Jumat, 30 Oktober 2009
trick or treat
0
komentar
Kamis, 29 Oktober 2009
newbies....
at leontine linens....how fun is the skull and cross bones? a prefect combination for that preppie mom with rebellious boys!
*all images courtesy of leontine linens
Selasa, 27 Oktober 2009
three beautiful girls....
Senin, 26 Oktober 2009
in case you didn't know...
Minggu, 25 Oktober 2009
Kopi Memperlambat Penyebaran Penyakit Liver
Nurul Ulfah - detikHealth
Washington, Setelah terbukti meningkatkan kemampuan otak, membunuh bakteri di mulut dan mencegah infeksi saluran kemih, peneliti menemukan satu lagi manfaat kopi. Kopi terbukti bisa memperlambat penyebaran penyakit liver atau hepatitis C.
Sebanyak 766 pasien penyakit liver (hepatitis C) dilibatkan dalam studi tersebut. Mereka diminta peneliti untuk mengonsumsi kopi, teh hijau dan teh hitam. Selama 4 tahun studi, pasien pun dimonitor keadaannya setiap 3 bulan sekali. Biopsi liver diambil pada bulan ke-18 dan tahun ke 3,5 untuk mengetahui progres dari penyakit liver.
Setelah studi selesai, peneliti menarik kesimpulan bahwa pasien yang minum tiga gelas kopi tiap harinya bisa memperlambat penyebaran penyakit liver hingga 53 persen. Sementara itu, teh hijau dan teh hitam justru tidak memiliki efek apa-apa. Hasil penemuan ini rencananya akan dipublikasikan dalam Journal Hepatology bulan November mendatang.
"Memberikan kopi pada penderita hepatitis C dalam jumlah banyak ternyata bisa memperpanjang umur seseorang yang sudah memiliki penyakit hepatitis C kronis. Namun faktor lain seperti obat-obatan juga sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan," jelas Neal Freedman dari U.S. National Cancer Institute seperti dikutip dari Healthday, Senin (26/10/2009).
Saat ini, virus hepatitis C atau Hepatitis-C Virus (HCV) menginfeksi sekitar 3 juta warga Amerika. Virus ganas ini berkembang tanpa ada ciri-ciri yang terdeteksi, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Berdasarkan US Centers for Disease Control and Prevention, sekitar 8.000 hingga 10.000 orang pun meninggal dunia tiap tahunnya.
Di Indonesia sendiri diperkirakan ada 7 juta orang yang mengidap virus ini, namun hingga kini belum ada vaksin yang bisa mencegah penularannya karena sifat virusnya yang sangat mudah bermutasi.
Kamis, 22 Oktober 2009
Jumat, 23/10/2009 09:14 WIB
Kopi, Teh dan Anggur Cegah Infeksi Saluran Kemih
Nurul Ulfah - detikHealth
Jakarta, Kabar baik bagi orang yang suka minum kopi, teh dan anggur. Pakar kesehatan mengatakan minuman itu bisa mencegah infeksi saluran kemih. Sedangkan jus apel tidak baik untuk urin.
Beruntung pula bagi pria, karena kelenjar prostat yang terdapat di alat kelaminnya adalah benteng pertahanan masuknya bakteri di saluran kemih.
Hal itu disampaikan oleh Dr. dr. Parlindungan Siregar SpPD.KGH, dalam acara seminar 'Waspadai Efek Dehidrasi Terhadap Kesehatan di Hotel Akmani, Jakarta, Kemis (22/10/2009).
"Kopi, wine, teh, dan minuman teh atau jus sitrus bisa meningkatkan ekskresi (pengeluaran) urin. Dan ekskresi yang tinggi bisa mencegah infeksi saluran kemih," ujar Parlindungan.
Menurutnya, kopi bisa mencegah dan mengurangi batu kantung kemih sebanyak 10 persen, teh 14 persen dan anggur 39 persen.
Parlindungan menjelaskan, ketika ekskresi meningkat, regulasi osmotik dalam tubuh pun akan meningkat. Hormon ADH (Anti Diuretik) lalu akan menurun dan membuat volume urin meningkat.
"Ketika volume urin meningkat, kemampuan antibakteri dalam saluran kemih pun meningkat, dan penyakit batu kantung kemih pun bisa dicegah," jelasnya.
Dijelaskan, urin yang bagus adalah yang warnanya kuning transparan hampir putih, pH netral dan tidak berbau. Harusnya dalam 24 jam, urin dalam tubuh keluar sebanyak 2 liter.
"Jadi, untuk mengeluarkan urin sebanyak itu, tubuh seharusnya minum air lebih banyak lagi dari 2 liter," ujar Parlindungan.
Selain kopi, teh atau wine, minuman lain yang menurut Parlindungan baik untuk mencegah infeksi saluran kemih adalah bir.
"Minum bir juga bagus, tapi ada kontraindikasinya, yaitu meningkatkan asam urat," jelas dokter spesialis penyakit dalam di RSCM itu.
Ada minuman yang baik, ada juga yang sebaiknya dihindari. Menurut studi yang dilakukan Parlindungan, ternyata jus apel tidak baik untuk urin.
