Warung Bebas

Selasa, 27 November 2012

Biografi Kota Bogor

You'll Never Walk Alone - Hai sobat, kali ini saya akan sharing informasi tentang biografi kota hujan atau Kota Bogor. 
 
Sejarah Kota Bogor
Kota Bogor mempunyai sejarah yang panjang dalam Pemerintahan,mengingat sejak zaman Kerajaan Pajajaran sesuai dengan bukti-bukti yang ada seperti dari Prasasti Batu Tulis, nama-nama kampung seperti dikenal dengan nama Lawanggintung, Lawang Saketeng, Jerokuta, Baranangsiang dan Leuwi Sipatahunan diyakini bahwa Pakuan sebagai Ibukota Pajajaran terletak di Kota Bogor.

Pakuan sebagai pusat Pemerintahan Pajajaran terkenal pada pemerintahan Prabu Siliwangi (Sri Baginda Maharaja) yang penobatanya tepat pada tanggal 3 Juni 1482, yang selanjutnya hari tersebut dijadikan hari jadi Bogor, karena sejak tahun 1973 telah ditetapkan oleh DPRD Kabupaten dan Kota Bogor sebagai hari jadi Bogor dan selalu diperingati setiap tahunnya sampai sekarang.

Sebagai akibat penyerbuan tentara Banten ke Pakuan Pajajaran catatan mengenai Kota Pakuan tersebut hilang, baru terungkap kembali setelah datangnya rombongan ekspidisi orang-orang Belanda yang dipimpin oleh Scipio dan Riebeck pada tahun 1687, dan mereka meneliti Prasasti Batutulis dan situs-situs lainya yang meyakini bahwa di Bogorlah terletak pusat Pemerintahan Pakuan Pajajaran.

Pada tahun 1745 Gubernur Jendral Hindia Belanda pada waktu itu bernama Baron Van Inhoff membangun Istana Bogor, seiring dengan pembangunan jalan Raya Daendless yang menghubungkan Batavia dengan Bogor, sehingga keadaan Bogor mulai bekembang.


Pada masa pendudukan Inggris yang menjadi Gubernur Jendralnya adalah Thomas Rafless, beliau cukup berjasa dalam mengembangkan Kota Bogor, dimana Istana Bogor direnovasi dan sebagian tanahnya dijadikan Kebun Raya (
Botanical Garden), beliau juga memperkejakan seorang Planner yang bernama Carsens yang menata Bogor sebagai tempat peristirahatan yang dikenal dengan Boeitenzorg.

Setelah Pemerintahan kembali kepada Hindia Belanda pada tahun 1903, terbit Undang-undang Desentralisasi yang bertujuan menghapus sistem pemerintahan tradisional diganti dengan sistem administrasi pemerintahan modern sebagai realisasinya dibentuk
Staadsgemeente diantaranya adalah:
1. Gemeente Batavia ( S. 1903 No.204 )
2. Gemeente Meester Cornelis ( S. 1905 No.206 )
3. Gemeente Boeitenzorg ( S. 1905 No.208 )
4. Gemeente Bandoeng ( S. 1906 No.121 )
5. Gemeente Cirebon ( S. 1905 No.122 )
6. Gemeente Soekabumi ( S. 1914 No.310 )
(Regeringsalmanak Voor Nederlandsh Indie 1928 : 746-748)

Pembentukan
Gemeente tersebut bukan untuk kepentingan penduduk Pribumi tetapi untuk kepentingan orang-orang Belanda dan masyarakat Golongan Eropa dan yang dipersamakan (yang menjadi Burgermeester dari Staatsgemeente Boeitenzorg selalu orang-orang Belanda dan baru tahun 1940 diduduki oleh orang Bumiputra yaitu Mr. Soebroto).

Pada tahun 1922 sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap peran desentralisasiyang ada maka terbentuklah
Bestuursher Voorings Ordonantie atau Undang-undang perubahan tata Pemerintahan Negeri Hindia Belanda (Staatsblad 1922 No. 216), sehinga pada tahun 1992 terbentuklah Regentschaps Ordonantie (Ordonantie Kabupaten) yang membuat ketentuan-ketentuan daerah Otonomi Kabupaten (Staatsblad 1925 No. 79).

Pada masa setelah kemerdekaan, yaitu setelah pengakuan kedaulatan RI Pemerintahan di Kota Bogor namanya menjadi Kota Besar Bogor yang dibentuk berdasarakan Udang-undang Nomor 16 Tahun 1950.

Selanjutnya pada tahun 1957 nama pemerintahan berubah menjadi Kota Praja Bogor, sesuai dengan Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1957, kemudian dengan Undang-undang Nomor 18 tahun 1965 dan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 berubah kembali menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor.
Dengan diberlakukanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor dirubah menjadi Kota Bogor.


Daftar Obyek Wisata Kota Bogor
Bogor memiliki banyak objek wisata yang menarik. Mengunjungi kota Bogor memiliki berbagai kesan yang mendalam, serasa mengunjungi kota masa lampau karena ada banyak peninggalan masa lalu, seperti: prasasti BatuTulis dan gedung-gedung peninggalan-peninggalan zaman penjajahan Belanda dulu.

Juga terkesan mengunjungi kota Ilmu Pengetahuan, karena disini kita menjumpai banyak perguruan tinggi ternama seperti IPB, Universitas Pakuan, UIK dan banyak lagi sekolah-sekolah kejuruan yang dikenal baik. Bahkan disini kita akan menjumpai banyak Institusi/ Lembaga Penelitian Ilmiah seperti: CIFOR dan Balai Penelitian Karet juga museum-museum yang banyak dikunjungi sepanjang tahun seperti: Museum Zoologi, Museum Etnobotani dan masih banyak lainnya.

