Warung Bebas

Rabu, 23 Juni 2010


Gandarusa, Potensial untuk KB Pria
Kamis, 24 Juni 2010 | 08:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tumbuhan sejenis perdu ini sudah lama dikenal sebagai campuran obat luar untuk mengatasi berbagai keluhan. Belakangan manfaat lebih gandarusa makin tersingkap, terutama sebagai kontrasepsi alami untuk pria. Beberapa penelitian telah dilakukan guna membuktikan khasiatnya.

Sejak dulu orang mengenal gandarusa sebagai tanaman untuk pagar halaman. Dengan tinggi di atas satu meter, tumbuhan yang memiliki nama Latin Gendarussa vulgaris Nees ini memang pantas dipilih sebagai tanaman pelindung.

Seperti Siti Hartini, pemilik kebun gandarusa di bilangan Pancoran Mas, Depok. Menurut wanita yang rajin belajar meramu herba ini, selain penampilannya enak dilihat saat ditanam di halaman, gandarusa juga memiliki beragam manfaat. Gandarusa biasa ia manfaatkan sebagai ramuan luar guna mengatasi gangguan keseleo atau terkilir.

“Ramuan itu sudah ada sejak zaman orangtua saya. Cara meramunya mudah, seperti membuat param agar luka memar atau keseleo tidak membengkak dan cepat sembuh. Bahannya 30 gram daun gandarusa segar dan temu putih secukupnya. Setelah dicuci bersih, kedua bahan tersebut ditumbuk hingga halus. Setelah itu, tambahkan air secukupnya agar menjadi adonan. Adonan itu selanjutnya dioleskan ke bagian tubuh yang memar atau keseleo. Lakukan dua kali sehari,” papar nenek dua cucu ini.

Selama ini berdasarkan beberapa kesaksian empiris, ramuan tersebut dapat mengurangi risiko bengkak dan meredakan rasa nyeri akibat keseleo.

Pelancar Darah
Khasiat gandarusa sebagai pereda nyeri juga pernah diteliti oleh Hotma Elisa Siregar dari Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Sumatera Utara, pada tahun 1984, guna mengetahui efek analgetiknya. Hasilnya, pemberian infus daun kering gandarusa per oral pada mencit, dengan bahan pembanding parasetamol dan morfin, menunjukkan hasil positif atau adanya pengaruh.
Bagian tanaman yang sering dimanfaatkan adalah daunnya. Rasanya khas, sedikit pedas, asam, dan getir. Berdasarkan pengalaman, gandarusa dipercaya membantu melancarkan peredaran darah, juga sebagai pereda mual dan antirematik.

Sementara itu, di kalangan industri farmasi, bahan dasar atau ekstrak gandarusa sudah sering dimanfaatkan untuk jamu atau obat. Sayangnya, belum banyak penelitian yang dilakukan untuk menguatkannya.

Tanaman yang dalam bahasa Sunda dikenal sebagai handerasa atau gonorusa ini diketahui berpotensi sebagai kontrasepsi alami bagi pria. Sejak beberapa tahun lalu sampai saat ini sejumlah ilmuwan Indonesia terus meneliti penggunaan ekstrak tanaman gandarusa sebagai bahan kontrasepsi alami bagi pria.

Menurut hasil uji praklinis pada hewan coba, tanaman itu efektif menekan pertumbuhan spermatozoa. Keyakinan ini berawal dari temuan Prof. Ir. Moeso S. dan Drs. Agus P., gandarusa biasa digunakan masyarakat Papua sebagai obat KB pria. Penelitian lanjutan dilakukan oleh Drs. Bambang Prayogo, Apt., dari Jurusan Farmakognosi (cabang ilmu yang mempelajari tumbuhan sebagai obat) Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Serupa KB Hormonal
Dinyatakan Dr. Bambang, cara kerja senyawa gandarusa lebih mudah diterapkan dan berpeluang berhasil. Kondisi kembali subur setelah tidak memakainya juga cukup tinggi.
Temuan sekaligus tawaran gandarusa sebagai kontrasepsi alami bagi pria tentu menarik. Pasalnya, selama ini kontrasepsi pria lebih bersifat mekanis, yang membuat kaum pria ogah menggunakannya. Seperti senggama terputus, selain sulit mengontrol, juga mengurangi kenikmatan. Sementara itu, soal penggunaan kondom, banyak yang berkilah tidak alamiah, di samping ada beberapa wanita yang alergi kondom.

