Warung Bebas

Selasa, 08 Mei 2007

TEMPUYUNG DATANG, BATU GINJAL HILANG

Mengusir batu ginjal dengan menggunakan tanaman obat rupanya tak bisa dikesampingkan begitu saja. Beberapa hasil penelitian laboratorium menunjukkan, banyak tanaman mampu menghancurkan atau mengikir batu dari senyawa yang biasa terbentuk dalam ginjal. Beberapa di antaranya disajikan dalam tulisan ini.


Penyembuhan penyakit batu ginjal memang bisa dilakukan dengan banyak cara. Dari yang tradisional hingga yang berteknologi canggih, semua sudah bisa dipilih di negeri ini. Masing-masing cara tentu ada kelebihan dan kekurangan.

Bila dipilah-pilah, penyembuhan itu bisa dibedakan atas penyembuhan dengan obat, operasi, dan penembakan sinar laser atau gelombang kejut. Penentuan cara yang hendak dipilih sangat tergantung dari kondisi pasien. Makin berat kasus penyakit batu ginjal yang dialami pasien, makin radikal pula penyembuhannya.

Bila batu ginjal itu masih kecil sehingga bisa diusahakan untuk dikeluarkan bersama air seni, maka digunakan obat diuretik pelancar pengeluaran urine. Namun, kalau batunya sudah membesar, obat penghancur batu pun mulai diperlukan. Kalau batu ginjal itu terdiri atas garam karbonat, obat penghancurnya dipilih yang di dalam ginjal bisa menjadi asam sehingga senyawa karbonatnya hancur atau larut. Terkadang pula, dalam kasus yang disertai adanya luka, penyembuhan pasien penderita batu ginjal memerlukan obat yang di dalam urine bersifat antibakteri. Luka tersebut terjadi karena batu telah merusak ginjal yang ditandai dengan adanya darah dalam kencing.

Bila diameter batu ginjal lebih besar lagi, penyembuhan bisa dengan melakukan pemecahan batu menggunakan sinar laser atau gelombang kejut ultrasonik. Kalau upaya-upaya tadi belum membuahkan hasil, tindakan operasi pengangkatan batu biasanya dilakukan sebagai langkah akhir yang radikal. Ini pun tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah karena setelah operasi dilakukan, batu ginjal masih mungkin muncul lagi.

Berkat kalium
Di samping cara-cara medis tadi, pengusiran batu ginjal juga bisa dilakukan dengan cara alternatif, yakni menggunakan obat tradisional yang terutama terdiri atas tanaman "penghancur" batu ginjal. Memang, belum semua obat tradisional telah diuji dengan penelitian ilmiah. Kalau pun sudah diteliti, seringkali belum dilakukan secara terinci seperti yang dilakukan terhadap obat-obatan modern. Obat-obatan tradisional lebih berdasarkan pada pengalaman empiris. Meski begitu, tanaman yang dikenal sebagai peluruh batu ginjal tadi berindikasi baik dan tergolong baik dalam dosis yang ditetapkan.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap khasiat tanaman dalam mengusir batu ginjal di antaranya melalui daya larut infus atau hasil proses lain terhadap kristal karbonat secara invitro dalam cawan petri. Tentu saja cara ini memiliki kelemahan, yakni belum tentu daya larutnya sama bila terjadi di dalam tubuh manusia.

Penelitian juga dilakukan menggunakan tikus. Pada hewan percobaan ini biasanya dibuat batu dalam kandung kemih. Pembuatan batu dalam ginjal tikus belum dapat dilakukan. Hasilnya, beberapa tanaman dapat menghancurkan atau mencegah pembentukan batu dalam kandung kemih. Ini pun belum tentu berlaku bagi manusia. Lagi pula yang diuji berupa batu dalam kandung kemih, bukan batu ginjal.

Beberapa tanaman yang telah diteliti tadi di antaranya tempuyung, srigunggu, sambang getih, gempur watu, dan keji beling IV. Dari sekian jenis tanaman tersebut tempuyung merupakan yang terpopuler. Bahkan, tanaman ini telah diolah dalam skala industri sebagai obat penghancur batu ginjal.