Kesan lain sebagai kota jasa, kita dengan mudah menjumpai pusat-pusat perbelanjaan yang nyaman di Kota Bogor seperti: Eka Lokasari Plaza, Bogor Trade Mall dan Jambu Dua Mall. Tak kalah indahnya, kita masih bisa menikmati indahnya  alam di kebun yang luas yaitu Kebun Raya Bogor dan  sejuknya beberapa ruas jalan kota yang dinaungi pohon-pohon rindang, seperti ruas jalan Ahmad Yani dan ruas jalan Dr. Semeru.
Bogor has many interesting tourism objects. Visiting Bogor City will give us many deep impressions.  such as visiting old memorable city, because here we find many ancient objects like Stone Incription and old buildings from dutch colonial era.

Istana Bogor

Istana Bogor Istana Bogor memiliki luas areal 28 Ha, didirikan pada tahun 1745 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda bernama Baron Gustaf Willem Van Imhof.

Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor Kebun Raya Bogor didirikan pada tahun 1817 dengan luas areal 87 Ha atas prakarsa Prof. Dr. Reinwadt, seorang ahli botani dari Jerman. Koleksi di Kebun Raya Bogor terdiri dari tanaman tropis dengan jenis tanaman lebih dari 20.000 tanaman yang tergolong dalam 6.000 spesies. Berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No. 13 Telp. (0251) 311362.

Gedung Museum Etnobotani

Gedung Museum Etnobotani Museum Etnobotani diresmikan pada tahun 1982 oleh Prof. DR. BJ. Habibie. Didalamnya terdapat 2.000 artefak etnobotani dan berbagai diorama pemanfaatan flora. Berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda no. 24 Telp. (0251) 322035.

Museum Zoologi

Museum Zoologi Museum Zoologi Tampak Depan Museum Zoologi didirikan pada tahun 1894 dengan nama Museum Zoologicum Bogoriensis. Mempunyai koleksi ribuan species binatang mamalia, serangga, reptillia, burung, ikan dan molluska. Lokasi terletak di Jl. Ir. H . Juanda no.09 Telp. (0251) 322226.

Museum Tanah

Museum Tanah Museum Tanah Tampak Depan Museum Tanah didirikan pada tanggal 29 September 1988. Museum ini merupakan tempat penyimpanan jenis contoh tanah yang terdapat di Indonesia yang disajikan dalam ukuran Kecil berupa makromonolit.Berlokasi di Jl. Ir H. Juanda no. 98 Telp. (0251)32301.

Plaza Kapten Muslihat

Plaza Kapten Muslihat Plaza Kapten Muslihat Dikenal dengan sebutan Taman Topi karena bangunan-bangunan yang terdapat disana berbentuk topi.



SituGede
SituGede Situ Gede Kawasan Situ Gede merupakan suatu kawasan yang masih bernuansa alam pedesaan. Air Danau yang membentang lebar dengan latar hutan rindang dilengkapi dengan wisata air. Terletak di desa Situ Gede Kec. Bogor Barat dekat Lembaga Penelitian Hutan Tropis.

Museum Peta

Museum Peta Museum peta Didirikan pada tahun 1996 oleh Yayasan Perjuangan Yanah Air, dan diresmikan oleh H. M. Soeharto (Presiden RI ke II).Didalamnya memuat 14 Diorama sebagai salah satu bentuk perwujudan dalam perjalanan proses pergerakan kebangsaan terjadi ketika pada tanggal 3 Oktober 1943 bertempat dibekas Kesatriaan tentara KNIL / Belanda, Pabaton Bogor.

Museum Perjuangan
 Museum Perjuangan Museum Perjuangan Museum perjuangan didirikan pada tahun 1957 sebagai tempat penyimpanan macam-macam senapan yang digunakan para perjuang kemerdekaan dan terdapat koleksi senapan yang merupakan hasil rampasan dari tentara jepang dan inggris



Rancamaya
Rancamaya Rancamaya Dilokasi Wisata olah raga ini bukan hanya keindahannya saja, tetapi tentunya juga udara segar dan sehat.



Batutulis
Batutulis Prasasti Batu Tulis Batu bertulis ini dibuat semasa pemerintahan Surawisesa (tahun 1521 s/d 1535) satu diantara putra dari Prabu Siliwangi Raja Pajajaran. Di komplek Batutulis 54 terdapat 15 buah batu terasit yang terdiri dari 6 buah batu didalam Cungkup.

Gedung Bakorwil

Gedung Bakorwil Gedung Bakorwil Gedung Bakorwil didirikan pada sekitar abad XIX denagn fungsi sebagai Kepresidenan Hindia Belanda. Gedung ini memiliki bentuk bangunan Kolonial Belanda.



 Gedung Balaikota
Gedung Balaikota Balaikota Gedung Balaikota Bogor berdiri pada tahun 1950 dengan nama Societeit, bentuk bangunan gaya Kolonial Belanda. Gedung Balaikota telah mengalami renovasi dan penggabungan gaya arsitektur Sunda dan Eropa. Sekarang gedung ini berfungsi sebagai Kantor Pemerintah Kota Bogor.

Mesjid Raya Bogor

 Mesjid Raya Bogor Mesjid Raya Bogor Mesjid Raya Bogor dibangun pada tahun 1970 selesai tahun 1979 dengan arsitek FX. Silaban dilengkapi dengan gedung Pusat Pengembangan dan Pengkajian Islam Bogor dilengkapi denagn sarana perpustakaan umum.

Hotel Salak

Hotel Salak Hotel SalakHotel Salak didirikan pada tahun 1870-1880 denagn nama Hotel Dibbest. Gedung ini telah mengalami renovasi dan berubah menjadi Hotel Salak. Adapun bentuk bangunannya bergaya Kolonial.