Ada KB pria yang dianggap manjur, yakni vasektomi, tetapi harus lewat jalan operasi. Belum-belum sudah bikin ngeri. Sudah begitu, vasektomi diragukan saat pemulihan ke¬suburan dan seringkali diduga memicu kanker prostat di kemudian hari.

Jadi, agar dilirik, kontrasepsi khusus pria haruslah dapat menjaga fisiologi (fungsi organ tubuh), psikologi, dan libido tetap normal. Mungkin serupa tetapi tak sama dengan kontrasepsi hormonal, entah susuk atau suntik. Lebih disukai bila berbentuk pil atau tablet, sehingga bisa digunakan secara oral.

Jika benar hal ini terwujud dan industri farmasi tertarik mensponsori penelitian serta pengembang¬annya, tentu menjadi sebuah harapan besar.

Meski begitu, beberapa kalangan, termasuk para peneliti, tetap menyarankan adanya riset mendetail dan komprehensif agar bisa diambil kesimpulan yang pasti tentang khasiat gandarusa sebagai solusi alternatif KB bagi pria.(Lalang Ken Handita)

NB: Sehatherbal menyediakan Gandarusa kapsul, harga 50rb/50 kpsul. Info lebih lanjut k 081310343598 atau budiprakoso98@gmail.com

Cloudy with a chance of iPhones

I was ... the first full-time woman faculty member in my department.
There really was difficulty among my male colleagues in associating
with a woman as a colleague. I think they literally did not know how
to talk to me, and as a consequence often just did not talk to me.
They would ignore me. They would not invite me to have lunch with
them, which was a very ordinary experience there ... they would walk
past my office and ask the next person and never ask me. [Years
later] I asked one of my colleagues why this was so. And he said,
`You know what would happen if I asked you to lunch ... People would
talk' ([Clark et al 1986, pages 36--37,] in [Sandler 1986, pages 7--8,]).

Ellen Spertus quoted this passage in an MIT tech report she wrote in 1991 on the topic de jour in various tech circles, "Why are there so few female computer scientists?" One part of the article I liked was the section entitled, The Masculine Environment: Behavior Due to Sex-Correlated Differences. Here she discusses how difficult it can be for women to talk with men about non-academic topics as their interests often do not overlap. She also points out that many of the "team-building" activities intending to foster communication among colleagues often involve things that tend to appeal more to men than to women. (In general).
Photo by Adam Crowe

For example, in my department, some recent events purporting to build camaraderie have been: World Cup viewing + drinking beer, happy hour, visiting a bar, some video game events, and recently a long string of XTREME sporting activities. Of the very few female faculty and students in my department, I don't think any participate in these activities. Several come from religious and cultural backgrounds that strongly prohibit drinking-related activities.

While we do have a great mentoring scheme set up for women coming into the department and supporting them while they're here which includes some social events, it's not really the same thing. In fact, while I applaud the efforts, sometimes going to these women-focused events makes me feel like I'm sitting at the kid's table at Thanksgiving. By trying to help us fit in, we are further made separate. I've suggested to various people in my department that perhaps there might be other group activities more amenable to helping us intermix a bit more, so perhaps things will change in the future.

But in the meanwhile: What can a lone woman do to fit in with the men?

The answer lies within the thing that got you into this crazy field in the first place - a deep love (or hatred) of technology. Think of this topic like the weather for computer scientists. I guarantee you that most people in your department are following the latest drama regarding Apple and Flash, Facebook's latest privacy fail, or what neat things the new Kinect will do. And if you're not up on the latest, I strongly suggest subscribing to the ACM's Tech News. It's only three emails a week which you can quickly skim to get an idea of what's happening.

Talking tech is a great way to break the ice and start to develop the rapport that is essential to being accepted into (and thus feeling comfortable in) a male-dominated department.
 

ZOOM UNIK::UNIK DAN UNIK Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger