Selasa, 10 September 2013
Tips Buat Anak Yang Susah Makan
Sebagai orang tua, kita tentu merasa kuatir bila anak kita sulit makan. Apalagi bila hal ini berpengaruh pada perkembangan fisiknya. Seringkali saking kuatirnya, kita sering mamaksa anak kita untuk makan yang banyak, harus habis, dsb. Mungkin karena beban psikologis, anak-anak kita menjadi tertekan dan akhirnya muntah. Akibatnya kita merasa kesal dan memarahinya. Anak kita akhirnya menjadi ketakutan dan jam makan menjadi waktu yang menegangkan.
Kalau hal ini terjadi, sebaiknya kita melakukan instropeksi dan merenung. Coba cari sumber permasalahannya.
1. Sejak kapan anak kita tidak doyan makan? Apakah dia sakit? Coba periksa nafasnya apakah berbau? mungkin dia sedang sariawan atau radang tenggorokan sehingga untuk menelan pun sulit. Atau apakah dia diare, sakit perut, mual? Bila ini masalahnya coba berikan obat. Bila perlu bawa ke dokter untuk mengobati penyakitnya.
2. Bila anak Anda tidak doyan makan karena dia tidak cocok / tidak suka dengan lauknya, Anda bisa berusaha membujuknya, tapi jangan memaksanya sambil marah-marah. Sikap kita yang berlebihan justru akan membuat anak semakin takut dan dapat menimbulkan trauma. Akibatnya setiap kali jam makan tiba, secara emosional dia sudah merasa tertekan dan ketakutan. Tak jarang masalah gangguan emosi ini yang menyebabkan anak menelan makanannya karena takut, terpaksa, dan akhirnya muntah.
3. Ada orang tua yang menerapkan disiplin yang tinggi, makan harus habis, harus duduk tenang di meja makan. Menakut-nakuti atau memarahi kalau perintah tersebut dilanggar. Bagi anak yang pada dasarnya memang sulit makan, jam makan menjadi siksaan bagi dia. Beban psikologis menghantuinya, takut dimarahi kalau tidak habis. Cobalah membuat suasana makan rileks, jangan menambah beban psikologisnya dengan menanyai tentang hasil ulangannya, pelajaran di sekolah dan hal-hal lain yang membuat nabsu makan semakin hilang.
4. Sesekali ajak anak Anda makan di rumah makan favoritnya, beri dia kebebasan memilih sendiri makanan kegemarannya. Buat suasana makan menyenangkan. Bila memang porsi di rumah makan tersebut melebihi porsi makannya, jangan paksa dia untuk menghabiskannya. Mungkin Anda bisa membantunya makan sambil memuji pilihan menunya.
5. Untuk anak yang masih kecil dan belum dapat disuruh duduk tenang di meja makan, mungkin sebaiknya kita mengalah dahulu. Menyuap anak makan sambil bermain, entah itu bermain masak-masakan, komputer, atau mainan kesukaan dia sering bisa mengalihkan perhatiannya, membuat suasana makan tidak lagi menakutkan. Akibatnya tidak terasa dia makan banyak, bahkan tak jarang tanpa disadarinya dia mau makan sayur dan daging.
6. Sajikan makanan dalam porsi kecil, sehingga anak tidak merasa ketakutan. Bila setelah setengah atau 1 jam makanannya belum habis juga, hentikan dahulu.
7. Coba posisikan diri Anda seperti anak Anda. Bayangkan bila Anda diundang ke perjamuan yang secara psikologis sudah membuat Anda tidak tenang. Hidangan yang tersedia pun tidak sesuai dengan selera Anda. Jadi Anda makan hanya karena terpaksa, demi menghormati tuan rumah. Seandainya tiba-tiba tuan rumah menghampiri Anda, menyuruh Anda menghabiskan seluruh hidangan yang tidak Anda sukai tersebut. Kalau tidak habis Anda tidak boleh pulang. Bagaimana perasaan Anda? Apakah Anda merasa tertekan sampai mau menelan pun susah? Untung itu hanya jamuan makan yang hanya sesekali dan tidak sungguh-sungguh terjadi. Bagaimana dengan anak Anda yang setiap hari dipaksa makan sampai habis? Dari ilustrasi ini mungkin Anda jadi dapat lebih memahami anak Anda. Bila anak merasa jam makan sebagai hal yang menakutkan, kondisi emosional dan psikologisnya akan ikut terganggu.
Semenjak usia 9 bulan, anak saya Kevin tahu-tahu kehilangan nabsu makan, kalau susu sih masih doyan. Mie, roti dia mau, tapi untuk makan nasi, sayur, daging, buah aduh susahnya. Sewaktu dia sakit, sambil kontrol ke dokter saya bertanya bagaimana ini Dokter, kok anak saya enggak doyan makan nasi ya. Dengan santainya Dokter tersebut bertanya apakah anak saya mau makan mie atau roti. Saya jawab mau Dok. Kalau begitu enggak usah kuatir katanya. Khan kebetulan saja nasi makanan pokok di sini, lihat tuh di negara lain, orang makan roti, mie juga bisa hidup kok. Lagipula jarang sekali orang Indonesia yang tidak doyan nasi sampai dia besar.
Jawaban dokter membuat saya berpikir, kalau saya terus memaksa anak saya makan nasi sambil marah-marah, kami berdua bakal stress deh. Akhirnya kalau dia lagi tidak mau makan nasi, kami coba makanan pengganti lainnya seperti roti, mie, kewtiau, bihun, bakso, kentang goreng, dsb. Bagi kami yang penting dia bisa tumbuh secara normal dan tidak terbeban secara emosional. Bagaimana dengan Anda dan anak Anda?
sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)