Gereja Katedhral

Gereja Katedhral Gedung Gereja KathedralGereja Katedhral didirikan pada tahun 1750 dengan gaya Gereja Katolik Roma, berfungsi sebagai tempat peribadatan agama Katolik. Gereja ini memiliki gaya Eropa.



 


Klenteng Hok Tek Bio
Klenteng Hok Tek Bio Klenteng Hok Tek BioKlenteng Hok Tek Bio didirikan pada tahun 1672 dan berfungsi sebagai tempat peribadatan pemeluk agama Konghucu. Klenteng ini merupakan Klenteng pertama di Bogor dan memliki bentuk bangunan bergaya khas China.

Makam Raden Saleh
Makam Raden Saleh Makam Raden SalehRaden Saleh Syarif Bustaman adalah pelukis Indonesia modern. Lahir di Terboyo, Semarang pada tahun 1880 dan dimakamkan di Kota Bogor, tepatnya di jalan Pahlawan. Hasil karyanya sangat terkenal ke mancanegara, satu adalah lukisan berbulu singa.

Mesjid Empang

Mesjid Empang Masjid EmpangMesjid Empang (Mesjid An-Nur Tauhid) berdiri tahun 1815, mempunyai fungsi sebagai tempat peribadatan. Mesjid ini memiliki bentuk bangunan gaya timur tengah



 

Stasiun Bogor
Stasiun Bogor Stasiun bogor Stasiun Kereta Api Bogor berdiri Tahun 1881. Gedung ini memiliki bentuk bangunan khas Kolonial Belanda.




Terima kasih sudah membaca artikel tentang "Biografi Kota Bogor". Semoga bermanfaat.

Sejarah Kertas

You'll Never Walk Alone - Hai sobat, apa kabar? Dikutip dari wikipedia.org kali ini saya akan memberikan informasi tentang Sejarah Kertas. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa.
Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet.

Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau.
Sejarah Peradaban Mesir Kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada peradaban Mesir Kuno pada masa wangsa firaun kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas.

Tercatat dalam sejarah adalah peradaban Cina yang menyumbangkan kertas bagi Dunia. Adalah Tsai Lun yang menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seantero China pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.


Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ketangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga pada zaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Bagdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India, lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia.

Pembuatan kertas

Pada tahun 1799, seorang Prancis bernama Nicholas Louis Robert menemukan proses untuk membuat lembaran-lembaran kertas dalam satu wire screen yang bergerak, dengan melalui perbaikan-perbaikan alat ini kini dikenal sebagai mesin Fourdrinier. Penemuan mesin silinder oleh John Dickinson di tahun 1809 telah menyebabkan meningkatnya penggunaan mesin Fourdrinier dalam pembuatan kertas-kertas tipis. Tahun 1826, steam cylinder untuk pertama kalinya digunakan dalam pengeringan dan pada tahun 1927 Amerika Serikat mulai menggunakan mesin Fourdrinier.


Peningkatan produksi oleh mesin Fourdrinier dan mesin silinder telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan bahan baku kain bekas yang makin lama makin berkurang. Tahun 1814, Friedrich Gottlob Keller menemukan proses mekanik pembuatan pulp dari kayu, tapi kualitas kertas yang dihasilkan masih rendah. Sekitar tahun 1853-1854, Charles Watt dan Hugh Burgess mengembangkan pembuatan kertas dengan menggunakan proses soda. Tahun 1857, seorang kimiawan dari Amerika bernama Benjamin Chew Tilghman mendapatkan British Patent untuk proses sulfit. Pulp yang dihasilkan dari proses sulfit ini bagus dan siap diputihkan. Proses kraft dihasilkan dari eksperimen dasar oleh Carl Dahl pada tahun 1884 di Danzig. Proses ini biasa disebut proses sulfat, karena Na2SO4 digunakan sebagai make-up kimia untuk sisa larutan pemasak.


Terima kasih sudah membaca artikel tentang "Sejarah Kertas". Semoga bermanfaat.

Sejarah Bundaran HI/Monumen Selamat Datang

Espilen Blog - Hai sobat, kali ini saya akan sharing informasi tentang Sejarah Bundaran HI/Monumen Selamat Datang yang dikutip dari wikipedia.org
 
Monumen Selamat Datang (Selamat Datang adalah bahasa Indonesia untuk "Selamat Datang"), juga
dikenal sebagai Monumen Selamat Datang, adalah sebuah monumen yang terletak di Jakarta, Indonesia. Selesai pada tahun 1962, Selamat Datang Monumen merupakan salah satu landmark bersejarah di Jakarta.
Sejarah dan desain

Selama tahun 1960, Presiden Soekarno memerintahkan beberapa proyek konstruksi kecantikan kota untuk persiapan Asian Games IV. Ini termasuk pembangunan Kompleks Olahraga Ikada (dalam apa yang sekarang Gelora Bung Karno Sport Complex) dan beberapa patung, termasuk Monumen Selamat Datang, ditunjuk sebagai Tugu Selamat Datang.


Desain patung itu digambarkan oleh Henk Ngantung, pada saat itu Wakil Gubernur Jakarta. Pembangunan patung itu dilakukan oleh Edhi Sunarso pematung Indonesia. Patung ini menggambarkan dua patung perunggu seorang pria dan seorang wanita, melambaikan dalam gerakan menyambut. Wanita itu memegang sebuah karangan bunga ditampilkan di tangan kirinya. Tinggi dari angka lima meter dari kepala sampai kaki, atau tujuh meter dari ujung lengan diangkat ke ujung kaki. Dua tokoh berdiri di atas alas. Secara total, monumen ini sekitar tiga puluh meter di atas tanah. Selamat Datang Monumen melambangkan keterbukaan bangsa Indonesia untuk menyambut para pengunjung Asian Games IV.


