Ketua Majlis (parlemen) Republik Islam Iran Ali Larijani menggambarkan intervensi Amerika Serikat dalam urusan internal Suriah sebagai contoh nyata dari langkah Islamphobia kebijakan Presiden Barack Obama.
Saat mengomentari dukungan langsung Obama kepada kelompok bersenjata anti-Suriah atas nama demokrasi dan juga dukungan Washington kepada rezim diktator di Bahrain, Larijani mengatakan, "Standar ganda tersebut tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun." Demikian Press TV melaporkan, Sabtu (7/7).
Ia menambahkan, rakyat Bahrain saat ini berada di bawah kesulitan berat. Mereka tidak menuntut sesuatu yang luar biasa, kecuali hanya ingin memiliki hak dalampemungutan suara, dimana tidak ada perbedaan antara suara Syiah dan Sunni, tetapi parlemen negara itu hanya mengekor keadilan versi Amerika Serikat.
Lebih lanjut, Larijani dalam pidatonya di kota suci Qom pada Jumat malam, juga mengecam pernyataan kontradiktif Obama dan kebijakannya terkait Islam sebelum dan pasca pemilihannya sebagai Presiden AS pada tahun 2008.
"Obama menjadi presiden Amerika yang dalam sejarah negara itu paling banyak menerapkan ancaman dan sanksi terhadap Iran. Pada saat yang sama, ia terus-menerus berbicara tentang perdamaian dan dialog dengan berbagai negara dan mengklaim untuk membela hak asasi manusia," protesnya.
Larijani juga mengecam sikap Amerika yang irrasional sehubungan dengan isu nuklir Iran, dan mengatakan, AS menuduh Iran melanggar peraturan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), sementara wakilnya dalam negosiasi antara Kelompok 5+1 dan Iran, sebelum berunding, berkunjung ke Israel terlebih dahulu dan menyelesaikan hasil negosiasi sebelum pembicaraan berlangsung. (IRIB Indonesia/RA)
Saat mengomentari dukungan langsung Obama kepada kelompok bersenjata anti-Suriah atas nama demokrasi dan juga dukungan Washington kepada rezim diktator di Bahrain, Larijani mengatakan, "Standar ganda tersebut tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun." Demikian Press TV melaporkan, Sabtu (7/7).
Ia menambahkan, rakyat Bahrain saat ini berada di bawah kesulitan berat. Mereka tidak menuntut sesuatu yang luar biasa, kecuali hanya ingin memiliki hak dalampemungutan suara, dimana tidak ada perbedaan antara suara Syiah dan Sunni, tetapi parlemen negara itu hanya mengekor keadilan versi Amerika Serikat.
Lebih lanjut, Larijani dalam pidatonya di kota suci Qom pada Jumat malam, juga mengecam pernyataan kontradiktif Obama dan kebijakannya terkait Islam sebelum dan pasca pemilihannya sebagai Presiden AS pada tahun 2008.
"Obama menjadi presiden Amerika yang dalam sejarah negara itu paling banyak menerapkan ancaman dan sanksi terhadap Iran. Pada saat yang sama, ia terus-menerus berbicara tentang perdamaian dan dialog dengan berbagai negara dan mengklaim untuk membela hak asasi manusia," protesnya.
Larijani juga mengecam sikap Amerika yang irrasional sehubungan dengan isu nuklir Iran, dan mengatakan, AS menuduh Iran melanggar peraturan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), sementara wakilnya dalam negosiasi antara Kelompok 5+1 dan Iran, sebelum berunding, berkunjung ke Israel terlebih dahulu dan menyelesaikan hasil negosiasi sebelum pembicaraan berlangsung. (IRIB Indonesia/RA)
Sumber: http://www.indonesian.irib.ir