"Meskipun apel punya kandungan vitamin yang baik, tapi ternyata bisa meningkatkan risiko batu hingga 35 persen," jelas Parlindungan.
Fakta lainnya yang dibeberkan Parlindungan adalah soal risiko terkena batu ginjal antara pria dan wanita, yang ternyata lebih banyak dialami wanita.
"Saluran uretra pria lebih panjang daripada wanita. Pria juga punya kelenjar prostat, yang ternyata bisa mengeluarkan zat antibiotik untuk melawan infeksi bakteri. Dua perbedaan itu membuat pria lebih sedikit terkena infeksi saluran kemih. Beruntunglah jadi pria," jelas Parlindungan.
Infeksi saluran kemih bisa membuat fungsi ginjal berkurang, rasa sakit setelah kencing dan juga batu ginjal.
"Kalau wanita sudah ada gejala sakit setelah kencing, harus segera diperiksakan. Dan kalau pria juga mengalami itu, hati-hati bisa jadi pertanda kanker prostat," tuturnya.
Untuk itu, membiasakan diri minum air putih 2-3 liter sehari atau sekitar 8-10 gelas (ukuran gelas 250 ml) setiap hari bisa mengurangi risiko infeksi saluran kantung kemih.
"Tapi untuk orang lanjut usia justru sebaliknya ya. Jangan sering-sering minum air, cukup 1,5 liter saja sehari," ucap Parlindungan.
Kelebihan air pada orang lanjut usia ternyata bisa membuat natrium dalam tubuhnya berkurang dan mengalami gejala yang disebut Hiponatrium. Ketika natrium berkurang, tubuh menjadi lemas dan ngantuk.
"Biasanya kalau orang ngantuk atau lemas, apalagi orang tua, gampang kesandung dan akibatnya bisa patah tulang," paparnya.
(fah/ir)
Kopi, Teh dan Anggur Cegah Infeksi Saluran Kemih
Nurul Ulfah - detikHealth
Jakarta, Kabar baik bagi orang yang suka minum kopi, teh dan anggur. Pakar kesehatan mengatakan minuman itu bisa mencegah infeksi saluran kemih. Sedangkan jus apel tidak baik untuk urin.
Beruntung pula bagi pria, karena kelenjar prostat yang terdapat di alat kelaminnya adalah benteng pertahanan masuknya bakteri di saluran kemih.
Hal itu disampaikan oleh Dr. dr. Parlindungan Siregar SpPD.KGH, dalam acara seminar 'Waspadai Efek Dehidrasi Terhadap Kesehatan di Hotel Akmani, Jakarta, Kemis (22/10/2009).
"Kopi, wine, teh, dan minuman teh atau jus sitrus bisa meningkatkan ekskresi (pengeluaran) urin. Dan ekskresi yang tinggi bisa mencegah infeksi saluran kemih," ujar Parlindungan.
Menurutnya, kopi bisa mencegah dan mengurangi batu kantung kemih sebanyak 10 persen, teh 14 persen dan anggur 39 persen.
Parlindungan menjelaskan, ketika ekskresi meningkat, regulasi osmotik dalam tubuh pun akan meningkat. Hormon ADH (Anti Diuretik) lalu akan menurun dan membuat volume urin meningkat.
"Ketika volume urin meningkat, kemampuan antibakteri dalam saluran kemih pun meningkat, dan penyakit batu kantung kemih pun bisa dicegah," jelasnya.
Dijelaskan, urin yang bagus adalah yang warnanya kuning transparan hampir putih, pH netral dan tidak berbau. Harusnya dalam 24 jam, urin dalam tubuh keluar sebanyak 2 liter.
"Jadi, untuk mengeluarkan urin sebanyak itu, tubuh seharusnya minum air lebih banyak lagi dari 2 liter," ujar Parlindungan.
Selain kopi, teh atau wine, minuman lain yang menurut Parlindungan baik untuk mencegah infeksi saluran kemih adalah bir.
"Minum bir juga bagus, tapi ada kontraindikasinya, yaitu meningkatkan asam urat," jelas dokter spesialis penyakit dalam di RSCM itu.
Ada minuman yang baik, ada juga yang sebaiknya dihindari. Menurut studi yang dilakukan Parlindungan, ternyata jus apel tidak baik untuk urin.
"Meskipun apel punya kandungan vitamin yang baik, tapi ternyata bisa meningkatkan risiko batu hingga 35 persen," jelas Parlindungan.
Fakta lainnya yang dibeberkan Parlindungan adalah soal risiko terkena batu ginjal antara pria dan wanita, yang ternyata lebih banyak dialami wanita.
"Saluran uretra pria lebih panjang daripada wanita. Pria juga punya kelenjar prostat, yang ternyata bisa mengeluarkan zat antibiotik untuk melawan infeksi bakteri. Dua perbedaan itu membuat pria lebih sedikit terkena infeksi saluran kemih. Beruntunglah jadi pria," jelas Parlindungan.
Infeksi saluran kemih bisa membuat fungsi ginjal berkurang, rasa sakit setelah kencing dan juga batu ginjal.