Tempuyung (Sonchus arvensis L) termasuk tanaman terna menahun yang biasanya tumbuh di tempat-tempat yang ternaungi. Daunnya hijau licin dengan sedikit ungu, tepinya berombak, dan bergigi tidak beraturan. Di dekat pangkal batang, daun bergigi itu terpusar membentuk roset dan yang terletak di sebelah atas memeluk batang berselang seling. Daun berombak memeluk batang inilah yang berkhasiat menghancurkan batu ginjal.

Di dalam daun tersebut terkandung kalium berkadar cukup tinggi. Kehadiran kalium dari daun tempuyung inilah yang membuat batu ginjal berupa kalsium karbonat tercerai berai, karena kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa karbonat, oksalat, atau urat yang merupakan pembentuk batu ginjal. Endapan batu ginjal itu akhirnya larut dan hanyut keluar bersama urine.

Untuk menggunakannya sebagai obat diperlukan lima lembar daun tempuyung segar. Setelah dicuci bersih, daun diasapkan sebentar. Daun tersebut dimakan sekali habis sebagai lalap bersama nasi. Dalam sehari kita bisa memakan lalap itu sebanyak tiga kali.
Cara lainnya, 500 mg daun tempuyung kering diseduh dengan air satu gelas minum seperti membuat teh. Air seduhan inilah yang diminum sebagai obat. Dalam sehari kita bisa meminumnya sebanyak tiga kali, sampai batu ginjal hilang.

Penelitian tanaman ini dilakukan oleh almarhum Prof. Dr. Sarjito dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Dalam penelitian itu dia merendam batu ginjal seseorang dalam rebusan daun tempuyung pada suhu kamar dan pada suhu 37oC. Bahan percobaan tadi ada yang digoyang seperti gerakan tubuh manusia, ada pula yang tidak. Setelah itu batu ditimbang dan kalsium dalam larutan diukur secara kimia. Hasilnya, semua batu ginjal berkurang bobotnya.

Sarjito juga meneliti daya penghancuran batu ginjal manusia dengan melakukan pemeriksaan kristal dalam air seni dan dengan menggunakan sinar rontgen. Hasilnya, diketahui tanaman tempuyung dapat menghancurkan batu ginjal. Sayangnya, sampai sekarang belum diketahui senyawa yang melarutkan atau menghancurkan batu ginjal.

Hancurkan batu, relaksasi otot
Tanaman lain yang sudah cukup banyak diteliti khasiatnya dalam menyingkirkan batu ginjal adalah srigunggu (Clerodendron serratum Speng). Tanaman perdu tegak yang tingginya 1 - 3 m ini cukup dikenal di seluruh P. Jawa. Ia tumbuh dari daerah pesisir hingga pada ketinggian 1.700 m di atas permukaan laut.

Berdasarkan penelitian Adjirni, dkk. (1996) tanaman ini terbukti memiliki daya penghancur batu kandung kemih pada tikus. Sedangkan Suyati Woro Indiyah (1983) membuktikan kemampuan srigunggu dalam merelaksasi otot polos usus. Sifat otot ini sama dengan yang terdapat pada saluran kemih. Lenturnya otot saluran kemih akan membantu jalannya batu keluar. Syaratnya, batu itu masih kecil. Penelitian Yun Astuti dan Adjirni Sa'roni juga membuktikan infus srigunggu dapat menghancurkan batu kemih buatan, meskipun tidak ditemukan adanya efek diuretik pada tikus putih.

Srigunggu yang memiliki kadar kalium tinggi, ternyata juga mengandung senyawa flavonoid. Dari 100 g abu daunnya ditemukan 382 mg kalium. Bisa jadi, kandungan kalium yang tinggi inilah yang membuatnya mampu menyingkirkan batu ginjal.

