang tunai ini untuk memperluas perusahaan dan melawan  pesaing yang dengan cepat menyebar di mana-mana, sebab keberhasilan  perusahaan telah melahirkan banyak imitasi yang berusaha memanfaatkan  industrialisasi fast food yang semakin meningkat. Melalui pertumbuhan  yang pesat dan iklan yang meluas, McDonald’s pada awal tahun 1970-an  menjadi kongsi restoran fast food yang terbesar di seluruh negara dan  sifat yang mudah dikenali dari lansekap budaya Amerika. Dan penguasa  tertinggi McDonaldland, Ray Kroc, menjadi seorang tokoh yang bertingkat  nasional.