Pembangunan patung itu dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961. Selama pembangunan patung, Edhi Sunarso dikunjungi oleh Soekarno, Duta Besar AS untuk Indonesia Howard P. Jones, dan menteri lainnya di studionya.


Selamat Datang Monumen ini terletak di pusat bundaran dikenal sebagai Bundaran Hotel Indonesia atau Bundaran HI (Bahasa Indonesia untuk "Bundaran Hotel Indonesia"). Hal ini dinamakan demikian karena kedekatannya dengan Hotel Indonesia. Pada selesai, bundaran Hotel Indonesia dan adalah pintu gerbang bagi pengunjung Jakarta. Fitur bundaran kolam dengan air mancur.


Pada tahun 2002, Bundaran Hotel Indonesia dipulihkan oleh PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama. Restorasi air mancur memperkenalkan baru, desain baru dari kolam, dan pencahayaan baru.

Terima kasih sudah membaca artikel tentang  "Sejarah Bundaran HI/Monumen Selamat Datang". Semoga bermanfaat

Gary Debunks Taubes II ~ It's the Frucose Stupid, revisited

Gary Taubes had a problem on his hands for his "Alternate Hypothesis" on the cause of obesity. While Why We Get Fat was in the writing stage, a couple of NIH biophysicists remained pesky thorns in Gary's side having challenged him on a lynch-pin of TWICHOO (Taubes Wrong Insulin-Carbohydrate Hypothesis Of Obesity).   Not to mention an equally pesky then-anonymous bunny-eared blogger who posted some pretty damning stuff on the subject, especially when she looked at his seminal reference on the subject from GCBC.  Downplay as he might, try to move on and have everyone forget, as he eventually relented and did, Taubes' original WWGF remains enshrined in the first journalistic effort on the topic: Good Calories Bad Calories.

It wasn't all that long ago that people were shouted down in forums and comment sections of the low carb persuasion for daring to suggest that people could gain weight on low carb.  Remember the meme?  At least you won't gain weight being a fat glutton?  Can't gain weight so long as there's no carb around?  It was all there in black and white in GCBC-- you need glucose to make alpha glycerol phosphate (aka glycerol-3-phosphate) to store fat.  
Read more »

Menghilangkan Bekas Hitam Pada Lutut dan Siku


Unik Informatika - Umumnya, terdapat perbedaan warna yang lebih hitam pada siku dan lutut seseorang dibanding kulit di bagian tubuh lainnya. Ini disebabkan karena kelenjar minyak di bagian siku dan lutut hanya sedikit.

unik informatika tips


Karenanya, sisa sel kulit mati menumpuk dan membuat kulit nampak kusam dan hitam.

Sebab lain adalah pigmen di daerah siku dan lutut lebih banyak dibanding bagian tubuh lainnya. Ini membuat warna kulit di siku dan lutut menjadi gelap.

Tekanan yang dialami oleh bagian siku dan lutut pun lebih banyak dibanding bagian tubuh lain yang makin memicu perbedaan warna kulit.

Tips mengatasi warna gelap pada kulit di siku dan lutut adalah:

- Sering menggosok kedua bagian tubuh tersebut dengan spons atau waslap saat mandi, agar kulit mati dapat segera dihilangkan.

- Beri body butter usai mandi, atau juga minyak zaitun agar kulit di bagian siku dan lutut tetap lembab.

- Lakukan scrub secara teratur, 2 minggu sekali, dengan campuran air garam dan perasan lemon. Gosokkan perlahan campuran 2 bahan tersebut ke siku dan lutut, kemudian bilas dengan air.

- Atau bisa juga gunakan parutan kunyit, ambil airnya dan gosokkan pada kedua bagian tubuh tersebut. Tomat pun bisa digunakan untuk mencerahkan warna kulit sebab memiliki kandungan vitamin C yang tinggi.

20 Kata Motivasi Dari Orang Terkenal


Unik Informatika - Kawan, berikut sedikit kata motivasi yang jujur buat saya berfikir dan terus berfikir untuk menggapai sesuatu yang benar-benar harus dilakukan, coba dicek :

1. To avoid criticism, do nothing, say nothing, be nothing” – Elbert Hubbard

Untuk menghindari kritikan, jangan lakukan apapun, jangan katakan apapun, jangan menjadi apapun - Elbert Hubbard

2. Those who cannot change their minds cannot change anything” - George Bernard Shaw

Mereka yang tidak bisa mengubah pikiran mereka, tidak bisa mengubah apapun – George Bernard Shaw


3. “The consequences of today are determined by the actions of the past. To change your future, alter your decisions today.” ~ Anonymous

Konsekuensi dari hari ini ditentukan oleh tindakan anda di masa lalu. Untuk mengubah masa depan anda, ubahlah keputusan anda hari ini – tidak diketahui


4. “You must be the change you wish to see in the world” – Gandhi

Anda harus menjadi perubahan yang ingin anda lihat di dunia ini - Gandhi


5. Many of life’s failures are people who did not realize how close they were to success when they gave up” – Thomas Edison.

Banyak kegagalan hidup adalah orang yang tidak menyaradari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan ketika mereka menyerah – Thomas Edison


6. You will not be punished for your anger; you will be punished by your anger” – Buddha

Anda tidak akan dihukum untuk kemarahan anda, anda akan dihukum oleh kemarahan anda - Buddha


7. “A ship is safe in harbor, but that is not what a ship was built for” – William H Shedd

Kapal akan aman di pelabuhan, tapi bukan itu tujuan kapal itu dibuat – William H Shedd


8. Watch your thoughts, they become words. Watch your words, they become actions. Watch your actions, they become habits. Watch your habits, they become your character. Watch your character, it becomes your destiny” – Author unknown although sometimes attributed to Frank Outlaw.