Untuk menjadikan srigunggu sebagai obat, diperlukan lima lembar daunnya. Daun tersebut direbus dengan empat gelas minum hingga volumenya tinggal 3/4-nya atau tiga gelas minum. Air rebusan inilah yang dijadikan obat. Setiap kali meminumnya, diperlukan 3/4 gelas. Ini dilakukan tiga kali dalam sehari.

Yang tak kalah galaknya dalam mengusir batu ginjal adalah daun keci beling. Nama yang lebih dikenal oleh oleh orang Jawa. Namun, bila menyebut nama itu, tanaman yang dimaksud sebenarnya lebih dari satu yang sama-sama memiliki khasiat menyingkirkan batu ginjal. Yakni, Hemigraphis colorata Hall. yang memiliki nama lain sambang getih, Strobilanthes crispus BL atau Sericocalys crispus Bremek yang dikenal sebagai keci beling IV, dan Ruellia napifera Zall. atau keci beling III yang sering pula dijuluki sebagai tanaman gempur watu.

Sambang getih merupakan terna yang tumbuh liar dengan batang rebah. Biasanya ditanam di pinggir kebun. Daun tanaman ini mengandung kalium dengan kadar tinggi. Keci beling IV sejenis tumbuhan belukar yang kebanyakan tumbuh liar. Bagian yang digunakan obat batu ginjal adalah daunnya yang memiliki kadar kalium tinggi. Dalam 100 mg daun segar bisa diperoleh 322 mg kalium. Sedangkan informasi tentang gempur batu hampir tidak ditemukan selain bahwa daun tanaman ini dapat digunakan untuk mengobati kencing batu.

Untuk menyingkirkan batu ginjal dengan menggunakan daun sambang getih diperlukan 30 lembar. Semuanya direbus dengan dua gelas minum air hingga mendidih beberapa menit. Air hasil rebusan ini diminum sekaligus.

Bila menggunakan daun keci beling IV diperlukan delapan lembar atau dengan bobot 25 g. Potong-potong daun tersebut lalu direbus dengan tiga gelas minum air hingga tinggal 3/4 bagiannya. Setelah disaring, tambahkan madu secukupnya. Air rebusan tadi dibagi menjadi tiga bagian masing-masing diminum untuk pagi, siang, dan malam hari.

Sedangkan bila hendak memilih daun gempur watu sebagai obat, ada dua cara yang bisa dipilih. Pertama, diperlukan 10 lembar daun gempur watu segar. Daun tersebut diolah seperti mengolah daun keci beling IV. Begitu pula dengan dosisnya. Pada cara kedua diperlukan 15 g daun segar. Daun direbus dengan dua gelas minum hingga mendidih. Air rebusan tadi dikonsumsi untuk dua kali, masing-masing satu gelas.

Dalam keadaan krisis ekonomi, obat-obat alternatif seperti ini memang tidak ada salahnya dicoba. Di samping murah, khasiatnya juga sudah dirasakan sejak lama meskipun penelitian ilmiahnya masih sangat terbatas.

Bagaimana pun juga pencegahan munculnya batu di dalam ginjal lebih penting. Cara yang termudah adalah dengan minum air yang cukup banyak. Dengan demikian garam-garam pembentuk batu ginjal bisa terencerkan dan tidak terjadi pengendapan. Kalau pun sudah terbentuk dengan ukuran renik, garam tersebut bisa terbawa bersama urine. Mudah-mudahan. (*/B. Dzulkarnain)

Sumber :http://www.indomedia.com/intisari/1998/mei/ginjal.htm


SehatHerbal menyediakan Ektrak Tempuyung sudah dalam bentuk kapsul, mudah untuk dikonsumsi,harga Rp. 67.500,-/botol isi 50 butir. Info lebih lanjut dan pemesanan sehatherbal@yahoo.co.id atau 081310343598. Atau klik : http://herbmedicine.blogspot.com.

0 komentar em “TEMPUYUNG DATANG, BATU GINJAL HILANG”

Posting Komentar

 

ZOOM UNIK::UNIK DAN UNIK Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger