Vicente Del Bosque |
Tak ada lagi yang bisa menggagalkan julukan "Tim Terbaik" untuk Spanyol. Setidaknya dalam 4 tahun terakhir. Menjuarai 3 turnamen dunia secara beruntun bukanlah kebetulan.
Hasil 4-0 atas Italia di final Euro 2012 pada Senin dini hari WIB (2/7) membuat Spanyol menjadi tim pertama yang mampu mempertahankan gelar juara Eropa. Skor telak lebih dari 2 gol juga menjadi yang pertama dalam 14 final turnamen Euro.
Di atas lapangan, Spanyol seperti sempurna. Pelatih Del Bosque memilih partai puncak ini untuk mengubah sedikit gaya main La Furia Roja. Meski tetap dengan skema 4-6-0 tanpa seorang striker di barisan starter, Spanyol memainkan sepakbola efektif yang penuh keyakinan.
Del Bosque seakan membungkam komentar para pengamat, analis dan kolega sesama pelatih yang menilai timnya bermain membosankan. Spanyol dinilai berusaha memainkan tiki-taka ala Barcelona yang malah kurang cair, memaksa Cesc Fabregas memainkan peran Lionel Messi dan lebih senang berputar-putar melepas bola ke sesama pemain tengah Spanyol.
Tapi di Stadion Olimpic Kiev, Ukraina, Minggu malam waktu Eropa, Del Bosque membuat Spanyol tampil berbeda. Filosofi tiki-taka tetap menjadi dasar, namun tidak lagi menggebu-gebu. Bukan lagi berusaha meniru persis gaya Barcelona. Xavi Hernandez, Andres Iniesta, David Silva dan Fabregas tidak lagi terlalu cepat mengoper bola antar sesama.
Mereka mengatur ritme. Lihat pula bagaimana Xavi mampu menahan diri untuk tidak terlalu sering ikut naik ke atas. Gelandang Barcelona ini bergantian menambah daya gedor dengan bek kiri Jordi Alba dan bek kanan Alvaro Arbeloa yang merayap di sisi lapangan. Alba, yang akan memperkuat Barcelona mulai musim depan, mampu pula mencetak gol pertamanya untuk tim nasional Spanyol.
Berdasarkan statistik Opta Index, Spanyol melakukan 577 operan dan 510 diantaranya sukses mencapai kawan. Ini adalah catatan umpan terendah Spanyol sepanjang Euro 2012. Statistik umpan tertinggi adalah saat melawan Republik Irlandia di Grup C dengan 788/860. Sementara saat menyingkirkan Prancis di perempat final, permainan Spanyol yang dianggap membosankan melahirkan umpan 612/690.
Del Bosque juga membuktikan ucapan tentang strateginya tanpa striker di barisan starter. "Fabregas memang tidak mampu berada di kotak penalti terus menerus. Tapi dia tahu kapan harus masuk ke kotak penalti pada saat yang tepat," kata Del Bosque dalam jumpa pers sehari sebelum partai final.
Kenyataannya, gol pertama Spanyol melalui Silva ke gawang Gianluigi Buffon pada menit ke-14 berasal dari umpan silang Fabregas yang merangsek masuk kotak penalti untuk menyambut bola terobosan nan cerdas dari Iniesta.
Pembuktian tentang keputusan menurunkan penyerang Fernando Torres sebagai pemain pengganti juga diperlihatkan Del Bosque. "Torres penyerang bagus, tetapi dia akan lebih bagus ketika tampil di saat pemain belakang lawan sudah lelah. Di saat seperti itu, Torres akan mampu menciptakan peluang dan mencetak gol," tegas Del Bosque.
Penyerang Chelsea itu tampil sebagai pengganti untuk mencetak satu gol dan memberi assist kepada pemain pengganti lainnya yang juga rekan seklubnya, Juan Mata, sehingga Spanyol unggul telak 4-0. Torres pun menorehkan rekor sebagai pemain yang selalu menjadi juara saat timnya mencapai final. Eks pemain Atletico Madrid dan Liverpool itu menjuarai Piala FA Inggris, Liga Champions Eropa, Piala Eropa dan Piala Dunia. Bisa jadi takdir, bisa pula buah dari gairah berdasarkan konsistensi permainan.
Kesempurnaan permainan Spanyol tak lepas pula dari antiklimaks yang ditunjukkan Italia. Skuad Cesare Prandelli tampil di bawah standar setelah tampil cantik dan efektif untuk menundukkan Jerman 2-1 di semifinal. Kekhawatiran banyak orang soal kebugaran fisik yang terkuras habis pun terlihat nyata di lapangan.
Barisan pertahanan gagal berkonsentrasi merapatkan barisan, Daniele De Rossi serta Claudio Marchisio juga terlihat lelah dengan sejumlah umpannya yang tak lagi seakurat melawan Jerman. Fisik yang anjlok dan kelelahan hebat yang dialami Gli Azzurri menjalar ke otot kaki 2 pemainnya.
Bek tengah Giorgio Chiellini hanya mampu bertahan 21 menit di lapangan akibat cedera hamstring. Sedangkan Thiago Motta hanya dapat bermain selama lima menit setelah menggantikan Ricardo Montolivo pada menit ke-56 lantaran cedera dan membuat Italia harus tampil dengan 10 pemain di sisa waktu karena kuota pergantian 3 pemain telah habis.
Yang dialami Italia ini seperti mengamini keluhan pelatih Rafa Benitez ketika masih menangani Liverpool. "Anda sudah menyiapkan strategi matang sebelum pertandingan. Ketika pertandingan sudah berjalan, ada pemain Anda yang cedera sampai harus digantikan sehingga strategi yang telah disiapkan menjadi tak berguna. Anda terpaksa menyusun ulang strategi bermain dengan materi seadanya," kata Benitez yang kini tengah menganggur setelah dipecat Inter Milan pada Desember 2010.
Andrea Pirlo, roh serangan Italia, juga hanya mendapat ruang gerak yang sempit. Xabi Alonso tidak pernah menjauh darinya. Gelandang bertahan Real Madrid ini tak mau mengulangi kesalahan Toni Kroos (Jerman) yang selalu meninggalkan Pirlo. Alhasil, Pirlo pun kesulitan melepas umpan-umpan ajaibnya. Apalagi Sergio Ramos dan Gerard Pique tak pernah membiarkan duet striker Antonio Cassano dan Mario Balotelli berkeliaran bebas untuk menerima umpan Pirlo atau Montolivo.
Singkatnya, Spanyol terkesan mengikuti Italia untuk bermain efektif dan sesempurna mungkin dengan filosofi yang tentu saja berbeda serta pressure kuat. Italia melakukannya di semifinal dan Spanyol, yang ditahan 1-1 oleh Italia di penyisihan Grup C, menunjukkannya di final. Del Bosque pun mendemonstrasikan dirinya sebagai ahli strategi bermental juara.
Pelatih berusia 61 tahun ini sudah menjuarai Liga Champions (bersama Real Madrid), Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012. Dia pelatih pertama yang mampu mencetak rekor bergengsi tersebut.
"Kami menghadapi tim hebat dan mereka juara dunia. Spanyol mencetak sejarah dan pantas. Kami sudah melawan mereka di babak grup saat kami masih segar bugar. Sekarang, di saat kami kelelahan, mereka justru makin kuat. Kali ini mereka mendominasi kami dan kami harus memberi selamat," pungkas Prandelli dalam jumpa pers selepas laga final.
Del Bosque dan Spanyol mencatat prestasi yang belum pernah dicapai pelatih dan negara lain. Sebuah pencapaian tertinggi yang patut diapresiasi.