Perhatikan pikiran anda, mereka menjadi kata – kata. Perhatikan kata – kata anda, mereka menjadi tindakan. Perhatikan tindakan anda, mereka menjadi kebiasaan. Perhatikan kebiasaan anda, mereka menjadi karakter anda. perhatikan karakter anda, itu akan menjadi takdir anda.- tidak dikenal tapi sering dikaitkan dengan Frank Outlaw


9. “Whether you think you can or think you can’t, you’re right.” – Henry Ford

Tidak peduli anda berpikir bisa atau tidak bisa, anda benar – Henry Ford

http://unik-informatika.blogspot.com/2012/11/20-kata-motivasi-dari-orang-terkenal.html
Henry Ford

10. “There are only two ways to live your life. One is as though nothing is a miracle. The other is as though everything is a miracle.” – Albert Einstein

Hanya ada dua cara untuk menjalani hidup anda. Yang pertama adalah bahwa tidak ada keajaiban. Yang lainnya adalah bahwa semuanya adalah keajaiban – Albert Einstein


11. “When one door closes, another opens; but we often look so long and so regretfully upon the closed door that we do not see the one which has opened for us.” – Alexander Graham Bell

Ketika satu pintu tertutup, pintu yang lain terbuka; tapi kita sering melihat dengan lama dan penuh penyesalan terhadap pintu yang tertutup sehingga kita tidak melihat pintu yang lainnya yang telah terbuka untuk kita – Alexander Graham Bell


12. “Your time is limited, so don’t waste it living someone else’s life. Don’t be trapped by dogma — which is living with the results of other people’s thinking. Don’t let the noise of others’ opinions drown out your own inner voice. And most importantly, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.” - Steve Jobs

Waktu anda terbatas, jadi jangan sia siakan dengan hidup dalam kehidupan orang lain. Jangan terperangkap oleh dogma – dimana anda hidup dengan apa yang orang lain pikirkan. Jangan biarkan suara dari pendapat orang lain menenggelamkan suara batin anda sendiri. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti hati dan intuisimu. Mereka terkadang sudah tahu akan menjadi apa anda sebenarnya. Yang lainnya hanya tambahan – Steve Jobs


13. “There’s no next time. It’s now or never.” – Celestine Chua

Tidak ada lain kali, sekarang atau tidak sama sekali – Celestine Chua


14. “When you don’t get what you want, you suffer. If you get it, you suffer too since you can’t hold on to it forever.” – Peaceful Warrior, on the fallacy of attachment

Ketika anda tidak mendapat apa yang anda inginkan, anda menderita. Ketika anda mendapatkannya, anda juga menderita karena anda tidak bisa berpegang padanya selamanya – Pejuang perdamaian


15. Every moment you get is a gift. Spend it on things that matter. Don’t spend it by dwelling on unhappy things.” - Celestine Chua

Setiap waktu yang anda miliki adalah hadiah. Gunakanlah untuk hal hal yang penting. Jangan gunakan untuk berdiam dalam hal hal yang tidak membahagiakan – Celestine Chua


16. “Honesty is the first chapter in the book of wisdom.” ~ Anonymous

Kejujuran adalah bab pertama dalam buku kebijaksanaan – tidak diketahui


17. One person with a belief is equal to a force of 99 who have only interests.” – John Stuart Mill

Satu orang dengan keyakinan adalah sebanding dengan kekuatan dari 99 orang yang hanya memiliki keinginan – John Stuart Mill


18. We are all here for some special reason. Stop being a prisoner of your past. Become the architect of your future.” – Robin Sharma

Kita semua ada di sini karena alasan khusus. Berhentilah menjadi tahanan dari masa lalu anda. jadilah arsitek untuk masa depan anda – Robin Sharma


19. “Yesterday is history, tomorrow is a mystery. And today? Today is a gift. That’s why we call it the present.” – B. Olatunji

Kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri. Dan hari ini ? hari ini adalah pemberian. Itu sebabnya kita menyebutnya hadiah ( saat ini ) – B. Olatunji


20. “All our dreams can come true – if we have the courage to pursue them.” – Walt Disney

Semua mimpi kita akan menjadi nyata – jika kita punya keberanian untuk mengejarnya – Walt Disney

What If the Institute of Medicine Wrote a Report and Nobody Followed it? - the Case of the Standards for Developing Trustworthy Guidelines


For over 20 years, clinical practice guidelines (CPGs) have been touted to improve health care quality and control costs.  Enormous numbers of guidelines have been developed, but with seemingly little impact on health outcomes.  While some of those leading health care organizations have predictably blamed individual practitioners for obstinately ignoring or challenging guidelines, there is increasing evidence that maybe the guidelines themselves are part of the problem.

 An Example of a Guideline that Apparently was Not Trusted

One example Dr Wally Smith and I have taught in our recurring mini-course on why physicians fail to follow guidelines (and otherwise appear not to practice in accord with others' wishes) is that of the guidelines on management of depression in primary care.  Most existing guidelines urge physicians to screen patients for (presumably mild-to-moderate) depression and treat them aggressively, with emphasis on the use of the newer anti-depressants.  These guidelines, in turn, were based on numerous published randomized clinical trials that showed that these drugs were safe and efficacious.  Yet multiple studies showed that physicians failed to follow these guidelines, and various attempts to improve their adherence did little.  So for years the assumption was that physicians at best experienced practical and system barriers to follow these guidelines, and at worst were ill-informed or irrational. 


However, information that came out gradually during the early part of the 21st century suggested that perhaps the problem was within the guidelines, not the health care professionals.  First, documents produced during New York Attorney General Eliot Spitzer's lawsuit against GlaxoSmithKline about the marketing of one of these drugs (Paxil, paroxetine) suggested that the company had suppressed clinical trial data that reflected poorly on the drug (See Kondro W.  Drug company experts advised staff to withold data about SSRI use in children.  Can Med Assoc J 2004; 170: 783.  Link here.)    These suspicions were later fleshed out  by consideration of documents further disclosed in litigation (e.g., see this post and its links).  Then several studies, most particularly that by Erick Turner and colleagues, showed that numerous trials of new anti-depressants had been suppressed, that is, never published (Turner et al. Selective publication of antidepressant trials and its influence on apparent efficacy. N Engl J Med 2008; 358:252-260.  Link here).  When the results of these trials were added to those that were published, the efficacy of anti-depressants was no longer so clear.  So maybe the guidelines that physicians did not follow were not trustworthy, and should not have been followed in the first place.

Would IOM Standards to Improve Guideline Trustworthiness Help?

So in 2011, the prestigious Institute of Medicine released a report on the development of  better standards to produce more trustworthy guidelines (Clinical Practice Guidelines We Can Trust.  Link here.)  We posted about that report here, but noted that it was receiving little other attention, an example of the anechoic effect. 

A few weeks ago, an article appeared documenting a study meant to assess the the trustworthiness of clinical practice guidelines published soon after the IOM report.  Its title telegraphs the results. ( Kung J, Miller RR, Mackowiak PA. Failure of clinical practice guidelines to meet Institute of Medicine standards: two more decades of little, if any progress.  Arch Intern Med 2012.  Link here.)

Methods and Results

The investigators selected a random sample of 114 individual guidelines available during June, 2011 stratified by 26 clinical topics. The versions of the guidelines used were those archived in the National Guideline Clearinghouse (NGC) maintained by the Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ).


The goal of the study was to "examine adherence to the IOM standards" by guidelines published after the standards were published.  Actually, the study only assessed adherence to 18 of the 25 standards espoused by the IOM (because the remaining seven were "too vague and subjective to be analyzed.")

Furthermore, the criteria used to determine if a specific guideline met each of the three items above were rather lax:


In evaluating each guideline summary, care was taken to be as liberal as possible in considering that a standard was met when the individual guideline summary provided any information pertaining to that particular standard.

Nevertheless, using these lax standards to only evaluate adherence to 18/25 guidelines, the authors found that "the overall median number of IOM standards satisfied (out of 18) was 8 (44.4%) ....  Fewer than half of the guidelines surveyed met more than 50% of the IOM standards."

An examination of the details of the study's methods reveals things are even worse than that.

Analyzing the Study's Methods to Find that Things Are Worse Than They Seem

Review of the study's methods show that they provided a very optimistic view of adherence to the IOM standards.  As noted above, the study did not look for adherence to all of the IOM standards.  Moreover, those they did consider were simplified and made less rigorous.  For example, Standard 2 from the IOM on management of conflict of interest (COI) was:

  STANDARD 2
Management of conflict of interest (COI)

2.1
Prior to selection of the Guideline Development Group (GDG), individuals being considered for membership should declare all interests and activities potentially resulting in COI with development group activity, by written disclosure to those convening the GDG.
- Disclosure should reflect all current and planned commercial (including services from which a clinician derives a substantial proportion of income), non-commercial, intellectual, institutional, and patient/public activities pertinent to the potential scope of the CPG.

2.2
Disclosure of COIs within GDG
- All COI of each GDG member should be reported and discussed by the prospective development group prior to the onset of their work.
- Each panel member should explain how their • COI could influence the CPG development process or specific recommendations.

2.3
Divestment
- Members of the GDG should divest themselves of financial investments they or their family members have in, and not participate in marketing activities or advisory boards of, entities whose interests could be affected by CPG recommendations.

2.4
Exclusions
- Whenever possible GDG members should not have COI.
- In some circumstances, a GDG may not be able to perform its work without members who have COIs, such as relevant clinical specialists who receive a substantial portion of their incomes from services pertinent to the CPG.
- Members with COIs should represent not more than a minority of the GDG.
- The chair or co-chairs should not be a person(s) with COI.
- Funders should have no role in CPG development.

However, the study boiled all this down to three items:
-  COIs stated
-  Chair has COI
-  Co-chairperson has COI

Thus the study did not address standards requiring full and complete disclosure (not just some disclosure) of all COIs; consideration of how the COIs might influence the particular guideline; divestment of specific types of conflicts of interest, that is, financial investments, and cessation of participation in marketing activities or advisor boards; minimization of conflicts of all members of the committee; and barring of participation of funders in guideline development.

Even so, the guidelines assessed did a very poor job upholding even these few liberalized standards regarding conflicts of interest.  Of the guidelines assessed, less than half, 46.8% provided ANY disclosure of conflicts of interest.  Those written by sub-specialty societies were particularly opaque in this regard.  Less than one-third, 29.3%, provided any disclosure.  Thus the majority of guidelines assessed were not at all transparent about conflicts of interest affecting the guideline development process.

Furthermore, of the 46.8% of all the guidelines which made any disclosures of conflicts of interest, 71.4% admitted their chair people HAD a conflict of interest.  Thus, only (0.468 * [1 - .714]) = 13.3% provided assurance that they fulfilled the single requirement (from standard 2.4 above) that the chair person did not have a COI.  For the guidelines written by sub-specialty societies, by a similar calculation, only 12.2% provided an assurance that the chair had no COI.  (The proportions providing assurance that the co-chair people had no COI were even lower.)  Thus the vast majority of guidelines did not clearly follow two straight-forward standards for minimizing the effects of conflict of interest, that the guideline committee chair and co-chair should not have any relevant conflicts. 

Given the miserable results concerning even minimal adherence to some of the IOM report's conflict of interest standards, it is likely that almost no published guidelines from 2011 came close to fulfilling the full set of IOM standards.  Despite the best efforts of the IOM, it appears that guideline developers have not progressed at all towards providing trustworthy guidelines. 