"Kalau wanita sudah ada gejala sakit setelah kencing, harus segera diperiksakan. Dan kalau pria juga mengalami itu, hati-hati bisa jadi pertanda kanker prostat," tuturnya.
Untuk itu, membiasakan diri minum air putih 2-3 liter sehari atau sekitar 8-10 gelas (ukuran gelas 250 ml) setiap hari bisa mengurangi risiko infeksi saluran kantung kemih.
"Tapi untuk orang lanjut usia justru sebaliknya ya. Jangan sering-sering minum air, cukup 1,5 liter saja sehari," ucap Parlindungan.
Kelebihan air pada orang lanjut usia ternyata bisa membuat natrium dalam tubuhnya berkurang dan mengalami gejala yang disebut Hiponatrium. Ketika natrium berkurang, tubuh menjadi lemas dan ngantuk.
"Biasanya kalau orang ngantuk atau lemas, apalagi orang tua, gampang kesandung dan akibatnya bisa patah tulang," paparnya.
(fah/ir)
Rabu, 21 Oktober 2009
good morning.
Butter vs. Margarine
I came across an interesting study the other day, courtesy of Dr. John Briffa's blog. It's titled "Margarine Intake and Subsequent Coronary Heart Disease in Men", by Dr. William P. Castelli's group. It followed participants of the Framingham Heart study for 20 years, and recorded heart attack incidence*. Keep in mind that 20 years is an unusually long follow-up period.
The really cool thing about this study is they also tracked butter consumption. Here's a graph of the overall results, by teaspoons of butter or margarine eaten per day:
Heart attack incidence increased with increasing margarine consumption (statistically significant) and decreased slightly with increasing butter consumption (not statistically significant).
It gets more interesting. Let's have a look at some of the participant characteristics, broken down by margarine consumption:
People who ate the least margarine had the highest prevalence of glucose intolerance (pre-diabetes), smoked the most cigarettes, drank the most alcohol, and ate the most saturated fat and butter. These were the people who cared the least about their health. Yet they had the fewest heart attacks. The investigators corrected for the factors listed above in their assessment of the contribution of margarine to disease risk, however, the fact remains that the group eating the least margarine was the least health conscious. This affects disease risk in many ways, measurable or not. I've written about that before, here and here.
The investigators broke down the data into two halves: the first ten years, and the second ten. In the first ten years, there was no significant association between margarine intake and heart attack incidence. In the second ten, the group eating the most margarine had 77% more heart attacks than the group eating none:
So it appears that margarine takes a while to work its magic.
They didn't publish a breakdown of heart attack incidence with butter consumption over the two periods. The Framingham study fits in perfectly with most other observational studies showing that full-fat dairy intake is not associated with heart attack and stroke risk.
It's worth mentioning that this study was conducted from the late 1960s until the late 1980s. Artificial trans fat labeling laws were still decades away in the U.S., and margarine contained more trans fat than it does today. Currently, margarine can contain up to 0.5 grams of trans fat per serving and still be labeled "0 g trans fat" in the U.S. The high trans fat content of the older margarines probably had something to do with the result of this study.
That does not make today's margarine healthy, however. Margarine remains an industrially processed pseudo-food. I'm just waiting for the next study showing that some ingredient in the new margarines (plant sterols? dihydro vitamin K1?) is the new trans fat.
Butter, Margarine and Heart Disease
The Coronary Heart Disease Epidemic
* More precisely, "coronary heart disease events", which includes infarction, sudden cardiac death, angina, and coronary insufficiency.
The really cool thing about this study is they also tracked butter consumption. Here's a graph of the overall results, by teaspoons of butter or margarine eaten per day:
Heart attack incidence increased with increasing margarine consumption (statistically significant) and decreased slightly with increasing butter consumption (not statistically significant).
It gets more interesting. Let's have a look at some of the participant characteristics, broken down by margarine consumption:
People who ate the least margarine had the highest prevalence of glucose intolerance (pre-diabetes), smoked the most cigarettes, drank the most alcohol, and ate the most saturated fat and butter. These were the people who cared the least about their health. Yet they had the fewest heart attacks. The investigators corrected for the factors listed above in their assessment of the contribution of margarine to disease risk, however, the fact remains that the group eating the least margarine was the least health conscious. This affects disease risk in many ways, measurable or not. I've written about that before, here and here.
The investigators broke down the data into two halves: the first ten years, and the second ten. In the first ten years, there was no significant association between margarine intake and heart attack incidence. In the second ten, the group eating the most margarine had 77% more heart attacks than the group eating none:
So it appears that margarine takes a while to work its magic.
They didn't publish a breakdown of heart attack incidence with butter consumption over the two periods. The Framingham study fits in perfectly with most other observational studies showing that full-fat dairy intake is not associated with heart attack and stroke risk.
It's worth mentioning that this study was conducted from the late 1960s until the late 1980s. Artificial trans fat labeling laws were still decades away in the U.S., and margarine contained more trans fat than it does today. Currently, margarine can contain up to 0.5 grams of trans fat per serving and still be labeled "0 g trans fat" in the U.S. The high trans fat content of the older margarines probably had something to do with the result of this study.
That does not make today's margarine healthy, however. Margarine remains an industrially processed pseudo-food. I'm just waiting for the next study showing that some ingredient in the new margarines (plant sterols? dihydro vitamin K1?) is the new trans fat.
Butter, Margarine and Heart Disease
The Coronary Heart Disease Epidemic
* More precisely, "coronary heart disease events", which includes infarction, sudden cardiac death, angina, and coronary insufficiency.
Selasa, 20 Oktober 2009
i have been told this a time or two....and i kind of like that about myself. so are you a realist or a dreamer?
*bottom images courtesy of bottom of the ironing basket, decorno, this is glamorous, miss gracious living
Senin, 19 Oktober 2009
green with envy.
lately i can't help but be drawn to kelly green....i love it! if you are looking for an accent color, this is a great one to consider. i am trying to figure out how i can bring it into my house. i would love that X stool to magically appear here....happy monday.
*images courtesy of carolina eclectic, garden and gun, laura casey interiors, peak of chic/kate spade, tobi fairley, cookie
Minggu, 18 Oktober 2009
A Little Hiatus
I'm going to a conference next week, followed by a little vacation. I've written two posts that will publish automatically while I'm gone. I may or may not respond to comments for the next two weeks. I probably won't respond to e-mails. I'll resume the malocclusion series when I get back.
Kamis, 15 Oktober 2009
let's chat:
man, i love that sheer roman shade...so simple yet it looks amazing and how pretty is it w/ the light shining through....making a mental note in my head of this: great custom window treatment/ doesn't break the bank.
*time out* taylor just woke up crying/ coughing (she needed water, went back to sleep)
i think that hand that palm readers use is awesome. corky yet cool...every house needs a sense of humor.
hello jewelry box: please enter my house while i am sleeping....i promise i won't be mad. i can even tell you where our spare key is.
mary, mary, mary- that wallpaper, those lacquer lamp shades.....how i love the (and leontine linens, that's a given).
thanks for the chat...off to eat a halloween cookie....want one?
Rabu, 14 Oktober 2009
Malocclusion: Disease of Civilization, Part IV
There are three periods during the development of the face and jaws that are uniquely sensitive to environmental influences such as nutrition and muscle activity patterns.
1: Prenatal Period
The major structures of the human face and jaws develop during the first trimester of pregnancy. The maxilla (upper jaw) takes form between the 7th and 10th week after conception. The mandible (lower jaw) begins two weeks earlier. The nasal septum, which is the piece of cartilage that forms the structure of the nose and divides the nostrils, appears at week seven and grows most rapidly from weeks 8 to 11. Any disturbance of this developmental window can have major consequences for later occlusion.
2: Early Postnatal Period
The largest postnatal increment in face and jaw growth occurs from birth until age 4. During this period, the deciduous (baby) teeth erupt, and the activity patterns of the jaw and tongue influence the size and shape of the maxilla and the mandible as they grow. The relationship of the jaws to one another is mostly determined during this period, although it can still change later in development.
During this period, the dental arch widens from its center, called the midpalatal suture. This ensures that the jaws are the correct size and shape to eventually accept the permanent teeth without crowding them.
3: Adolescence
The third major developmental period occurs between ages 11 and 16, depending on the gender and individual, and happens roughly at the same time as the growth spurt in height. The dental arch continues to widen, reaching its final size and shape. Under ideal circumstances, at the end of this period the arch should be large enough to accommodate all teeth, including the third molars (wisdom teeth), without crowding. Narrow dental arches cause malocclusion and third molar crowding.
Growth of the Dental Arch Over Time
The following graph shows the widening of the dental arch over time*. The dotted line represents arch growth while the solid line represents growth in body height. You can see that arch development slows down after 6 years old, resumes around 11, and finally ends at about 18 years. This graph represents the average of many children, so not all children will see these changes at the age indicated. The numbers are in millimeters per year, but keep in mind that the difference between a narrow arch and a broad one is only a few millimeters.
In the next few posts, I'll describe the factors that I believe influence jaw and face structure during the three critical periods of development.
* These data represent many years of measurements collected by Dr. Arne Bjork, who used metallic implants in the maxilla to make precise measurements of arch growth over time in Danish youths. The graph is reproduced from the book A Synopsis of Craniofacial Growth, by Dr. Don M. Ranly. Data come from Dr. Bjork's findings published in the book Postnatal Growth and Development of the Maxillary Complex. You can see some of Dr. Bjork's data in the paper "Sutural Growth of the Upper Face Studied by the Implant Method" (free full text).
1: Prenatal Period
The major structures of the human face and jaws develop during the first trimester of pregnancy. The maxilla (upper jaw) takes form between the 7th and 10th week after conception. The mandible (lower jaw) begins two weeks earlier. The nasal septum, which is the piece of cartilage that forms the structure of the nose and divides the nostrils, appears at week seven and grows most rapidly from weeks 8 to 11. Any disturbance of this developmental window can have major consequences for later occlusion.
2: Early Postnatal Period
The largest postnatal increment in face and jaw growth occurs from birth until age 4. During this period, the deciduous (baby) teeth erupt, and the activity patterns of the jaw and tongue influence the size and shape of the maxilla and the mandible as they grow. The relationship of the jaws to one another is mostly determined during this period, although it can still change later in development.
During this period, the dental arch widens from its center, called the midpalatal suture. This ensures that the jaws are the correct size and shape to eventually accept the permanent teeth without crowding them.
3: Adolescence
The third major developmental period occurs between ages 11 and 16, depending on the gender and individual, and happens roughly at the same time as the growth spurt in height. The dental arch continues to widen, reaching its final size and shape. Under ideal circumstances, at the end of this period the arch should be large enough to accommodate all teeth, including the third molars (wisdom teeth), without crowding. Narrow dental arches cause malocclusion and third molar crowding.
Growth of the Dental Arch Over Time
The following graph shows the widening of the dental arch over time*. The dotted line represents arch growth while the solid line represents growth in body height. You can see that arch development slows down after 6 years old, resumes around 11, and finally ends at about 18 years. This graph represents the average of many children, so not all children will see these changes at the age indicated. The numbers are in millimeters per year, but keep in mind that the difference between a narrow arch and a broad one is only a few millimeters.
In the next few posts, I'll describe the factors that I believe influence jaw and face structure during the three critical periods of development.
* These data represent many years of measurements collected by Dr. Arne Bjork, who used metallic implants in the maxilla to make precise measurements of arch growth over time in Danish youths. The graph is reproduced from the book A Synopsis of Craniofacial Growth, by Dr. Don M. Ranly. Data come from Dr. Bjork's findings published in the book Postnatal Growth and Development of the Maxillary Complex. You can see some of Dr. Bjork's data in the paper "Sutural Growth of the Upper Face Studied by the Implant Method" (free full text).
you probably don't need me to remind you that it's halloween....i need some inspiration, i am running low on fuel. not a single decoration is up (i find it hard to decorate when you are selling your house), taylor is sick for the 2nd time this month, and i barely slept a wink last night. on the plus side, my XL pumpkin coffee this AM was the bomb....
* images courtesy of the style files, a life more fabulous, decor pad, martha stewart, a life more fabulous, style rumors
Selasa, 13 Oktober 2009
Keladitikus Teruji Antileukemia
LEUKEMIA BAGAI PEMBUNUH BERDARAH DINGIN. TANPA PENGOBATAN, SEBULAN USAI DIAGNOSIS PENDERITA LEUKEMIA MEREGANG NYAWA. ITU KARENA SEL DARAH PUTIH RUSAK SEHINGGA GAGAL MENJAGA KEKEBALAN TUBUH. KELADITIKUS TERBUKTI ANTILEUKEMIA.
Dr Christiani Tumilisar MS dari Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta membuktikan keampuhan keladitikus mengatasi proliferasi atau pertumbuhan sel kanker. Dalam uji praklinis itu Christiani menggunakan sel kanker K-562 atau kanker darah putih alias leukemia. Bagian tanaman yang digunakan adalah umbi dan daun keladitikus
Mula-mula Christiani mencuci bersih daun dan umbi Typhonium flagelliforme. Ia memperoleh daun dan umbi dari tanaman yang dibudidayakan sendiri secara organik di Jelambar, Jakarta Barat. Umur tanaman 4 bulan. Setelah bersih, barulah Christiani mengeringanginkan bahan selama sepekan. Tujuan pengeringanginan agar kandungan air dalam daun dan umbi berkurang sehingga proses ekstraksi sempurna.
Doktor Biologi itu memblender keduanya secara terpisah. Ia mengekstraksi masing-masing 25 g daun dan umbi dengan 200 ml etanol berkadar 96%. Uji fitokimia pada hasil ekstraksi itu bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa dalam keladitikus. Hasilnya pada daun terbentuk warna kuning yang berarti mengandung kuinon, hijau (steroid), dan merah (triterpenoid). Sementara umbi mengandung selain steroid, triterpenoid, dan saponin. Untuk menghilangkan etanol digunakan evaporator vakum pada suhu 600C sampai pelarut tak lagi menetes.
Terdesak
Leukemia yang dalam bahasa Yunani berarti darah putih merupakan salah satu tipe kanker yang menyerang sel darah putih. Menurut dr Zen Djaja di Malang, Jawa Timur, pembelahan leukosit alias sel darah putih yang tak terkendali menjadi pertanda leukemia. Dampaknya kadar hemoglobin alias sel darah merah anjlok di bawah kisaran normal, 10-12 mg/dl.
Padahal, sel darah merah ibarat gerbong kereta yang mengangkut karbondioksida dari sekujur tubuh ke paru-paru untuk dibersihkan. Darah merah mengangkut pula okisgen ke seluruh bagian tubuh. Bila pasokan oksigen berkurang, penderita leukemia merasa lemah, sulit bernapas, denyut jantung meningkat, dan pucat.
Sel darah putih yang tidak terkendali itu menjadi sel abnormal, tidak berfungsi, dan kemudian menjadi sel kanker. Menurut dr Henry Naland Sp.B Onk, dokter spesialis bedah onkologi di Jakarta, onkogen alias gen pembawa kanker di kromosom sel terdapat di hampir semua manusia. Kekebalan tubuh yang prima menjadi benteng untuk mencegah timbulnya kanker.
Namun, adanya zat karsinogen 'membangunkan' sel kanker yang tertidur menjadi sel ganas. Faktor-faktor pemicu timbulnya kanker antara lain makanan berkadar lemak tinggi, rokok, stres, keletihan fisik, pencemaran lingkungan, dan faktor keturunan. Prevalensi leukemia mencapai 1-2 orang per 100.000 penduduk. Henry mengatakan jika penderita leukemia tidak segera diobati, sebulan pascadiagnosis meninggal dunia.
Sitotoksik
Melalui riset in vitro, Christiani membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun dan umbi keladitikus menghambat pertumbuhan sel kanker. Sebanyak 0,0001416 g ekstrak daun keladitikus/ml darah menghambat 48,83% sel kanker (lihat tabel). Semakin tinggi ekstrak daun diberikan, semakin tinggi kemampuan menghambat pertumbuhan sel kanker. Namun, pada dosis tertentu kemampuan penghambatan ekstrak daun justru menurun. Pada umbi semakin tinggi konsentrasi, kian tinggi pula kemampuan menghambat pertumbuhan sel kanker.
Menurut Christiani, kemampuan ekstrak daun menghambat mengganasnya sang kanker karena kandungan senyawa golongan steroid, kuinon, dan triterpenoid. 'Steroid dan triterpenoid berefek antiinflamasi, analgesik, dan sitotoksik,' tutur doktor alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Senyawa itu juga mempunyai aktivitas antibakteri dan antivirus.
Triterpenoid bekerja dengan menghambat kerja enzim DNA topoisomerasie. Enzim itu berperan dalam proses replikasi dan proliferasi sel kanker. Terhentinya enzim itu bekerja membuat proses dalam sel terhenti dan menyebabkan kematian sel kanker. Lina Mardiana, herbalis di Yogyakarta, dan Maria Andjarwati, herbalis di Jakarta, mengatakan daun dan umbi keladitikus selama ini telah dimanfaatkan sebagai pengobatan kanker, termasuk kanker darah. Hasil riset Christiani meneguhkan bahwa keladitikus antikanker leukemia. (Faiz Yajri)http://www.trubus-online.co.id/
NB:
1.Untuk Leukemia, herbalnya selain Keladi Tikus adalah Tapak Dara.
2. Jika memerlukan ektrak herbal tsb silahkan contact 081310343598 atau budiprakoso98@gmail.com
Dr Christiani Tumilisar MS dari Jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta membuktikan keampuhan keladitikus mengatasi proliferasi atau pertumbuhan sel kanker. Dalam uji praklinis itu Christiani menggunakan sel kanker K-562 atau kanker darah putih alias leukemia. Bagian tanaman yang digunakan adalah umbi dan daun keladitikus
Mula-mula Christiani mencuci bersih daun dan umbi Typhonium flagelliforme. Ia memperoleh daun dan umbi dari tanaman yang dibudidayakan sendiri secara organik di Jelambar, Jakarta Barat. Umur tanaman 4 bulan. Setelah bersih, barulah Christiani mengeringanginkan bahan selama sepekan. Tujuan pengeringanginan agar kandungan air dalam daun dan umbi berkurang sehingga proses ekstraksi sempurna.
Doktor Biologi itu memblender keduanya secara terpisah. Ia mengekstraksi masing-masing 25 g daun dan umbi dengan 200 ml etanol berkadar 96%. Uji fitokimia pada hasil ekstraksi itu bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa dalam keladitikus. Hasilnya pada daun terbentuk warna kuning yang berarti mengandung kuinon, hijau (steroid), dan merah (triterpenoid). Sementara umbi mengandung selain steroid, triterpenoid, dan saponin. Untuk menghilangkan etanol digunakan evaporator vakum pada suhu 600C sampai pelarut tak lagi menetes.
Terdesak
Leukemia yang dalam bahasa Yunani berarti darah putih merupakan salah satu tipe kanker yang menyerang sel darah putih. Menurut dr Zen Djaja di Malang, Jawa Timur, pembelahan leukosit alias sel darah putih yang tak terkendali menjadi pertanda leukemia. Dampaknya kadar hemoglobin alias sel darah merah anjlok di bawah kisaran normal, 10-12 mg/dl.
Padahal, sel darah merah ibarat gerbong kereta yang mengangkut karbondioksida dari sekujur tubuh ke paru-paru untuk dibersihkan. Darah merah mengangkut pula okisgen ke seluruh bagian tubuh. Bila pasokan oksigen berkurang, penderita leukemia merasa lemah, sulit bernapas, denyut jantung meningkat, dan pucat.
Sel darah putih yang tidak terkendali itu menjadi sel abnormal, tidak berfungsi, dan kemudian menjadi sel kanker. Menurut dr Henry Naland Sp.B Onk, dokter spesialis bedah onkologi di Jakarta, onkogen alias gen pembawa kanker di kromosom sel terdapat di hampir semua manusia. Kekebalan tubuh yang prima menjadi benteng untuk mencegah timbulnya kanker.