Summary

An editorial (Shaneyfelt T. In guidelines we cannot trust.  Arch Intern Med 2012) accompanying the article by Kung and colleagues summarized its results thus:

The same problems that have plagued guideline development continue to plague guideline development; namely, their variable and opaque development methods, their often conflicted and limited panel composition, and their lack of significant external review by stakeholders throughout the development process.   As a result, the trustworthiness of guidelines is limited.

While guidelines may have seemed to be a promising method to improve health care in the early 1990s, they have failed to live up to that promise.  Shaneyfelt was not optimistic they would improve in the future:

I am not optimistic that much will improve.  No one seems interested in curtailing the out-of-control guideline industry.

On the other hand, in my humble opinion, it is not that on one is interested in better guidelines.  It would clearly be in the best interests of patients and the public, and of health care professionals who care about the quality of their practice and the outcomes of their patients to curtail that industry.  The issue is why patients', the public's, and professional's interests were ignored.

Neither Shaneyfelt nor Kung et al discussed why there has been so little attention to patients' and the public's health, and to health care professionalism in all this.  For a quick answer, we do not have to look far on Health Care Renewal


In fact, the IOM report on guideline development from 2011 was a serious challenge to the powers that be in health care.  In particular, it challenged the cozy relationships that had grown up among the organizations that undertook guideline development and the health care professionals on guideline panels on one hand and organizations that stand to gain were specific guidelines to favor their products, services, and agendas on the other.  The standards mandated transparency and honesty about conflicts of interest affecting guideline committees and the organizations which assembled them, and if upheld would have greatly reduced these relationships.

Now it turns out that the guideline standards have been honored mainly in the breach.  Of course, these standards, while increasing trustworthiness, would have cost a lot of medical societies considerable commercial funding, and would have cost a lot of health care professionals on guideline panels considerable personal wealth.  These standards would probably also have cost a lot of companies whose products and services were addressed by guidelines to lose revenue.  So it is not surprising that the IOM standards were ignored.  Their implementation would have cost too many people who are financially benefiting from the status quo too much money.  And these people, that is, leaders of professional societies dependent on commercial outside funding, health care professionals and academic used to financial support from commercial interests, and health care corporations are good at making sure their interests are not ignored, even if their interests conflict with those of patients, the public, and well-intentioned health care professionals.  

So, the flouting of the well reasoned IOM guideline standards adds one more reason for patients and the general public to distrust modern health care and all those who "deliver" it, even to distrust well-intentioned health care professionals who have not been able to distinguish themselves from their colleagues who are too happy to help commercial interests while taking commercial money.  If health care professionals want to regain the public's trust, they could do worse than publicly declaring their intention to show that their practice in the future will be guided by trustworthy guidelines based on clinical research evidence and knowledge of biomedical science, drawn up by health care professionals independent of commercial interests.

Exaggerations?

direct image link

The following comes from a slide presented by (?) at the Low Carb Down Under tour.  You can click to enlarge, but here's what the slide says under the title "What changed in the 1900s?"


  • Sat fat down 83%
  • Veggie oil/margarine up 535%
  • Sugar up 1150%
Now, no doubt there are changes in eating habits, and perhaps "down under" people changed their eating habits even more dramatically than we Americans have, or are purported to have.  I've blogged many times that something's "off" with any stats indicating that Americans actually consume a low fat diet, but I'm not going to address the fat claims above.  It's the sugar claim that just screams -- that can't be so?!
Read more »

Sejarah Bahasa Indonesia

You'll Never Walk Alone - Hai sobat, kali ini saya akan berbagi informasi tentang Sejarah Bahasa Indonesia yang dikutip dari wisma-bahasa.com. 
 Photo: Postingan ke-465: Sejarah Bahasa Indonesia  #Terima Kasih Telah Membaca#  Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.  Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.  Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).  Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.  Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.  Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.  Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.  Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.  Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.  Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.  Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).  Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia.  Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.  Sumber: Wisma-bahasa.com  -Reza
You'll Never Walk Alone - Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar:

(1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.

Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.

Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.

Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.

Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.

Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.

Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.

Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Terima kasih sudah membaca artikel tentang "Sejarah Bahasa Indonesia". Semoga bermanfaat.

10 Fakta Unik Industri Ponsel Dunia

10 Fakta Unik Industri Ponsel Dunia - Hai sobat, kali ini saya akan berbagi informasi tentang 10 Fakta Unik Industri Ponsel Dunia yang dikutip dari tekno.kompas.com. Ponsel saat ini memang sudah seperti menjadi barang wajib bagi setiap orang. Namun tahukah anda? Bnyak sekali fakta unik dari industri ponsel di dunia. Berikut ini aalah fakta-fakta uniknya.

1. SMS di Filipina

Filipina menduduki peringkat 1 untuk urusan mengirim pesan singkat (SMS). Setiap harinya ada 1,4 miliar SMS yang dikirim oleh warga Filipina. Butuh biaya satu  peso (sekitar Rp 225) untuk satu kali SMS.

2. SMS 160 karakter

Pada 1985, seorang peneliti komunikasi Friedhelm Hillebrand mendefinisikan standar panjang pesan teks. Dia mengetik kalimat pada mesin tik dan hampir semua pesan yang ditulis itu tidak lebih dari 160 karakter.

Implementasi teknis SMS yang pertama kali, tidak bisa memuat pesan yang terdiri dari 128 karakter lebih. Melalui berbagai pengembangan dan optimalisasi, ditambahkan 32 karakter lagi hingga akhirnya standar SMS terdiri dari 160 karakter.

3. Ponsel musik pertama di dunia


Siemens SL45
Siemes SL45 yang dirilis pada 2001, menjadi ponsel musik pertama di dunia. Siemens menyediakan kapasitas memori internal 32MB yang dapat diperluas dengan tambahan kartu memori eksternal MMC.