Namun, adanya zat karsinogen 'membangunkan' sel kanker yang tertidur menjadi sel ganas. Faktor-faktor pemicu timbulnya kanker antara lain makanan berkadar lemak tinggi, rokok, stres, keletihan fisik, pencemaran lingkungan, dan faktor keturunan. Prevalensi leukemia mencapai 1-2 orang per 100.000 penduduk. Henry mengatakan jika penderita leukemia tidak segera diobati, sebulan pascadiagnosis meninggal dunia.
Sitotoksik
Melalui riset in vitro, Christiani membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun dan umbi keladitikus menghambat pertumbuhan sel kanker. Sebanyak 0,0001416 g ekstrak daun keladitikus/ml darah menghambat 48,83% sel kanker (lihat tabel). Semakin tinggi ekstrak daun diberikan, semakin tinggi kemampuan menghambat pertumbuhan sel kanker. Namun, pada dosis tertentu kemampuan penghambatan ekstrak daun justru menurun. Pada umbi semakin tinggi konsentrasi, kian tinggi pula kemampuan menghambat pertumbuhan sel kanker.
Menurut Christiani, kemampuan ekstrak daun menghambat mengganasnya sang kanker karena kandungan senyawa golongan steroid, kuinon, dan triterpenoid. 'Steroid dan triterpenoid berefek antiinflamasi, analgesik, dan sitotoksik,' tutur doktor alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Senyawa itu juga mempunyai aktivitas antibakteri dan antivirus.
Triterpenoid bekerja dengan menghambat kerja enzim DNA topoisomerasie. Enzim itu berperan dalam proses replikasi dan proliferasi sel kanker. Terhentinya enzim itu bekerja membuat proses dalam sel terhenti dan menyebabkan kematian sel kanker. Lina Mardiana, herbalis di Yogyakarta, dan Maria Andjarwati, herbalis di Jakarta, mengatakan daun dan umbi keladitikus selama ini telah dimanfaatkan sebagai pengobatan kanker, termasuk kanker darah. Hasil riset Christiani meneguhkan bahwa keladitikus antikanker leukemia. (Faiz Yajri)http://www.trubus-online.co.id/
NB:
1.Untuk Leukemia, herbalnya selain Keladi Tikus adalah Tapak Dara.
2. Jika memerlukan ektrak herbal tsb silahkan contact 081310343598 atau budiprakoso98@gmail.com
Perkasa Karena Purwoceng
Oleh trubusid
Jumat, Oktober 10, 2008 07:12:50
Daun dan batang purwoceng terbukti meningkatkan kadar hormon testosteron sekaligus libido. Ratusan tahun silam, nenek moyang kita sudah menggunakannya sebagai afrodisiak dan mengembalikan energi setelah seharian bekerja.
Itu yang mendorong dr Taufiq R Nasihun Sp And, dokter di Semarang, Jawa Tengah, membuktikannya. Dokter spesialis andrologi itu menguji purwoceng secara praklinis dengan jasa tikus putih sprangue dawley. Taufiq mengelompokkan satwa pengerat itu dalam 6 grup masing-masing 10 ekor. Mereka adalah tikus jantan, tengah pubertas, dan dewasa-berumur 90 hari. 'Saat itu hormon testosteron sedang tinggi-tingginya,' kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang itu.
Kelompok ke-1 hingga ke-6 berturutturut diberi larutan 2 ml akuades, 25 mg purwoceng, 50 mg purwoceng, 25 mg pasak bumi, 50 mg pasak bumi, dan 25 mg purwoceng dan pasak bumi. Pasak bumi Eurycoma longifolia juga merupakan afrodisiak alias perangsang daya seksual. Taufiq memberikan minuman itu setiap hari selama sepekan secara oral.
Tinggi testosteron
Hasil uji praklinis itu, testosteron tikus yang diberi 50 mg purwoceng meningkat paling tinggi: 125%. Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen. Organ penghasil testosteron adalah testis pada jantan dan indung telur pada betina. Testis memproduksi testosteron sepanjang hidup. Jantan dewasa menghasilkan testosteron 20 kali lebih banyak daripada betina dewasa. Produksi hormon itu diatur oleh kelenjar hipofisis.
Karena pengaruh hormon itulah kaum pria bersuara rendah, berotot gempal, dan tumbuh kumis. Testosteron penting untuk kesehatan baik bagi jantan maupun betina. Fungsinya antara lain meningkatkan libido, energi, fungsi imun, dan perlindungan. Selain meningkatkan testosteron hingga 125%, dosis 50 mg purwoceng juga mendongkrak hormon luteinizing hingga 29,2%.
Luteinizing merupakan hormon yang diproduksi hipofisis anterior di otak. Perannya merangsang sel-sel dalam testis untuk memproduksi testosteron. 'Itu berarti purwoceng memberikan efek langsung dan tak langsung sebagai afrodisiak,' kata Taufi q. Secara tak langsung berarti tanaman anggota famili Apiaceae itu menjaga kaum pria awet muda sekaligus bervitalitas tinggi. Itulah idaman para pria.
Kelompok tikus yang diberi campuran 25 mg purwoceng-pasakbumi juga meningkat kadar testosteronnya hingga 196,3%. Namun, kadar hormon luteinizing hanya terkatrol 2,5%. Menurut dr Paulus Wahyudi Halim, herbalis di Tangerang, Provinsi Banten, kebugaran tubuh mempengaruhi aktivitas seksual. 'Herbal dapat membantu aktivitas seksual itu selama gangguan pada tubuh bersifat temporer, bukan permanen,' ujar dokter alumnus Universita Degli Studi Padova, Italia, itu.
Mengapa kerabat pegagan itu tokcer meningkatkan testosteron? Pimpinella alpina mengandung sterol, furanokumarin bergapten, isobergapten, dan sphondin. Senyawa-senyawa aktif itu banyak terdapat di batang dan akar. Senyawa yang disebut pertama, dalam tubuh akan dikonversi menjadi testosteron. Sedangkan senyawa aktif lain merangsang susunan saraf pusat untuk memproduksi hormon luteinizing.
Klinis
Taufiq juga melakukan uji toksisitas purwoceng. Tanaman yang tumbuh di dataran tinggi itu relatif aman dikonsumsi. Penggunaan dosis setinggi-tingginya- men-capai 600 mg per hari-pada tikus selama 14 hari, tak menimbulkan efek samping. Setelah uji praklinis pada hewan percobaan, Taufiq juga melakukan uji klinis pada manusia. Ia memberikan larutan purwoceng kepada 40 responden berusia minimal usia 40 tahun.
Penelitian Taufiq beserta sejawatnya Prof Dr dr Susilo Wibowo Sp And, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, itu membagi 40 pria usia di atas 40 tahun ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama merupakan plasebo yang mengkonsumsi kapsul kosong. Tentu mereka tak tahu isinya. Sedangkan kelompok kedua diberi kapsul ekstrak purwoceng berdosis 50 mg/hari selama 15 hari.
Hasil penelitian itu menunjukkan kelompok pria yang mengkonsumsi ekstrak purwoceng mengalami kenaikan kadar hormon luteinizing dan indeks androgen bebas, serta memperbaiki defi siensi androgen. Pria dewasa sehat mempunyai indeks androgen bebas 30-150. Di bawah angka itu, terjadi defisiensi testosteron.
Temuan itu menggembirakan, terutama bagi para pria berusia 40-50 tahun. Mereka rentan amiltauson alias penurunan kadar testosteron antara lain lantaran polusi lingkungan yang bersifat estrogenik. Survei perusahaan obat kenamaan menyebutkan, lebih dari 20% pria Asia mengalami disfungsi ereksi. Penyebabnya antara lain ritme kerja yang cepat, konsumsi makanan siap saji, dan polusi.
Lina Mardiana, herbalis di Yogyakarta, meresepkan purwoceng untuk beragam pasien seperti disfungsi ereksi dan varikokel. Kepada pasien varikokel-varises pada kantong kemaluan-Lina meresepkan purwoceng, jahe merah, lada hitam, dan kayumanis. Menurut Lina bila rutin mengkonsumsi kapsul berbahan campuran itu pasien sembuh varikokel. Purwoceng tumbuh di dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, dan Pegunungan Pangrango, Jawa Barat.
Selain seduhan atau rebusan bahan segar, di pasaran juga terdapat produk purwoceng siap konsumsi. PT Jamu Jago, misalnya, merilis Purwoceng Plus dalam bentuk serbuk, kapsul, dan cair. Pada produk cair, ramuan purwoceng dilarutkan dalam madu. Menurut Griyo Sujono, kepala Departemen Pemasaran PT Jamu Jago, penderita hipertensi sebaiknya tak terlalu banyak mengkonsumsi purwoceng karena dapat meningkatkan tekanan darah. (Andretha Helmina)- http://www.trubus-online.co.id/members/ma/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=11&artid=1928
NB: SehatHerbal.Com menyediakan Kapsul Purwoceng 100%, harga 100rb/45 kpsul. Pemesanan : 081310343598 atau budiprakoso98@gmail.com
a color that POPS.
sorry i have been mia...i went home for a house warming party for my brother. it was a blast and hopefully i can share pictures of his place soon. he lives in a cabin that my dad built and they just completed an addition (a bathroom and a laundry room...a must in any home). in addition to the party, i was able to get together with my BFF's for a night on the town (it's a rarity to all be together and no one be pregnant, so we took advantage). and i made a super quick trip to atlanta to help a friend w/ her house...she moved into her husband's "bachelor pad" (think GA bulldogs everywhere) when they got married and a year and half later, there is still very little of her stuff moved in....she loves turquoise and we used that as an inspiration when we shopped. so that is what i have been doing...now off to catch up, i have tons of stuff to do. happy tues!!
*images courtesy of shannon fricke, marie claire maison, massucco warner miller, canadian house and home, swish and swanky
Langganan:
Postingan (Atom)