Ponsel ini dapat memutar file musik digital berformat MP3, dan daya tahan baterainya bisa mencapai 5 jam.

4. Ponsel terkuat di dunia


Sonim XP3300 Force
Sonim XP3300 Force diakui Guiness World Records sebagai ponsel paling tangguh di dunia. Gelar ini didapat, setelah Sonim XP3300 Force dijatuhkan dari ketinggian 25 meter. Begitu menghantam jalanan beton, ponsel ini tidak mengalami kerusakan berarti.

Sonim XP3300 Force juga tahan terhadap debu dan air. Fungsi-fungsinya masih berjalan normal meski terendam air selama 1 jam di kedalaman 2 meter.

5. Ponsel paling mahal di dunia


The Stuart Hughes iPhone 4 Diamond Rose

The Stuart Hughes iPhone 4 Diamond Rose adalah ponsel termahal di dunia. Harganya berkisar 7.850.000 dollar AS atau sekitar Rp 74,5 miliar.

Panelnya diselimuti oleh 500 berlian 100 karat. Bagian belakangnya terbuat dari mawar emas, dan logo Apple disusun menggunakan 53 berlian.

Tombol Home iPhone ini dilapisi oleh berlian tunggal 7,4 karat berwarna merah muda. Di dunia, ponsel ini hanya diproduksi 2 unit.

6. Foto pertama yang dikirim dari ponsel


Philippe Kahn - 11 Juni 1997

Foto publik pertama yang dikirim dengan ponsel, dilakukan oleh pria bernamama Philippe Kahn pada 11 Juni 1997. Ia membagikan foto ketika putrinya yang bernama Sophie lahir di rumah sakit bersalin.

Nama Philippe Kahn dikreditkan sebagai orang yang ikut mengembangkan ponsel kamera pertama.

7. Ponsel terlaris di dunia


Nokia 1100
Lebih dari 250 juta unit Nokia 1100 dan variannya telah terjual di seluruh dunia, sejak ponsel ini diluncurkan pada 2003. Kesuksesan Nokia 1100 dikarenakan oleh keandalan dan harganya yang relatif murah.

Pada 2009, Nokia 1100 yang dibuat di pabrik Bochum, Jerman, menjadi incaran pelaku kejahatan siber. Jika Nokia 110 buatan Bochum ini diprogram ulang dengan teknik tertentu, ia dapat memberi tahu kode sandi rekening bank yang kemudian disalahgunakan untuk mencuri uang oleh para penjahat siber.

Kala itu, harga bekas Nokia 1100 buatan Bochum bisa mencapai 30 ribu dollar AS atau sekitar Rp 285 juta.

8. Ponsel pertama James Bond


Ericsson JB988

Di setiap filmnya, tokoh James Bond selalu menghadirkan perangkat berteknologi terkini dan canggih. Ponsel pertama yang digunakan oleh James Bond adalah Ericsson JB988.

Selain untuk melakukan panggilan telepon, fungsi Ericsson JB988 di dalam film juga digunakan untuk memindai sidik jari, mengontrol sistem keamanan berteknologi tinggi di jaman itu, serta sebagai remote kontrol mobil BMW 750IL yang digunakan Bond.

9. Hipersensitivitas elektromagnetik

Hipersensitivitas elektromagnetik merupakan penyakit yang disebabkan karena diri seseorang tak dapat menahan atau alergi terhadap medan elektromagnetik yang dihasilkan perangkat elektronik, termasuk ponsel.

Penyakit yang juga disebut Electromagnetic Hypersensitivity (EHS) ini ditandai dengan gejala yang berbeda-beda, ada yang kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, sampai merasa kepanasan seperti terbakar. Sebuah studi mengatakan, "Ada gejala nyata dan sangat bervariasi tergantung tingkat keparahan penderita."

Namun, karena penelitian pada penyakit ini masih setengah hati, diagnosa hipersensitivitas elektromagnetik belum bisa diterima secara medis. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengatakan, penyakit ini tidak memiliki kriteria diagnostik yang jelas.

10. Mulanya, Nokia memproduksi kertas

Nokia didirikan di Finlandia tahun 1865, yang kala itu fokus membuat kertas sebagai bisnis utamanya. Beberapa tahun kemudian, beralih memproduksi karet, kabel telegraf, dan kabel listrik lainnya.

Pertengahan 1990-an, Nokia menjadi perusahaan pemasok tentara Finlandia untuk peralatan telekomunikasi, masker gas, plastik dan bahan kimia. Ponsel pertama besutan Nokia dirilis pada 1980-an.

Terima kasih sudah membaca artikel tentang "10 Fakta Unik Industri Ponsel Dunia". Semoga bermanfaat.

Trik Mudah Membuat Avatar Kartun yang Lucu

Limit Komputer | Trik mudah membuat avatar kartun yang Lucu, Cara membuat avatar keren, lucu, diri sendiri, membuat avatar online, cara membuat avatar dengan mudah - Membuat avatar menggunakan software multimedia memang sangat sulit dan membutuhkan keahlian yang khusus, sebab kita harus banyak memahami tool-tool yang ada pada software tersebut. namun apa jadi kalau kita membuat avatar hanya dengan menggunakan jasa website yang mudah serta tidak perlu memahami tool-toolnya satu persatu, sebab kita hanya bermodalkan kreativitas.


Apalagi website tersebut memiliki fitur-fitur yang lengkap, yang tak kalah dengan software multimedia lainnya seperti photoshop dan corel draw. selain fitur yang lengkap website tersebut sengaja membuat tahap-tahapnya menjadi mudah agar kalian bisa dengan cepat memahaminya serta mempraktekannya.

Tertarik?

Kunjungi : http://www.urfooz.com/
 

ZOOM UNIK::UNIK DAN UNIK Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger